BI: Pedagang sering tak ada uang koin dan naikkan harga barang
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Maluku menyebut penggunaan uang logam pecahan Rp 100 hingga Rp 1.000 terus berkurang hingga saat ini. Akibatnya, para pedagang kesulitan menyediakan uang kembalian sehingga harga barang cenderung dinaikkan untuk pembulatan.
"Sering kita dapati toko atau pedagang tidak menyediakan uang logam, sehingga harga barang cenderung dinaikkan untuk pembulatan. Misalnya barang seharga Rp 1.500 terpaksa dijual Rp 2.000 karena tidak ada kembalian Rp 500 (uang logam). Kalau terus dibiarkan, maka inflasi akan naik karena mahalnya harga barang," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Provinsi Maluku Wuryanto dalam acara kampanye nasional Peduli Koin seperti ditulis Antara, Minggu (25/9).
Melihat fakta ini, pihaknya menggelontorkan banyak uang logam, dan bank-bank yang bekerja sama dengan BI dalam program Peduli Koin ini juga menyediakan layanan penukaran uang lusuh. Dia mengimbau masyarakat agar bangga menggunakan uang Rupiah baik kertas maupun logam dalam transaksi dagang.
"Kita harus bangga dan Rupiah harus dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai alat pembayaran yang sah," katanya.
Menurut Wuryanto, kampanye itu dilakukan di kawasan Maluku Tenggara karena harga-harga barang sangat tinggi sehingga uang logam mulai dari pecahan Rp 200, Rp 500, dan Rp 1.000 kurang beredar. Kantor BI Perwakilan Provinsi Maluku telah bekerja sama dengan lembaga perbankan seperti Danamon, BRI, Bank Maluku dan Maluku Utara, dan lainnya mendrop uang logam ke daerah-daerah tersebut."Bank-bank tersebut diharapkan menggelontorkan lagi uang logam ke toko-toko besar yang ada di daerah ini maupun pedagang-pedagang di pasar, agar ada uang kembalian dari pedagang atau toko kepada masyarakat pembeli," ujarnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaInflasi Maret 2024 Meroket Dipicu Mahalnya Harga Makanan
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Bongkar Penyebab Masih Mahalnya Harga Beras
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaBocil Penjual Jagung Bakar Bercita-cita jadi Kiai & Bangun Musala, Akun Partai NasDem Malah Ramai Ditandai
Tak semua anak yang lahir di dunia ini beruntung bisa hidup dalam kecukupan ekonomi keluarga.
Baca SelengkapnyaSatgas Pangan Polri Beberkan Penyebab Harga Telur dan Daging Masih Tinggi Jelang Lebaran
Harga tinggi telur dan daging itu ditemukan Satgas Pangan Polri mengecek ketersediaan stok pangan di sejumlah pasar tradisional.
Baca SelengkapnyaHarga Pangan di Jakarta Naik, Ternyata Ini Penyebabnya
Ada beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaJokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.
Baca Selengkapnya