Impor jadi solusi jangka pendek jaga stabilisasi harga pangan
Merdeka.com - Langkah stabilisasi harga pangan di dalam negeri lewat pembukaan keran impor disebut tidak bisa dihindari pemerintah. Sebab, realisasi program ketahanan pangan sejumlah komoditas pangan masih minim. Importasi akhirnya jadi solusi efektif untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menuturkan, tugas Kementerian Perdagangan di sektor pangan memang tak terlepas dari dua aspek, yakni ekspor komoditas dan upaya untuk stabilisasi harga pangan lewat impor.
"Fokus dari Kementerian Perdagangan, saat ini lebih besar kepada stabilisasi dalam negeri. Ya kita melihatnya itu tidak salah karena memang ada kebutuhan yang cukup mendesak terhadap stabilisasi harga pangan," ucapnya di Jakarta, Minggu (25/3).
Menurutnya, persoalan stabilisasi harga sebenarnya tak perlu dikejar lewat importasi komoditas, syaratnya produksi pangan dalam negeri sudah berlebih atau swasembada.
"Nah, kalau itu terjadi sih kita bisa mengurangi impor secara bertahap. Itu tentunya bagus ya, tapi belum dimulai, jadi harus impor. Kalau tidak harga melonjak tinggi, pada teriak di dalam negeri. Akibatnya, bisa menimbulkan kondisi sosial yang tidak baik. Itu yang akhirnya disiasati dengan program jangka pendek seperti impor," bebernya.
Dia mencontohkan soal impor bawang putih yang mau tak mau harus dilakukan karena lahan yang terbatas untuk produksi bawang putih. "Jadi, lebih banyak untuk jangka pendek, shortcut demi stabilisasi. Di dalam jangka panjang semestinya ketahanan pangan yang diusulkan Pak Jokowi pada awal pemerintahan itu betul-betul semestinya dikerjakan mulai dari sekarang. Kan kita belum, akibatnya ya harus impor," kata Chief Economist Samuel Sekuritas tersebut.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati menuturkan, dengan keterbatasan produksi bawang putih di dalam negeri, saat ini importasi menjadi satu-satunya jalan keluar agar pasokan dan harga tetap terjaga.
Hanya saja, Enny berharap, impor yang dilakukan tidak sampai membuat petani bawang putih lokal rugi. "Impor sebenarnya tidak apa-apa asal tidak mengganggu petani kita. Untuk bawang putih porsi impor memang masih besar, karena itu hanya bisa diproduksi di dataran tinggi," tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono baru-baru ini menyebutkan, ada dua usaha kucing-kucingan importir nakal yang berhasil dicegah Kemendag. Pertama adalah impor bibit bawang putih yang ternyata dijual ke pasar sebagai produk konsumsi. Kedua, masuknya jeruk impor illegal dari Cina.
Pada awal bulan ini Direktorat Tertib Niaga, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tata Niaga (PKTN) Kemendag mengamankan 5 ton atau sekitar 254 karung bibit bawang putih impor. Pengamanan dilakukan karena bibit bawang putih tersebut malah diperjualbelikan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.
"Segel di karungnya tercantum bibit bawang putih atau garlic seed, bukan untuk konsumsi. Tapi, dijual di pasar. Ini kita amankan dari pasar," jelas Veri.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah melakukan upaya-upaya intervensi untuk menstabilkan harga beras
Baca SelengkapnyaPemerintah membantah kenaikan harga dan kelangkaan beras karena program bansos pangan yang aktif dibagikan belakangan ini.
Baca SelengkapnyaBulog janji penugasan impor beras akan dikelola dengan baik untuk menjaga stabilitas harga beras di pasaran di pasaran.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Harapannya, langkah itu bisa menambah suplai untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Baca SelengkapnyaImpor beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H.
Baca SelengkapnyaBayu menjelaskan bahwa SPHP merupakan program pemerintah melalui Badan Pangan Nasional yang dilaksanakan oleh Bulog dalam rangka menjaga stabilitas harga beras.
Baca SelengkapnyaPemerintah ingin memastikan agar masyarakat tidak melakukan hal ini setibanya pulang dari luar negeri dengan barang impor.
Baca SelengkapnyaTurunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaBeras dalam kemasan kantong plastik ukuran 5 kilogram itu merupakan cadangan beras pemerintah untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
Baca Selengkapnya