Virus Corona Pukul Kinerja Ekspor Impor Indonesia dengan China
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menyebut bahwa dampak sebaran virus corona China tidak hanya berpotensi mengganggu sektor pariwisata di Tanah Air. Melainkan juga sektor perdagangan. Salah satunya, turunnya impor barang dari China.
"Misalnya banyak produk yang kita impor dari China akan berkurang, misalnya buah buahan, sehingga kemungkinan permintaan dari kita berkurang," kata dia kepada merdeka.com, Minggu (2/2).
Tak hanya impor, beberapa produk ekspor Indonesia ke China juga akan melemah. Sebab, secara otomatis negeri Tirai Bambu tersebut akan mengurangi jumlah permintaannya. "Apalagi secara global banyak pabrik di China yang mengurangi produksi karena penduduk tidak bisa bekerja," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menaruh kekhawatiran dengan dampak ekonomi dari adanya virus Corona yang mematikan. Menurutnya, isu ini akan menjadi masalah baru bagi perekonomian dunia.
"Yang terbaru adalah outbreak Corona di China. Tentu ini kan menjadi persoalan-persoalan baru untuk perekonomian dunia," kata Menko Airlangga.
Dampak paling terasa dari adanya virus Corona yakni akan berimbas pada kondisi pariwisata Indonesia. Di mana, wisatawan mancanegara asal China akan turun drastis. "Sudah pasti pariwisata dari China akan terganggu," kata dia.
China Salah Satu Mitra Dagang Terbesar Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengkhawatirkan apapun yang menjadi sentimen pada perekonomian China. Sebab, negeri panda tersebut merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.
Semua hal yang mengganggu perekonomian China akan berdampak pada kinerja ekspor impor Indonesia. Contohnya perlambatan ekonomi.
"Gross yang totalnya lebih lemah itu kontribusinya sebagian dari RRT (China) sebagai ekonomi terbesar kedua, termasuk di negara Eropa, jadi ini pasti akan pengaruhi kinerja ekspor kita. Impor kita tergantung pada ekspor impor yang selama ini memang dibutuhkan untuk berproduksi," ujarnya.
Dia mengatakan Indonesia harus jeli melihat semua faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya. "Dalam hal ini kalau kita lihat dari sisi konsumsi, dengan terjaganya inflasi, dan berbagai upaya untuk jaga distribusi dan daya beli masyarakat terjaga," ujarnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaAda beberapa isu yang menjadi perhatian pemerintah di tahun 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Turunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaLY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca Selengkapnya