Permintaan Blue dan Green Amonia Diperkirakan Terus Meningkat

Kamis, 30 Maret 2023 22:34 Reporter : Siti Nur Azzura
Permintaan Blue dan Green Amonia Diperkirakan Terus Meningkat Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Mansury memperkirakan permintaan blue dan green amonia terus meningkat secara signifikan. Untuk itu, dia meminta Pupuk Indonesia berkolaborasi dengan berbagai macam ekosistem untuk mengembangkan amonia.

"Beberapa prediksi yang dilakukan oleh lembaga think tank menyebut 12 persen dari energi dunia jelang 2050 akan menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan saya rasa ini bisa menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia. PT Pupuk Indonesia bisa mengembangkan amonia biru dan hijau dengan cara bekerja sama dengan sejumlah pihak baik dari dalam negeri seperti Pertamina dan juga dengan pihak luar," kata Pahala di ajang Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 di Jakarta, dikutip Antara, Kamis (30/3).

Penggunaan amonia bisa membantu target pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih pada 2030. Karena itu sesuai dengan SE Menteri BUMN terkait dekarbonisasi yang baru saja diterbitkan, Pahala meminta PT Pupuk Indonesia dan BUMN lainnya yang mempunyai kontribusi besar dalam pengurangan emisi nasional untuk membuat peta jalan dalam penggunaan energi bersih.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Bakir Pasaman berharap, Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 bisa mempercepat implementasi inovasi teknologi dan pengembangan kebijakan untuk memperkuat rantai nilai amonia bersih. Hal ini merupakan perpanjangan dari komitmen Pupuk Indonesia untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.

“Pupuk Indonesia, saat ini, telah memiliki pengalaman lebih dari 50 tahun di industri amonia. Oleh karena itu, keahlian tersebut memungkinkan kami untuk melihat potensi amoniak bersih untuk mendukung transisi energi rendah karbon. Dengan pengembangan amonia bersih, Pupuk Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif dalam mendukung pencapaian emisi nol bersih, yang menargetkan untuk mengurangi emisi karbon setara dengan lima juta ton CO2 pada tahun 2050,” kata Bakir.

Bakir berharap, inisiatif pengembangan ekosistem amonia bersih akan memicu efek berlipat bagi perekonomian Indonesia, sekaligus mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih. Karena itu, Bakir optimistis, PICAF 2023 dapat memberikan manfaat bagi seluruh peserta dan menjadi momentum mendorong terciptanya ekosistem amonia bersih di Indonesia.

2 dari 2 halaman

Penasihat Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Triharyo Soesilo mengungkapkan, Pupuk Indonesia menjalin kerjasama dengan perusahaan bawah permukaan yang memiliki kapasitas reservoir (penyimpanan) CO2 untuk bisa sukses mengembangkan Amonia Biru dan Hijau. Tak hanya itu, diperlukan juga pemahaman tentang Pasar Karbon untuk mengembalikan sebagian biaya investasi CCS/CCUS Capex dan Opex, guna meningkatkan keekonomiannya.

"Anda harus menemukan dan mengembangkan pemasaran karbon sendiri. Anda sangat ahli menjual karbon sendiri, urea, amonia, dan membeli sulfur dan fosfat. Namun, Anda harus mulai mengembangkan keahlian ekonomi karbon," jelasnya.

Sementara itu, jika PT Pupuk Indonesia tertarik untuk memproduksi Amonia Hijau (Green Ammonia), dibutuhkan pemahaman tentang teknologi Electrolyzer, pemilihan lokasi pabrik dengan biaya listrik yang minimum, serta perlunya memahami permintaan pasar dan harga untuk Amonia Biru dan Hijau.

"Berikutnya untuk Amonia Hijau, Anda memerlukan pemahaman tentang Teknologi Electrolyzer, ini sangat penting untuk produksi Green Ammonia, dan Anda perlu memilih lokasi pabrik dengan biaya listrik minimum," ujarnya.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengungkapkan, permintaan amonia global diprediksi mencapai 688 juta ton pada 2050. Jumlah ini meningkat tiga kali dibandingkan permintaan pada 2025.

"Biaya produksi amonia terbarukan untuk pabrik baru diperkirakan turun menjadi USD 310-610 per ton pada tahun 2050. Saat ini, biaya produksi amonia berbahan dasar gas alam dan batu bara yaitu USD 110-340 per ton. Carbon Capture Storage (CCS) akan menambah biaya sebesar USD 100-150 per ton, sehingga biaya produksi rendah karbon berbasis fosil menjadi USD 210-490 per ton," jelas Warsito.

Warsito menambahkan, proyeksi produksi amonia dengan skenario membatasi kenaikan suhu 1,5˚C adalah saat ini sebagian besar amonia dihasilkan dari gas alam 72% dan batu bara 22. Kata Warsito, kapasitas gabungan semua proyek amonia terbarukan adalah 15 Mt pada tahun 2030 yaitu 8% dari produksi amonia global saat ini. [azz]

Baca juga:
Sri Mulyani: ASEAN Butuh Rp406 Triliun per Tahun untuk Capai Target 23 Persen EBT
Punya Potensi Besar, Minat Investor di Industri Geothermal RI Tinggi
Pertamina Geothermal Target Kapasitas Produksi Capai 1.272 MW Hingga 2027
Percepat Transisi Energi, Indonesia Gandeng Aliansi Asal Amerika Serikat
Mitratel Bakal Bangun Tower Ramah Lingkungan di IKN
Bocoran ESDM: Indonesia-Singapura Bakal Bangun PLTS Raksasa

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini