Pemulihan Ekonomi RI Dinilai Butuh Waktu yang Panjang
Merdeka.com - Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Chatib Basri, meyakini pola pemulihan ekonomi nasional tidak akan berbentuk V shape, melainkan U shape, sehingga masa pemulihan ekonomi Indonesia diprediksikan membutuhkan waktu yang panjang.
"Saya yakin ekonomi kita akan pulih. Recovery kita bentuknya agak susah untuk bentuk V, mungkin bentuknya huruf U, kalau bentuk huruf U artinya setiap perusahaan harus siap untuk proses pemulihan agak panjang," kata Chatib dalam seminar nasional daring AFPI, Kamis (3/9).
Sehingga jika pemulihan itu terbukti U shape maka para pelaku UMKM dan usaha besar harus bisa bertahan, hingga perekonomian Indonesia pulih di masa mendatang. "Namun yang jadi masalah adalah kalau proses pemulihannya agak panjang, apakah akan survive atau tidak tergantung napasnya cukup atau tidak," ujarnya.
Menurut Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014, napas yang dimaksud adalah kemampuan bertahan di situasi krisis dampak pandemi covid-19. Kata Chatib napas yang cukup itu bisa didorong oleh akses keuangan yang dimiliki si pelaku usaha.
"Katakanlah UKM kalau punya tabungan terbatas sementara pemulihannya memakan waktu Panjang, napasnya tidak cukup namun sebelum pulih sudah keburu tutup. Artinya yang mereka butuhkan adalah relaksasi dari kredit dana, karena kalau panjang recovery nya baru bisa kembali normal itu dia akan mengalami kesulitan membayar kreditnya," jelasnya.
Fintech
Chatib berpendapat bahwa industri fintech memiliki keunggulan yang bisa dimanfaatkan di masa pandemi ini. Salah satunya aktivitas pembiayaan bisa dilakukan secara digital tanpa harus bertatap muka, selain itu prosesnya cepat dan tidak sulit.
"Nah yang punya keunggulan itu adalah Peer to Peer fintech karena mereka punya kredit scoring, segala macam. Misalnya orang ingin menentukan kredit dalam konvensional bisnis tidak gampang, tapi kalau Peer to Peer itu tidak perlu ketemu orang, prosesnya bisa cepat, jadi akses speed bisa dipenuhi," katanya.
Begitu juga terkait agunan, untuk pembiayaan konvensional jika dalam situasi pemulihannya lambat, malah mengakibatkan pelaku usaha menutup usahanya karena sulitnya mengakses pembiayaan kredit.
"Saya justru melihat bahwa Peer to Peer bisa membantu kita di situasi saat ini, tetapi bahwa itu tidak berdiri sendiri regulatornya juga harus mensupport, misalnya relaksasi kalau dari debiturnya minta relaksasi kredit mau gak mau itu treatmentnya kepada Peer to Peer harus sama seperti di perbankan," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo bilang proyeksi pertumbuhan ekonomi tinggi ini hasil kajian dari tim khususnya.
Baca SelengkapnyaNurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPersiapan pemilu juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2023.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaSektor fintech syariah dapat terus tumbuh dan mampu menjawab kebutuhan keuangan konsumen Muslim di Indonesia.
Baca Selengkapnya