Bak Firaun Mengaku Tuhan & Minta Disembah, Raja di Jawa ini Kabur Ditaklukan Ken Arok

Senin, 6 Februari 2023 09:19 Reporter : Billy Adytya
Bak Firaun Mengaku Tuhan & Minta Disembah, Raja di Jawa ini Kabur Ditaklukan Ken Arok Kerajaan Kediri. ©2018 Kerisku

Merdeka.com - Kerajaan Kedirisalah satu kerajaan besar di Nusantara yang juga mengukir banyak cerita sejarah. Kerajaan Kediri memiliki luas hingga seluruh pulau Jawa dan sebagian Sumatera.

Pada zaman itu, Kerajaan Kediridipimpin oleh beberapa Raja mulai dari Sri Samarawijaya hingga terakhir oleh Sri Kertajaya. Ada seorang raja di Jawa yang kemudian berlaku layaknya Firaun dan meminta rakyat untuk menyembahnya.

Dia pun mendapat serangan dari Kerajaan Tumapel yang tidak menyetujui perlakuan Kertajaya sebagai Raja. Berikut ulasan selengkapnya, Senin (6/2).

2 dari 5 halaman

Daftar Nama Raja Kerajaan Kediri yang Tercatat di Berbagai Prasasti

Berdiri sejak tahun 1045 M, Kerajaan Kediri sempat dipimpin oleh beberapa Raja yang tercatat dalam berbagai prasasti dan kitab kuno. Kerajaan besar yang menguasai hampir seluruh Pulau Jawa hingga sebagian Sumatera ini runtuh pada tahun 1222 M.

Kerajaan Kediri dipimpin oleh salah satu raja yang berhasil membawa Kerajaan Kediri di zaman keemasan yaitu Sri Aji Jayabaya. Berdiri selama 177 tahun, ada beberapa raja yang berkuasa.

Berikut adalah daftar Raja yang tercatat dalam berbagai prasasti seperti dilansir dari laman resmi Pemkot Kediri kedirikota.go.id.

1. Sri Samarawijaya

2. Sri Jayawarsa

3. Raja Bameswara

4. Sri Jayabaya

5. Sri Sarweswara

6. Sri Aryeswara

7. Sri Gandra

8. Sri Kameswara

9. Sri Kertajaya

3 dari 5 halaman

Kertajaya Mengaku Tuhan & Minta Disembah

Ada salah satu Raja dari Kerajaan Kediri yang berperilaku layaknya Firaun di Mesir. Dia mengaku sebagai Tuhan, Sri Maharaja Kertajaya.

Dia merupakan raja terakhir dari Kerajaan Kediri yang berkuasa pada tahun 1194 M - 1222 M. Di masa raja Kertajaya, Kediri jatuh lantaran serangan dari Tumapel (Singashari).

Nama Raja Kertajaya tercatat dalam teks Nagarakertagama tahun 1365 M yang sudah ditulis setelah zaman Kerajaan Kediri. Namun namanya tercatat dengan nama Prabu Dandhang Gendis di dalam teks Pararaton Raja Kertajaya. Perlu diketahui, stabilnya pemerintahan Kerajaan Kediri mulai menurun sebab Raja mempunyai maksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana.

Dia pun ingin disembah sebagai seorang Dewa sehingga kaum Brahmana menolak dan menentang keputusannya. Mereka memilih lari dan meminta bantuan dari Kerajaan Tumapel yang dipimpin Ken Arok. Hal ini diketahui oleh Kertajaya sehingga sigap mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel.

4 dari 5 halaman

Pasukan Kediri Kalah, Kertajaya Melarikan Diri

Kerajaan Tumapel yang kala itu dipimpin oleh Ken Arok akhirnya melakukan serangan balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu bertemu di dekat Ganter pada tahun 1222 M.

Pertempuran ini berhasil dimenangkan oleh Tumapel dan pasukan Kediri dikalahkan.

Sementara, Raja Kertajaya berhasil melarikan diri dan nasibnya tidak diketahui. Sejak saat itu pula kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi kekuasaan Tumapel.

5 dari 5 halaman

Asal-Usul Kerajaan Kediri

Para Raja di Kerajaan Kediri merupakan keturunan dari Raja Airlangga yang berkuasa di Kerajaan Medangkamulan. Di tengah kejayaannya, Airlangga lalu memindahkan pemerintahan ke wilayah Kahuripan. Kerjaaan itu disebut dengan Panjalu dengan pusat pemerintahan berada di Daha.

Airlangga mempunyai dua putra yaitu, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan yang saling berebut kekesuaan. Guna menghindari bentrokan pada tahun 1041 M, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Dua kerajaan ini dipisahkan oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.

Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan wilayah barat yaitu Kerajaan Panjalu dengan pusat pemerintahan di Kota Daha. Sementara Mapanja Garasakan mendapatkan kerajaan wilayah timur yang bernama Janggala dengan pusat pemerintahan Kahuripan.

Dikenal dengan Kediri, akhirnya Kerajaan Panjalu mempunyai wilayah kekuasaan diantaranya Kediri dan Madiun. Sedangkan Janggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang dan Pasuruhan. Walau sudah dibagi dua, akan tetapi kedua anak Airlangga merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga, maka peperangan terus-menerus terjadi selama 60 tahun dan berhasil dimenangkan oleh Panjalu yang menguasai seluruh tahta Airlangga.

[bil]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini