Korban 1965 sebut hasil simposium Aryaduta tak sampai ke Jokowi
Merdeka.com - Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) Bedjo Untung mengaku hasil simposium nasional yang membedah tragedi 1965 di Hotel Aryaduta beberapa waktu lalu belum juga sampai ke tangan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Saat ini hasil simposium yang digagas Gubernur Lemhanas Agus Wijoyo itu masih ada di Kemenko Polhukam.
"Nah itu, ternyata hasil simposium yang digagas oleh Agus Wijoyo itu, secara redaksional sudah selesai. Secara mekanisme itu diberikan kepada Menko Polhukam. Yang saya dengar dari Menko Polhukam ini masih belum disampaikan ke Presiden," kata Bedjo di Kantor Lemhanas Jakarta, Rabu (31/8).
Bedjo mengatakan alasan Kemenko Polhukam belum juga memberikan berkas tersebut ke meja Presiden Jokowi adalah masih menunggu waktu yang tepat. "Katanya masih nunggu timming yang tepat," ucap Bedjo.
Karena simposium itu dilakukan saat Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, maka Bedjo mengatakan pihaknya perlu kembali menemui Menko Polhukam yang baru yakni Wiranto. Namun hingga saat ini, masih belum diketahui kapan waktu pertemuan tersebut.
"Kami YPKP juga sudah meminta waktu kepada Menko Polhukam baru untuk bisa bertemu, tapi saat ini masih dicari waktu yang tepat dan berkas sedang dipelajari," kata Bedjo.
Sementara itu, saat ini pihaknya juga tengah meminta Gubernur Lemhanas Agus Wijoyo untuk menjembatani YPKP dengan Presiden Jokowi untuk bertemu. Bedjo merasa perlu menemui Presiden Jokowi untuk bicara dari hati ke hati terkait masalah pelanggan HAM di masa lalu.
"Saya juga minta ke Pak Agus Wijoyo untuk menjembatani bertemu dengan presiden untuk bicara dari hati ke hati secara manusiawi dan saling menghargai martabat sehingga tidak menimbulkan kegaduhan politik," kata Bedjo.
"Kami telah mengatakan untuk melepaskan dendam, kalau kami dendam kami tidak akan sampai di sini untuk membuka diri. Marilah kita bersama-sama untuk mengungkapkan kebenaran dengan saling membuka diri, saling mengetahui, mengerti keinginan kita. Dan itulah caranya. Memang itu sangat berat, tapi harus kita akui dan saling mendengarkan apa mau kita," tutur Bedjo.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi Boleh Memihak dan Kampanye, Airlangga Singgung Soekarno dan Soeharto
Menurut Airlangga, berkampanye juga merupakan hak konstitusional seorang presiden.
Baca SelengkapnyaIstana soal Jokowi Gowes Bareng AHY dan Temui Sri Sultan HB X: Biasa Presiden Bertemu Tokoh Politik
Jokowi bersepeda bersama AHY di Yogyakarta, Minggu (28/1), sambil menyapa masyarakat.
Baca SelengkapnyaAHY Bocorkan Obrolan saat Makan Gudeg Bareng Jokowi di Yogyakarta
Sebelum diajak sarapan gudeg, AHY mengatakan lebih dulu menggowes sepeda bareng Presiden Jokowi mengelilingi alun-alun Yogyakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta
Belum diketahui apa pembicaraan antara Surya dengan Jokowi dalam pertemuan itu.
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI
Usulan kenaikan pangkat Prabowo ini merupakan usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Baca SelengkapnyaJawab Hasto, Komandan Kodim Gunungkidul: Tidak Ada Penurunan Bendera Partai
Di rute-rute yang dilewati oleh Jokowi masih terpasang bendera-bendera dari parpol.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK
Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.
Baca SelengkapnyaBanyak Dapat Arahan, Kaesang Ogah Bocorkan Pembicaraan dengan Jokowi
Kaesang mengatakan, bahwa saat dirinya bertemu dengan Presiden Jokowi obrolannya dan arahannya juga banyak.
Baca Selengkapnya