Putri Korban Bom Surabaya Berhasil jadi Bintara Polisi, Tangis Sang Ayah Pecah Sambil Duduk di Kursi Roda
Momen haru terjadi usai putri anggota polisi korban bom Surabaya diterima seleksi Bintara Polri.

Momen haru terjadi usai putri anggota polisi korban bom Surabaya diterima seleksi Bintara Polri.

Putri Korban Bom Surabaya Berhasil jadi Bintara Polisi, Tangis Sang Ayah Pecah Sambil Duduk di Kursi Roda
Aqiella Nadya berhasil meneruskan karier ayahnya sebagai anggota polisi usai lolos pada seleksi Bintara Polda Jawa Timur.Melansir dari akun Instagram @sdmpolritoday, Kamis (11/7), Aqiella merupakan putri dari Ipda Ahmad Nurhadi, seorang polisi yang menjadi korban teror bom di Surabaya.
Peristiwa itu membuat Ipda Ahmad yang kala itu bertugas harus kehilangan penglihatan secara permanen dan patah tulang kaki.
Keberhasilannya menembus pendidikan Bintara Polri secara khusus dipersembahakannya untuk sang ayah yang hadir menemani di hari pengumuman.
Tangis haru pecah tatkala ia mendengar hasil pengumuman seleksi bersama ayahanda yang saat ini penuh keterbatasan fisik.
Di hadapan peserta lain, Aqiella berjalan ke ayahnya yang hanya bisa duduk di kursi roda.

Aqiella lantas memeluk dan menyalami sang ayah sembari menangis. Ayahnya pun tak kuasa menahan haru saat sang ayah mengucapkan rasa terima kasih kepadanya.
"Terima kasih ya bapak atas pengorbanannya selama ini," kata Aqiella.
Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Dedi Prasetyo memberikan komentar terkait direkrutnya putri dari anggota polisi yang menjadi korban bom Surabaya.

"Ya pada prinsipnya kita membuka peluang dan kesempatan yang sama, tes di polisi semuanya dipersiapkan secara matang dari kesehatannya, kemudian keselamatan jasmaninya, kemudian intelektualnya itu ada tes psikologi dan juga tes akademik karena standar kompetensi.
"Itu sebagai syarat mutlak bagi seluruh masyarakat Indonesia yang akan mengikuti pendidikan di seluruh lembaga pendidikan Polri. Tentunya kita akan memberikan bantuan kepada yang bersangkutan untuk mempersiapkan agar dapat mengikuti seluruh tahapan-tahapan tes," jelasnya.
Menurut informasi, bom Surabaya terjadi pada 13 Mei 2018 dan mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka.
Bom meledak di tiga gereja, kantor polisi, dan rumah susun di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur dalam rentang waktu yang berdekatan.
Bom di gereja diledakkan oleh satu keluarga pada Minggu, 13 Mei 2018 di Gereja Katolik Santa Maria, Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Pada Senin, 14 Mei 2018 terjadi bom susulan dan meledak di Polrestabes Surabaya.
Peristiwa itu mengakibatkan 22 orang tewas terdiri dari 12 masyarakat dan 10 pelaku.