Rupiah melemah, Sofyan Djalil anggap biasa
Merdeka.com - Nilai tukar rupiah telah mencapai Rp 12.800 per dolar Amerika Serikat. Namun, pemerintah masih yakin pelemahan rupiah tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pelemahan rupiah disebabkan faktor eksternal berupa penguatan ekonomi AS. Bahkan, negara-negara lain seperti Jepang dan Korea pun ikut alami pelemahan.
"Faktor eksternal yang tidak ada hubungan dengan faktor domestik. Yang terjadi adalah Korean Won melemah, yen Jepang melemah. Hampir semua mata uang Asia Timur melemah terhadap dolar," ujar Sofyan yang ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (12/2).
Sofyan mengatakan, pelemahan rupiah belum membuat pelaku pasar panik. Buktinya, pembelian asing masih mendominasi pasar modal yang masih mendominasi. "Saya pikir cuma hal yang biasa," tegas dia.
Selain itu, Sofyan menambahkan Bank Indonesia telah memberikan perhatian lebih terhadap lemahnya rupiah. Pemerintah pun tidak tinggal diam dengan melakukan banyak inovasi dalam perekonomian Indonesia.
"Karena yang kita lakukan di domestik sudah banyak dan diapresiasi juga. Tapi persoalan eksternal inilah dampaknya kita hidup dalam dunia global seperti sekarang. Mudah-mudahan akan capai keseimbangan besok," pungkas dia.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaMeskipun Rupiah anjlok sejak awal tahun, Menko Airlangga tetap optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 di angka 5 persen.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca SelengkapnyaNurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca SelengkapnyaDua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya