Kemenkeu Yakin APBN Tak Jebol Meski Harga Minyak Dunia Meroket, Ini Alasannya
Anak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Anak Buah Sri Mulyani tersebut meyakini kenaikan harga minyak mentah dunia bersifat sementara.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Abdurrohman memastikan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap memadai dalam merespon kenaikan harga minyak mentah (ICP).
Meskipun, harga minyak mentah jenis brent naik ke level USD95,96 per barel.
"Kalau dari kami percaya (kenaikan) harga minyak enggak tahan lama di titik ini. Kami percaya whole year (sepanjang tahun) depan enggak sampai USD 100 (per barel) dari sisi pemerintah," kata Abdurrohman dalam Media Gathering di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, ditulis Selasa (26/9).
merdeka.com
Dalam APBN 2024, pemerintah menetapkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) di kisaran 82 USD/barel dan target lifting minyak sebanyak 635 ribu barel/hari.
Angka ini lebih tinggi dari postur RAPBN 2024 untuk nilai ICP sebesar 80 USD/barel dan target lifting minyak sebanyak 625 ribu barel/hari.
Dengan ini, penerimaan negara tetap tinggi meski harga minyak dunia mengalami kenaikan tajam.
"Di 2022 ICP tinggi kita diuntungkan meski dari sisi belanja tinggi, tapi penerimaan tinggi juga, karena harga komoditas ngikutin," kata Abdurrohman.
"Kita lihat di 2023, kalau ada pergerakan signifikan, mungkin kita diminta langsung exercise, untuk antisipasi kebijakannya," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait penyebab lonjakan harga minyak mentah dunia yang mendekati level USD 100 per barel. Terkini, brent telah diperdagangkan pada kisaran USD95 per barel.
"Harga minyak Brent itu mengalami kenaikan 9,8 persen. Bahkan, sudah mendekati atau di sekitar 95 dolar per barel," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Rabu (20/9).
Sri Mulyani menyebut, lonjakan harga minyak mentah dunia terjadi sebagai dampak dari kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi dan Rusia. Dua negara minyak tersebut telah membatasi produksi minyak.
Padahal, dari sisi permintaan minyak pandangan sejumlah negara mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dari perekonomian Amerika Serikat (AS) yang relatif resiliensi, meskipun dihantam inflasi dan suku bunga tinggi.
Begitu juga dengan China yang mengalami perlambatan ekonomi tetapi permintaan terhadap minyak masih tetap sama.
"RRT (China) yang ekonominya melemah, tapi permintaan terhadap minyak tidak menurun," imbuhnya.
Tren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPadahal, kesepakatan Pemerintah bersama DPR RI menetapkan harga minyak mentah mencapai USD 82 per barel.
Baca SelengkapnyaLonjakan harga minyak dunia (ICP) mulai terasa dampaknya di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaSeharusnya, menurut Zulkifli, pembeli Minyakita adalah pembeli minyak curah.
Baca SelengkapnyaDia juga mengajak masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca SelengkapnyaAjakan ini merespon kenaikan harga cabai rawit hingga Rp100.000/kg.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaLonjakan harga minyak dunia diperkirakan bakal semakin berdampak terhadap harga BBM Non Subsidi yang tidak mendapat sokongan anggaran dari APBN.
Baca Selengkapnya