Kerusuhan Papua Dikhawatirkan Tingkatkan Keraguan Investor Asing
Merdeka.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai dialog sosial secara intensif dapat meredam kericuhan di Wamena, Papua. Persoalan keamanan harus segera diatasi, kalau tidak akan mengganggu aktivitas ekonomi setempat. Selain itu, dikhawatirkan juga dapat mempengaruhi persepsi investor asing karena ini konteksnya Indonesia.
"Persoalan di Papua memang cukup kompleks, ada aspek sosial dan politik yang kemudian berimplikasi pada keamanan dan aktivitas ekonomi. Maka itu, pendekatannya bukan lagi politik tetapi aspek sosial dalam rangka mensejahterakan masyarakat," ujar Direktur Indef, Eko Listiyanto, seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (24/9).
Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga harus lebih intensif melakukan pertemuan dengan tokoh adat dan masyarakat setempat agar kericuhan segera mereda dan tidak berkelanjutan. "Kita berharap kericuhan serupa tidak terjadi di tempat-tempat lain yang dapat menambah kekhawatiran investor," ucapnya.
Dia mengatakan, kontribusi ekonomi Papua terhadap produk domestik bruto (PDB) memang relatif masih kecil. Tapi potensi peningkatan ekonomi Papua ke depannya akan cukup besar. "PDB itu, dipengaruhi juga oleh aktivitas penduduknya," ucapnya.
Menurut dia, sektor pertambangan masih menjadi sesuatu yang menarik bagi investor, ditambah sektor pariwisata yang memiliki potensi cukup besar dalam menarik wisatawan yang akhirnya dapat mendorong perekonomian meningkat. "Memang, masih banyak yang harus dilakukan dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar mulai dari kesehatan, pendidikan, kesenjangan ekonomi, isolasi daerah, hingga keamanan," katanya.
Eko mengakui, perhatian pemerintah terhadap Papua dan Papua Barat memang sudah cukup baik, salah satunya dapat dilihat dari alokasi anggaran untuk Dana Otonomi Khusus sebesar Rp8,374 triliun dalam RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020.
Dalam RUU APBN itu, alokasi dana untuk Papua sebesar Rp5,861 triliun, dan sebesar Rp2,512 triliun untuk Papua Barat. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan Dana Tambahan Infrastruktur Papua dan Papua Barat sebesar Rp4,680 triliun.
Tak Seperti 1998, Demo dan Kerusuhan Papua Tak Berdampak pada Perbankan
Kondisi politik dan keamanan di Tanah Air kini tengah menjadi sorotan. Banyak aksi menolak beberapa kebijakan seperti RUU KPK, RUU KUHP hingga kerusuhan di Papua yang tak kunjung usai. Namun, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai kisruh nasional yang kini tengah terjadi di Indonesia tidak akan mempengaruhi investasi dan simpanan di perbankan.
Kepala Eksekutif LPS, Fauzi Ichsan menjelaskan ada beberapa hal yang dapat mengganggu stabilitas simpanan di perbankan. "Kalau kita bicara simpanan sangat bergantung dengan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan aliran modal dari luar negeri," kata dia saat ditemui di kantornya, Selasa (24/9).
Berkaca pada pengalaman, kisruh nasional bisa saja dapat berpengaruh pada iklim investasi hingga simpanan di perbankan. Namun aksi tersebut yang berskala besar seperti kerusuhan pada 1998 silam. Sementara aksi saat ini dinilai masih jauh dari kondisi tersebut. "Kan ini masih jauh dibanding kerusuhan 1998," ujarnya
Selain itu, dia menegaskan dinamika dalam dunia politik merupakan hal yang lumrah terjadi. Tak hanya di Indonesia, hal-hal serupa kerap terjadi juga di negara lainnya. Selama tidak menjelma menjadi sebuah kerusuhan, hal itu tidak akan membawa dampak buruk terhadap perekonomian.
"Jadi, dinamika politik biasa, bukan di Indonesia saja. Yang penting gak kerusuhan seperti 98," katanya.
Kerusuhan Papua Telan Korban Jiwa
Kerusuhan di Wamena, Papua, memakan korban jiwa. Terdata 22 warga meninggal dunia atas insiden tersebut. "22 Meninggal dunia, 1 di rumah sakit yang kritis," tutur Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal lewat pesan singkat, Selasa (24/9).Kamal menyebut, dari puluhan korban tewas tersebut, ada di antaranya yang terjebak dalam bangunan yang terbakar. "Mereka ada satu keluarga yang terjebak dibakar massa rumahnya," jelas Kamal.Ribuan masyarakat di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi ke markas polisi dan TNI sejak Senin, 23 September 2019. Mereka mengungsi karena kerusuhan anarkis yang terjadi di kota tersebut."Ada ribuan masyarakat mengungsi di Mapolsek, Mapolres, dan Kodim. Sampai Selasa pagi ini mereka masih mengungsi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal kepada Liputan6.com.Menurut dia, ada kemungkinan mereka akan kembali ke rumah masing-masing karena situasi keamanan di Wamena sudah kondusif.Sementara ini, anggota Polri dan TNI terus berpatroli serta berjaga di permukiman warga. Penjagaan dilakukan untuk menghindari adanya kejadian tak diinginkan yang merugikan masyarakat kembali terjadi."Jadi anggota kita dan TNI, selain di objek vital, juga mengamankan perkampungan dengan patroli dan penjagaan. Ini untuk mencegah upaya pembakaran dan penjarahan barang-barang di rumah warga yang ditinggalkan untuk mengungsi," kata Kamal soal situasi di Wamena.
Kerusuhan di Wamena, Papua, memakan korban jiwa. Terdata 22 warga meninggal dunia atas insiden tersebut.
"22 Meninggal dunia, 1 di rumah sakit yang kritis," tutur Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal lewat pesan singkat, Selasa (24/9/2019).
Kamal menyebut, dari puluhan korban tewas tersebut, ada di antaranya yang terjebak dalam bangunan yang terbakar.
"Mereka ada satu keluarga yang terjebak dibakar massa rumahnya," jelas Kamal.
Ribuan masyarakat di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi ke markas polisi dan TNI sejak Senin, 23 September 2019. Mereka mengungsi karena kerusuhan anarkis yang terjadi di kota tersebut.
"Ada ribuan masyarakat mengungsi di Mapolsek, Mapolres, dan Kodim. Sampai Selasa pagi ini mereka masih mengungsi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal kepada Liputan6.com.
Menurut dia, ada kemungkinan mereka akan kembali ke rumah masing-masing karena situasi keamanan di Wamena sudah kondusif.
Sementara ini, anggota Polri dan TNI terus berpatroli serta berjaga di permukiman warga. Penjagaan dilakukan untuk menghindari adanya kejadian tak diinginkan yang merugikan masyarakat kembali terjadi.
"Jadi anggota kita dan TNI, selain di objek vital, juga mengamankan perkampungan dengan patroli dan penjagaan. Ini untuk mencegah upaya pembakaran dan penjarahan barang-barang di rumah warga yang ditinggalkan untuk mengungsi," kata Kamal soal situasi di Wamena.
Baca juga:Data Korban versi Kapolri Tito: 26 Meninggal Saat Rusuh WamenaPerwakilan DPRD Papua dan Papua Barat Minta Pemerintah Tarik TNI dan PolriKapolri Jelaskan Kronologi Rusuh Wamena Dipicu Murid Salah Dengar Ucapan GuruRusuh di Wamena, Kapolri Tuding Benny Wenda Ingin Branding Pelanggaran HAM di PapuaKapolri: Aspirasi Politik Pakai Cara Kekerasan Tak akan Dapat Dukungan10 Korban Demo di RSUD Wamena Dievakuasi ke JayapuraPenerbangan Dari dan Menuju Wamena Papua Berangsur Normal
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaAIS Forum nengembangkan wirausaha biru berkelanjutan di Papua Nugini.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia diajak dan diingatkan untuk konsisten dan bijaksana dalam membuat Keputusan investasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ekonomi hijau dinilai sebagai solusi dari sistem ekonomi eksploitatif yang selama ini cenderung merusak lingkungan.
Baca SelengkapnyaLanjut Mahfud, ada orang yang mau berinvestasi dengan prospek yang besar atau gede.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaDalam subtema perdagangan untuk meliberalisasi perekonomian Indonesia telah meratifikasi lebih dari 25 perjanjian perdagangan bebas.
Baca SelengkapnyaSelama ini ada sejumlah kesulitan yang dialami investor baru maupun investor lama, yang mana sebagian investor baru sukar membuat keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaIndeks Pembangunan Manusia Indonesia naik peringkat dari urutan 114 ke 112
Baca Selengkapnya