Industri pembiayaan khawatir pelemahan Rupiah bikin harga kendaraan naik
Merdeka.com - Direktur PT Mandiri Tunas Finance (MTF) Harjanto Tjitohardjojo berharap pelemahan rupiah yang terjadi saat ini bisa segera berakhir. Sebab, pelemahan tersebut berpotensi membuat harga kendaraan naik.
Menurutnya, hingga saat ini pelemahan rupiah belum berdampak terhadap pemintaan kendaraan. Namun jika terus melemah, pihaknya khawatir akan mengurangi keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan."Sampai hari ini tidak ada (dampaknya). Cuma tantangan apakah kurs akan bergerak terus? Sebab risikonya harga kendaraan akan naik, otomatis orang mikir-mikir untuk beli. Tapi sampai sekarang tidak (ada dampaknya). Ini dealer masih menahan harga (agar tidak naik)," ujar dia di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (4/9).
Dia menjelaskan, yang diharapkan oleh para pelaku di industri ini bukan soal pelemahan atau penguatan rupiah, melainkan kestabilannya. Dengan demikian, pelaku industri bisa menyusun rencana bisnisnya dengan lebih baik.
"Harga kendaraan naik karena komponennya kan masih ada yang impor. Harapan kami rupiah ini stabil, sehingga kami bikin program lebih panjang. Soal tinggi rendahnya itu relatif. Waktu suku bunga 13 persen kita masih bisa jualan, tapi kalau suku bungan kecil memang kita bisa jualan lebih banyak," ungkap dia.
Namun demikian, Harjanto masih tetap optimis terhadap pasar otomotif Indonesia ke depannya. Sebab, saat ini rasio jumlah kendaraan di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara tetangga.
"Rasio pemilikan kendaraan di Indonesia baru 4 persen. Sedangkan di Malaysia sudah 11 persen. Makanya selain di Jakarta, kita juga punya satelit (perwakilan) di daerah untuk bisa menjangkau masyarakat di sana," tandas dia.
Diketahui, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah di perdagangan hari ini. Bahkan, nilai tukar nyaris menyentuh level Rp 15.000 per USD.
Mengutip data Bloomberg, tadi pagi Rupiah dibuka di Rp 14.822 per USD dan sempat menguat ke level Rp 14.700-an per USD. Saat ini, Rupiah berada di level Rp 14.935 menuju level Rp 15.000 per USD.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kinerja Industri Pembiayaan Diprediksi Tumbuh Hingga 16 Persen di 2024
Industri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Anjlok 2,02 Persen, Gubernur BI: Lebih Baik Dibanding Ringgit Malaysia
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya6,8 Juta Kendaraan Diprediksi Lewati Tol Kelolaan Astra Infra saat Mudik Lebaran 2024
Adapun sebaran kendaraannya antara lain Tanggerang-Merak diprediksi sebanyak 3,5 juta kendaraan atau naik 3,6 persen.
Baca SelengkapnyaRupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnya