Kebijakan BI Sudah Antisipasi Risiko Ketegangan Rusia-Ukraina
Merdeka.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, bauran kebijakan yang diterapkan bank sentral sudah mengantisipasi tekanan terhadap stabilitas perekonomian akibat risiko geopolitik, seperti halnya ketegangan Rusia-Ukraina sekarang ini.
"BI dalam bauran kebijakan sudah mengantisipasi berbagai risiko termasuk risiko dari geopolitik dan secara pre-emptive telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas khususnya melalui kebijakan moneter," kata Dody dikutip Antara, Kamis (24/2).
Menurutnya, peningkatan tensi geopolitik akan menjadi sentimen negatif di pasar keuangan, dan menyebabkan sikap para investor yang cenderung beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman (risk off).
Terkait dampak ke pemulihan ekonomi domestik, Dody berharap sentimen negatif dari eksternal ini dapat diimbangi sentimen positif dari domestik, seperti kondisi pandemi COVID-19 yang semakin terkendali, ekonomi yang terus bangkit, prospek yang positif, dan kredibilitas kebijakan yang kuat.
"Dengan demikian diharapkan dampak negatif eksternal dapat dikurangi," ujar Dody.
Pada Kamis dini hari, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk melakukan operasi militer khusus di wilayah Donbass, Ukraina. Putin mengatakan Rusia tidak mempunyai pilihan selain membentengi diri terhadap apa yang disebutnya sebagai ancaman dari Ukraina modern.
Dia juga menegaskan Rusia akan langsung merespons jika ada pasukan asing yang berupaya menghalangi aksinya. Setelah deklarasi Putin tersebut, terjadi sejumlah ledakan beberapa wilayah di Ukraina mulai sekitar pukul 5 pagi waktu setempat.
Penjaga perbatasan mengungkapkan bahwa pasukan militer Rusia menerobos perbatasan Ukraina menuju wilayah Chernihiv, Kharkiv, dan Luhansk.
Sementara itu di pasar spot, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan pada Kamis sore ditutup melemah 53 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.391 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.338 per USD.
Begitu juga dengan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pada Kamis sore turun mengikuti anjloknya bursa saham regional dan global akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.
IHSG ditutup melemah 102,24 poin atau 1,48 persen ke posisi 6.817,82. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 11,43 poin atau 1,16 persen ke posisi 973,65.
"Melemahnya IHSG dan mayoritas indeks Asia pada hari ini karena disebabkan oleh memanasnya hubungan Rusia dan Ukraina yang membuat para pelaku pasar menjadi khawatir," kata Analis Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaDirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Baca SelengkapnyaOtoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja sektor jasa keuangan di Indonesia terbilang stabil.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnya