Kolaborasi PGN-MRT Buat Harga Gas Lebih Murah, Bakal Untungkan UMKM
Sementara terkait komitmen Pertamina menuju NZE 2060, dia menyatakan, meskipun merupakan energi fosil, namun emisi gas sangat kecil jauh lebih kecil dari batubara dan minyak bumi.
Sementara terkait komitmen Pertamina menuju NZE 2060, dia menyatakan, meskipun merupakan energi fosil, namun emisi gas sangat kecil jauh lebih kecil dari batubara dan minyak bumi.
Pengamat energi bersih, Abadi Poernomo menilai bahwa kerja sama Pertamina melalui Sub Holding Gas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan MRT menguntungkan para pedagang, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di berbagai jalur transportasi massal tersebut.
"Mereka (UMKM) akan banyak diuntungkan karena harga gas melalui jaringan pipa tentu lebih murah,” kata Abadi dikutip dari Antara, Selasa (27/2).
Pekan lalu, PGN sebagai Subholding Gas Pertamina melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT MRT Jakarta terkait rencana perluasan pemanfaatan jaringan gas kota di sepanjang jalur Kawasan Berorientasi Transit atau Transit Oriented Development (TOD) MRT Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.
Kolaborasi dilakukan sesuai mandat yang dimiliki PT MRT Jakarta yakni selain membangun jalur transportasi, juga mengoperasikan dan memelihara, serta membangun bisnis. Termasuk kawasan orientasi transit di sekitar stasiun, yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Dukuh Atas, sampai Kota Tua.
Menurut Abadi, jaringan gas (jargas) memang lebih murah dibandingkan elpiji yang sebagian besar diperoleh melalui impor, karena itu melalui ekspansi yang terus dilakukan PGN, termasuk kerja sama dengan MRT, akan berdampak positif juga untuk mengurangi beban subsidi, yang setiap tahun terus membengkak.
"Bagaimana pun, subsidi di elpiji sudah cukup besar karena konsumsinya terus naik. Apalagi LPG 3 Kilogram selama ini dijual di bawah harga keekonomian,” katanya.
Sementara terkait komitmen Pertamina menuju NZE 2060, dia menyatakan, meskipun merupakan energi fosil, namun emisi gas sangat kecil jauh lebih kecil dari batubara dan minyak bumi.
"Betul, ke arah sana. Kalau terkait dengan energi bersih, ini adalah salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan batubara," katanya.
Untuk itu, Abadi sepakat dengan ekspansi yang terus dilakukan PGN, termasuk ke depan, untuk memperluas jargas ke seluruh rumah tangga di Indonesia.
Namun demikian, tambahnya, sebagai upaya transisi energi, Pertamina juga harus melanjutkan implementasi energi baru dan terbarukan misalnya, memperluas pemasangan solar panel di berbagai SPBU.
Kerja sama MRT dan PGN ini merajut antara aspek tata ruang dan energi.
Baca SelengkapnyaPengelola makanan di tenan-tenan stasiun misalnya, bisa memanfaatkan jaringan gas.
Baca SelengkapnyaPertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaSelain itu, kementerian juga telah menyetujui alokasi dan harga gas untuk tiga pembeli gas.
Baca SelengkapnyaKepastian program HGBT ke depannya memang harus mencapai quorum antara dirinya bersama Menteri Keuangan dan Menperin.
Baca SelengkapnyaProduksi LNG KMJ diperkirakan mengalir mulai 2028 dengan rencana kapasitas sebesar 60 MMSCFD.
Baca SelengkapnyaIndonesia butuh dana antara Rp69-75 triliun untuk membeli sejumlah komoditas energi.
Baca SelengkapnyaPGN terbuka dan mendorong bagi semua sektor usaha untuk menggunakan gas bumi agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata bersama.
Baca SelengkapnyaInsentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.
Baca Selengkapnya