Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Kondisi mengkhawatirkan perbankan Indonesia

5 Kondisi mengkhawatirkan perbankan Indonesia Mandiri-BTN. ©Istimewa

Merdeka.com - Perbankan nasional dinilai bakal sulit bersaing saat liberalisasi pasar keuangan di Asean berlaku penuh 2020. Sederet persoalan menjadi penghambat penguatan daya saing perbankan nasional. Sementara bank-bank dari negara lain di kawasan atau ASEAN, justru semakin besar dan bersiap menancapkan kukunya.

Kondisi perbankan nasional semakin mengkhawatirkan jika pasar bebas ASEAN khusus perbankan resmi diterapkan. Namun, perbankan nasional masih punya waktu sebelum kebijakan ini berlaku 2020.

Untuk bisa bersaing, tidak ada jalan lain selain melakukan revitalisasi kondisi perbankan di dalam negeri. Dengan fokus memperbesar permodalan.

"Saya melihat, pada akhirnya yang penting adalah perbankan nasional ini direvitalisasi. Modal intinya diperbesar," ujar Kepala Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan usai diskusi bertajuk 'Prediksi Ekonomi di tengah Polarisasi Politik Nasional' di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (11/10).

Cara lain untuk menyehatkan perbankan Indonesia adalah dengan membuat capital planning atau rencana keuangan jangka panjang. Penambahan modal harus dilakukan dengan cara organik maupun anorganik.

"Tapi kalau organik dengan menambah modal dari laba bersih itu lama. Cara paling tepat adalah anorganik growth dengan bergabung, konsolidasi merger atau akuisisi serta mengundang strategic partner," kata pengamat perbankan Ryan Kiryanto.

Perbankan Indonesia disebut-sebut paling tidak siap menghadapi pasar bebas ASEAN khusus perbankan pada 2020.

"Kita paling tidak siap dibanding negara-negara tetangga kita. Seharusnya kalau kita sungguh-sungguh dalam menyiapkan rencana pengembangan perbankan nasional, ya harusnya bisa (konsolidasi). Kalau tidak akan semakin ketinggalan," ujar Ketua Umum Persatuan Bank Swasta Nasional (Perbanas) Sigit Pramono

Namun, kata Fauzi Ichsan, perbankan nasional tidak punya pilihan lain selain harus siap menghadapi persaingan. Ada sederet persoalan perbankan nasional yang mengkhawatirkan dan perlu segera dicarikan jalan keluar. Berikut paparannya.

Bakal selalu kerdil

Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono menyayangkan kondisi perbankan Indonesia yang bakal selalu kerdil atau kecil. Sebab, perbankan di Indonesia sangat banyak dan tidak mau dimerger atau konsolidasi.

Menurut Sigit, ego perbankan ingin hidup sendiri karena tidak adanya aturan cetak biru perbankan. Kitab suci atau panduan perbankan itu bisa menentukan arah perbankan Indonesia dan mengikat semua pihak. Meskipun DPR dan presiden berganti, arah perbankan Indonesia tidak lagi harus diubah.

"Kita harus ada cetak biru perbankan semacam rencana pembangunan perbankan dan ini mengikat pemangku kepentingan. Sekarang kita belum ada," tegasnya.

Kalah dari bank Singapura dan Malaysia

Ekspansi perbankan asing di dalam negeri cukup kencang. Kondisi ini diperkirakan bakal semakin cepat pada saat pemberlakuan pasar bebas ASEAN khusus perbankan pada 2020. Sementara itu, perbankan Indonesia saat ini justru kesulitan membuka cabangnya di luar negeri.

Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono menilai, masalah ini bukan hanya karena aturan bank sentral negara tersebut. Masalah besar di balik ini semua adalah tidak bisa bersaingnya perbankan Indonesia menghadapi bank-bank Malaysia, apalagi Singapura.

"Kita ketinggalan jauh dari Malaysia. Perbankan Malaysia itu nomor 3,4,5 terbesar di ASEAN. Singapura itu nomor 1,2 dan 3. Malaysia mau merger CIMB lagi sekarang. Kita Mandiri itu saja nomor 10 di ASEAN," ucap Sigit.

Modal rendah

Kondisi perbankan nasional semakin mengkhawatirkan jika nanti pasar bebas ASEAN resmi diterapkan. Jika tidak diperbaiki, Sigit memastikan akan banyak perbankan Indonesia keok dari bank asing. "Pasti mati, mereka tidak akan bisa bertahan," tegasnya.

Persoalannya bukan terletak pada tertutupnya ekspansi ke negara lain, tapi lebih mengarah pada modal bank-bank di Indonesia yang rendah.

"Kita tidak boleh buka di Malaysia dan sebut tidak adil, persoalan bukan itu saja. Kalau dibuka saya juga curiga perbankan kita tidak menarik. Sekarang bagaimana mau ekspansi, modal atau laba ditahan dikurangi. Lama lama Bank BUMN itu makin kerdil sulit maju. Konsolidasi perbankan BUMN dulu, itu perlu," jelasnya.

Tak bisa andalkan investor lokal

Perbanas mengingatkan agar perbankan nasional meningkatkan struktur permodalan yang selama ini dinilai masih rendah. Modal bank-bank di Indonesia jauh tertinggal dari bank-bank Singapura maupun Malaysia.

Untuk bisa bersaing, tidak ada jalan lain selain melakukan revitalisasi kondisi perbankan di dalam negeri. Dengan fokus memperbesar permodalan.

Kepala Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan menyebut, untuk memperkuat permodalan, sulit bagi perbankan nasional mengandalkan dana segar dari investor lokal. Menurutnya, investor asing punya peran strategis membantu memperbesar porsi permodalan nasional.

"Yang punya modal untuk melipatgandakan modal perbankan Indonesia itu investor asing, kemungkinan besar. karena investor dalam negeri tidak memliki modal yang besar untuk merekapitalisasi perbankan nasional," ujar Fauzi Ichsan usai diskusi bertajuk 'Prediksi Ekonomi di tengah Polarisasi Politik Nasional' di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (11/10).

Perbankan nasional obesitas

Pengamat perbankan Ryan Kiryanto menyebut saat ini perbankan Indonesia dilanda obesitas. Pasalnya, ada 120 bank yang kini tengah beroperasi di Indonesia.

Penyakit ini akan membuat industri perbankan tak sehat karena tidak bisa efisien. Selain itu, segmentasi perbankan di Indonesia juga tidak jelas dan teratur.

Kondisi seperti ini diakui sangat berat jika Indonesia memasuki pasar bebas ASEAN pada 2020 mendatang. Ryan membandingkan dengan Singapura yang hanya memiliki tiga bank dan Malaysia 38 bank.

"Kita sudah overbank, Singapura 3 bank, Malaysia ada 37 atau 38 bank. Dari sisi regulasi maupun supervisi ini berat. 1 Januari 2016 kita memasuki pasar bebas ASEAN dan untuk perbankan 2020. Kalau small bank (bank kecil) itu harus berkompetisi dengan DBS dari Singapura maka tidak akan kuat," ucap Ryan dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/5).

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kredit Perbankan Tumbuh 12 Persen, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penopangnya
Kredit Perbankan Tumbuh 12 Persen, Bank Indonesia Ungkap Faktor Penopangnya

Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.

Baca Selengkapnya
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung

Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.

Baca Selengkapnya
Begini Pentingnya Keterbukaan Informasi di Era Digitalistasi, Khususnya Bisnis Perbankan
Begini Pentingnya Keterbukaan Informasi di Era Digitalistasi, Khususnya Bisnis Perbankan

Dalam menghadapi era digitalisasi, perbankan dituntut untuk adaptif dalam memanfaatkan saluran penyampaian informasi kepada khalayak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank
Mengejutkan, Ternyata 23,7 Persen Orang Dewasa di Indonesia Belum Punya Rekening Bank

Pada tahun 2023, tingkat inklusi keuangan di Indonesia tercatat sebesar 88,7 persen, atau lebih tinggi dari tahun 2022 yang sebesar 85,1 persen.

Baca Selengkapnya
Jadi Fasilitator Pertumbuhan Ekonomi, Perbankan Fokus Terapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Jadi Fasilitator Pertumbuhan Ekonomi, Perbankan Fokus Terapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Perbankan menjalankan peran sebagai fasilitator pertumbuhan dan penyetaraan ekonomi masyarakat di DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Begini Strategi Perbankan Dalam Negeri Dorong Transaksi Non-Tunai
Terungkap, Begini Strategi Perbankan Dalam Negeri Dorong Transaksi Non-Tunai

Terungkap, Begini Strategi Perbankan Dalam Negeri Dorong Transaksi Non-Tunai

Baca Selengkapnya
Terapkan Transformasi Sejak 2021, Bank DKI Optimis Bisa Bersaing di Tingkat Nasional
Terapkan Transformasi Sejak 2021, Bank DKI Optimis Bisa Bersaing di Tingkat Nasional

Bank DKI menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, memberikan layanan terbaik, dan menjalin kemitraan yang kokoh dengan semua pemangku kepentingan.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Bakal Buka Penukaran Uang di Titik Jalur Mudik, Syaratnya Cuma Butuh KTP
Bank Indonesia Bakal Buka Penukaran Uang di Titik Jalur Mudik, Syaratnya Cuma Butuh KTP

Bagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya