DVI mulai kesulitan, 6 jenazah AirAsia belum teridentifikasi
Merdeka.com - Kondisi jenazah korban AirAsia QZ8501 yang makin rusak di hari ke 23 pasca-hilang kontak di Perairan Karimata, Pangkalanbun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 28 Desember 2014 lalu, makin menyulitkan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur.
Selama dua hari berturut-turut, sejak hari Minggu kemarin (18/1), tak satupun dari enam jenazah berhasil diidentifikasi. Sehingga, dari 51 jenazah yang sudah dikirim ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, masih tetap 45 jenazah yang baru bisa dikenali.
Sementara jumlah korban yang berhasil ditemukan dan dikirim ke Surabaya terus bertambah. Hari ini saja, ada dua lagi yang dikirim. Yaitu satu jenazah laki-laki dan satu perempuan. Sehingga total penumpang AirAsia QZ8501 yang ditemukan Tim SAR bertambah menjadi 53 orang.
"Selama dua hari terakhir ini, Tim DVI belum berhasil mengidentifikasi enam sisa jenazah korban AirAsia. Kami belum menemukan data yang metching antara ante mortem dan post mortem ke enam jenazah ini," keluh Kabid Dokkes RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Kombes Pol Budiyono, Senin (19/1).
Hal ini, lanjut dia, lebih disebabkan kondisi jenazah makin hari makin sulit diidentifikasi karena kerusakan parah. "Tapi itu bukan alasan untuk tidak bekerja. Tiap hari kita menggelar rapat rekonsiliasi, tapi memang belum ada titik temu yang pas. Karena data dan informasi, baik ante mortem maupun post mortem belum lengkap," katanya.
Kadang kala, masih kata dia, Tim DVI menemukan data post mortem yang sangat spesifik, seperti salah salah satu dari tiga jenazah yang dikirim pada Sabtu lalu (17/1) dari Kota Baru, Kalimantan Selatan, yang memakai gigi palsu.
Sekadar tahu, saat ditemukan penduduk, tiga jenazah ini sempat dikuburkan oleh warga karena bau busuk. Kemudian oleh Tim SAR digali kembali dan dibawa ke Surabaya.
"Salah satu jenazah ini, memakai gigi palsu. Ini temuan yang sangat spesifik. Tapi ketika kita sandingkan dengan data ante mortem-nya, tidak metch."
"Terlebih lagi, pada daftar manifest penumpang, ada beberapa penumpang, beberapa laki-laki dan perempuan memakai gigi palsu," sambung dia.
Atas informasi itu (beberapa penumpang memakai gigi palsu), Tim DVI, belum berani memastikan. "Karena datanya belum maksimal. Kadang kala, pihak keluarga juga tidak mengetahui korban mengenakan gigi palsu. Sehingga tim berupaya mencari data ke tukang gigi, bahkan juga ke dokter gigi, sayangnya sampai saat ini belum ketemu," sesalnya lagi.
Kendala lain. Tim DVI juga menemukan data bagus, seperti bekas operasi pada tulang salah satu jenazah, ada juga tahi lalat besar. "Tapi data ante mortem ini tidak kita temukan pada enam jenazah yang belum teridentifikasi ini. Karena kondisi sudah rusak, bisa saja tahi lalat yang menempel copot," papar Budiyono.
Dia juga mengaku, sampai saat ini, pihaknya menerima banyak informasi terkait jenazah korban AirAsia. Namun, kondisi jenazah mengalami pembusukan parah, yang cukup menyulitkan Tim DVI melakukan identifikasi. "Kita akan terus berupaya, mungkin dengan cara lain, misalkan dengan pemeriksaan DNA-nya," harapnya.
Pemeriksaan data DNA korban, juga tidak mudah didapat. Perlu pencarian mendalam. "Kadang kala tim harus mencari dari rumah korban. Kalau semua keluarga menjadi korban, yang kita cari adalah barang-barang korban yang belum dicuci, seperti misalnya pakaian, sisir, ikat rambut dan sebagainya."
"Lagi-lagi itu tidak mudah. Karena kita harus meminta izin ahli waris, dari satu keluarga menjadi korban. Dan dari keluarga mereka, baik dari pihak suami maupun istri, sama-sama mengaku yang berhak, jadi kita mengalami kesulitan. Ada upaya-upaya tertentu, agar berhasil mendapat data itu," terang dia.
Dan kalaupun berhasil mendapat data baru itu, kembali Budiyono menegaskan, tidak semudah yang dibayangkan. Ketika dilakukan pemeriksaan, tidak langsung muncul profile DNA korban.
"Itulah yang membuat kita secara tidak pasti mendapatkan data yang tidak terbantahkan. Tapi kita berjanji dan akan berupaya. Kesulitan yang kita hadapi itu cuma dinamika saja," tandas dia.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Baca SelengkapnyaKrisis air bersih menjadi bencana tahunan yang seolah belum ditemukan solusinya.
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Maruli Simanjuntak menerima Penghargaan dari MURI berkat dedikasinya membantu pengadaan air di Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebanyak 57 RT yang juga sempat teredam banjir kini air sudah surut dan mereka mulai membersihkan rumah.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan tim identifikasi terhadap keempat jenazah ditemukan adanya tali yang mengikat antar satu korban dengan korban lain.
Baca SelengkapnyaAlasan penumpang pesawat dilarang tidur saat pesawat lepas landas dan mendarat yaitu barotrauma telinga dan keselamatan evakuasi.
Baca SelengkapnyaRumah Maxime Bouttier dipenuhi oleh pelayat yang menyampaikan duka cita atas kepergian Ibunda
Baca SelengkapnyaMemasuki arus mudik Lebaran sejumlah maskapai penerbangan menambah frekuensi penerbangannya ke Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaAkibat penembakan tersebut, satu orang penumpang yang mengalami luka ringan.
Baca SelengkapnyaPenerbangan tersebut dioperasikan oleh dua pilot dan empat kru pramugari.
Baca Selengkapnya