Menkeu yakin Rupiah tak melemah akibat UU Pilkada lewat DPRD
Merdeka.com - Menteri Keuangan Chatib Basri menampik anggapan pasar bereaksi negatif pasca diketoknya Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang kini dilaksanakan melalui DPRD.
Pelemahan Rupiah di awal pekan ini lebih terkait tren global, setelah Amerika Serikat memastikan penaikan suku bunga perbankan pada triwulan II 2015. Kalau benar anjloknya kurs akibat sentimen negatif dari domestik, maka India atau Turki seharusnya tak mengalami pelemahan sebagaimana di Tanah Air.
"Banyak yang ngomong itu karena pilkada. Itu di negara-negara lain enggak ada pilkada, mata uangnya melemah, praktis satu bulan terakhir ada pelemahan nilai tukar," kata Chatib di Jakarta, Senin (29/9).
Sebagian ekonom menyuarakan munculnya sentimen negatif, bahwa UU Pilkada berdampak pada aliran investasi ke daerah-daerah.
Menkeu lebih meyakini, pasar sedang melarikan diri dari Rupiah karena sedang mempersiapkan kemungkinan Indonesia mengalami pembalikan modal asing tahun depan.
Chatib pun menjamin, seluruh asumsi makro APBN 2015 sudah mengantisipasi pendanaan lebih lapang supaya pemerintah tidak tekor ketika dana asing kabur.
"Yang penting antisipasi sejak awal. Market lihat pemerintah siap enggak, paling bahaya kalau pemerintah dianggap enggak tahu, dan baru mempersiapkan kemudian," ujarnya.
Pada APBN 2015, defisit anggaran ditargetkan 2,21 persen terhadap PDB atau sebesar Rp 245,8 triliun. Pembiayaan utang pemerintah ditetapkan sebesar Rp 254,8 triliun dan pembiayaan non utang sebesar Rp 8,961 triliun.
Pasar akan segera melakukan normalisasi dalam perdagangan Rupiah, asal muncul tanda-tanda keseriusan pemerintahan Joko Widodo menaikkan Bahan Bakar Minyak.
"Bukan tidak mungkin defisit bisa di bawah 2 persen, kenapa? Kalau kenaikan BBM dilakukan akan menurunkan defisit anggaran," tandasnya.
Dalam data Bank Indonesia, Rupiah hari ini, Senin (29/9), diperdagangkan Rp 12.059 per USD. Di pasar spot antar bank, Rupiah anjlok lebih parah, mencapai Rp 12.100 per Dolar Amerika. Data Bloomberg bahkan mencatat pada pukul 17.50 WIB, mata uang Indonesia ada di posisi Rp 12.126 per USD.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaSepasang kekasih itu sudah menjual sekitar Rp100 juta uang palsu
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya