Harga Tahu Tempe di Pasar Belum Naik Meski Kedelai Makin Mahal, ini Alasannya
Merdeka.com - Sekretaris Umum Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Ngadiran menyatakan, saat ini, harga tempe dan tahu di pasaran belum mengalami kenaikan meski harga kedelai dunia terus mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir.
Ngadiran menyebut, masih stabilnya harga pangan tinggi protein nabati tersebut di pasaran lantaran produsen masih menggunakan stok kedelai lama.
"Sampai dengan saat ini belum (naik), masih punya stok (lama)," ujarnya kepada Merdeka.com di Jakarta, Sabtu (12/2)
Ngadiran menyampaikan, harga tahu di pasar tradisional dibanderol masih normal. Yakni berkisar Rp5.00 hingga Rp1.000 tergantung pada ukuran dan kualitas.
"Tempe juga (normal). Ada yang Rp6.000 sampai Rp10.000 tergantung ukuran," terangnya.
Lebih lanjut, dia mengaku belum bisa memprediksi berapa besar lonjakan harga tahu dan tempe dalam beberapa waktu ke depan. Alasannya, tren harga kedelai bersifat dinamis dan belum dilakukannya belanja baru.
"Belum tahu (kenaikan). Belum belanja (kedelai) harga baru," tutupnya.
Kemendag Prediksi Harga Tempe dan Tahu Akan Naik Imbas Kedelai Mahal
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memprediksi harga tempe di tingkat pengrajin akan naik di kisaran Rp10.300 – Rp10.600 per Kg dalam waktu dekat. Tak hanya itu, harga tahu per papannya juga diprediksi naik menjadi Rp52.450 –53.700 atau Rp600-700 per potongnya.
"Karena para pengrajin harus membeli bahan baku berkisar antara Rp11.500 lebih, sehingga mereka harus menyesuaikan harga produk turunan dari kedelai khususnya tahu dan tempe," kata Dirjen Perdagangan Dalam negeri Kemendag, Oke Nurwan dalam konferensi pers tentang kedelai, secara virtual, Jumat (11/2).
Oke menjelaskan, kenaikan harga dua bahan pangan tersebut dikarenakan harga kedelai dunia yang terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi kedelai di dunia saat ini mengalami gangguan supply. Misalnya di Brasil, telah terjadi penurunan produksi kedelai yang tadinya 140 juta ton menurun menjadi 125 juta ton.
Penurunan produksi kedelai dunia ini berdampak pada kenaikan harga kedelai. Beberapa penyebab lainnya yaitu inflasi di AS yang mencapai 7 persen yang berdampak pada harga input produksi.
Dari perkembangan harganya, minggu pertama Februari 2022 mencapai USD 15,77 per bushel atau berkisar Rp11.240 per kg di tingkat importir dalam negeri.
"Hal ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, berdasarkan informasi yang diterima kenaikan ini bisa sampai bulan Mei yang diperkirakan mencapai harganya USD 15,79 per bushel," ujarnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi global turut berkontribusi naiknya harga sejumlah komoditas.
Baca SelengkapnyaPemicu masih mahalnya harga beras disebabkan oleh pola konsumsi beras dan masa tanam hingga panen.
Baca SelengkapnyaData pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Harga telur saat ini sudah mendekati harga acuan yang ditentukan pemerintah.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaHarga tinggi telur dan daging itu ditemukan Satgas Pangan Polri mengecek ketersediaan stok pangan di sejumlah pasar tradisional.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras medium disebabkan oleh stok kiriman beras menipis.
Baca SelengkapnyaIpah menyebut, kenaikan harga telur ayam telah berlangsung selama satu pekan terakhir.
Baca SelengkapnyaMakanan yang mengalami kenaikan di antaranya daging sapi, hingga gula. Bahkan keduanya merupakan komoditas pokok.
Baca Selengkapnya