Bunga KPR tinggi bakal bertahan lama

Merdeka.com - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengisyaratkan bahwa bunga kredit pemilikan rumah (KPR) belum akan menurun dalam waktu dekat. Sebab, ancaman inflasi tinggi, bahkan melebihi target 4,5 persen plus minus 1 persen, masih membayangi tahun ini.

Alhasil, bank sentral masih menahan suku bunganya di level 7,5 persen selama sembilan bulan terakhir. Pada gilirannya, kebijakan ini memaksa perbankan nasional menaikkan suku bunga untuk menutup lonjakan biaya dana (cost of fund).

"Bunga (KPR) itu tinggi karena inflasi tinggi, kalau saya bilang," kata Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Selasa (26/8).

Budi ogah membandingkan suku bunga KPR Indonesia rata-rata 12,5 persen dengan imbal jasa sejenis di Singapura yang di kisaran 4 persen-6 persen. Ini lantaran perbedaan kondisi yang melatarbelakangi penetapan suku bunga di kedua negara. 

"Di Singapura, bunga deposito hanya 0,25 persen. Kalau kita kan sudah 10-11 persen, itu yang harus bisa di-address," ujarnya.

Budi yakin, menurunnya biaya dana perbankan nasional bakal berdampak positif terhadap besaran bunga KPR.

Bank Indonesia mencatat penyaluran KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) pada triwulan II 2014 meningkat 5,9 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun suku bunga KPR berada di rentang 9 persen-12 persen per bulan.

Sebelumnya, Direktur Bank Tabungan Negara Irman Zahruddin juga menyebut level bunga KPR 12,5 persen akan bertahan. Keterbatasan likuiditas membuat pihaknya hanya mampu menawarkan bunga KPR 8,9 persen secara terbatas.

"Prediksinya ya stay. Penyesuaian bunga kredit selalu lebih lambat dari deposito." Menurutnya, pasar properti sudah mulai stabil sejak tahun lalu.