OJK: Sektor Keuangan Kedua Terbanyak Alami Serangan Siber Sepanjang 2021
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan sektor keuangan menjadi sektor yang menempati peringkat kedua terbanyak alami serangan siber di 2021, yakni 22,4 persen. Peringkat pertama adalah sektor manufaktur sebanyak 23,20 persen.
Deputi Direktur Basel & Perbankan Internasional, Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Tony mengatakan, sebanyak 70 persen serangan ditujukan kepada bank, dan 16 persen kepada perusahaan asuransi dan 14 persen sektor keuangan lainnya.
Dari paparannya, serangan siber yang sering dialami di perbankan biasanya menyangkut 5 hal, di antaranya unencrypted data, malware, unsecured third party services, manipulated data, dan website atau application spoofing.
"Memang kadangkala (serangan siber) iseng sifatnya ada juga tujuannya untuk mengambil untung, bahkan meminta tebusan itu terjadi di semua sektor. Dan sektor keuangan menjadi sektor yang menarik karena di dalamnya ada uang. Mereka sangat berusaha masuk ke sektor keuangan," kata Tony dalam seminar Mengukur Percepatan Transformasi Digital Perbankan: Bagaimana Strategi Mitigasi dan Kesiapan Bank Menghadapi Cybercrime?, Selasa (17/5).
Menurutnya, digitalisasi datang dengan berbagai tantangan. Salah satu yang utama adalah keamanan siber.
"Ada yang memprediksi serangan siber paling besar terjadi di sektor keuangan dan ini seringkali terjadi. Memang serangan siber ini banyak macam jenisnya, serangan siber juga terus mengalami evolusi terus menerus," katanya.
Ingatkan Bank Persiapkan Langkah Mitigasi
Banyak serangan siber baru dan terus terjadi di perbankan, baik secara global maupun domestik dan itu mengancam perbankan nasional. Sehingga memang serangan siber ini perlu untuk segera diatasi dan dimitigasi dengan baik oleh bank.
Dia menyarankan agar bank tidak mengalami gangguan kedepannya atau kehilangan keuangan maupun kehilangan reputasi akibat serangan siber tersebut. Sektor perbankan harus siap untuk melakukan mitigasi terhadap risiko keamanan siber.
Sebab, jika tidak begitu semakin marak dan tentunya serangan siber ini dilakukan bukan hanya sendiri tapi oleh beberapa kelompok.
"Saya bilang bahwa probabilitas serangan siber ke depan diprediksi di sektor keuangan itu bisa mencapai 86,7 persen dan memang itu tuh ada kemungkinan itu akan terjadi jika bank-banknya tidak siap untuk melakukan mitigasi terhadap risiko keamanan siber," ungkapnya.
Terdapat dua faktor utama dilakukannya serangan siber, yaitu pertama, pelaku memang sengaja mencari keuntungan. Kedua, pelaku hanya membuktikan bahwa dirinya mampu membobol keamanan suatu perusahaan, khususnya sektor keuangan.
"Buat serangan siber sendiri timbul kebanggaan jika berhasil serang bank yang keamananya tinggi. Kalau baca literatur ada 2 faktor, pertama untuk cari keuntungan dan pride," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
OJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024
Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaOJK Terbitkan Aturan Baru Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Simak 11 Poin Pentingnya
Ini sebagai upaya OJK memperkuat upaya pelindungan konsumen di sektor jasa keuangan.
Baca SelengkapnyaOJK Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Melalui Pesantren
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
OJK Luncurkan Roadmap Penguatan Perusahaan Pembiayaan 2024-2028, Ini Isi dan Tujuannya
Peluncuran ini sejalan dengan mandat UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Baca SelengkapnyaOJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 11 Persen di 2024
Optimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan DPK Perbankan Melambat per November 2023, OJK Ungkap Penyebabnya
Di sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca Selengkapnya72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaOJK Perkuat Perusahaan Modal Ventura Dorong UMKM dan Perekonomian Nasional
Roadmap PMV diluncurkan untuk semakin mendorong dan mengembangkan sektor jasa keuangan.
Baca SelengkapnyaPenerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca Selengkapnya