Mengintip Kemeriahan Pacu Jalur di Tanah Singinggi Riau
Merdeka.com - Bunyi meriam sebagai penanda lomba pacu jalur dimulai. Semua regu bergegas mendayung di lintasan yang sudah ditentukan. Tangan para pendayung serempak, bergerak berirama. Mengikuti arahan dari komando. Semua orang di setiap regunya berperan masing-masing. Bekerja sama menjadi juara.
Di Teluk Kuantan Singing, riuh gemuruh tepuk tangan penonton terdengar . Dari kejauhan berteriak menyemangati para peserta Pacu Jalur. Kemeriahan dan kebahagiaan terpancar jelas di wajah para penonton. Masyarakat selalu menantikan festival yang satu ini.
Festival Pacu Jalur yang setiap tahun diadakan di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Bisa dikatakan, pacu jalur merupakan satu-satunya dan hanya ada di Kuansing, tidak ada di tempat lain di dunia.
©2021 Merdeka.com/PranataDua perahu kayu saling beradu, masing-masing didayung oleh sekitar 50-60 orang. Para pendayung yang biasa disebut anak pacu ini akan bersorak sambil mendayung. Tangannya bekerja keras mencapai ke garis finish dengan jarak sekitar satu kilometer. Tak henti-hentinya, sorak-sorai penonton yang turut serta memberi semangat dari bibir sungai.
Perahu dengan panjang 25-30 meter ini tidak hanya ditumpangi oleh anak pacu saja. Namun ada juga tukang tari, tukang onjai dan tukang rimbo yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Tujuan mereka sama, menjadi juara membawa piala.
Lombanya sendiri menerapkan sistem gugur dan sisitem setengah kompetisi. Intinya, regu yang terus menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya.
©2021 Merdeka.com/PranataAda pembagian tugas untuk para awak yang ada dalam jalur, seperti komandan yang bertugas untuk memberi instruksi, juru mudi, penyedia semacam musik untuk membuat irama guna menjaga kekompakan dan keteraturan para pendayung, dan penari yang bergerak ke kiri dan kanan.
Sudah pasti bahwa kesemuanya dimaksudkan untuk membuat perahu melaju dengan cepat ke arah yang benar, menjaga keseimbangan dan menjadikan pendayung bergerak dengan ritme yang sama.
©2021 Merdeka.com/PranataJalur terbuat dari batang kayu pohon besar utuh. Ketika sudah menjadi jalur, panjangnya bisa bervariasi antara 25 meter hingga 40 meter; lebar bagian tengah berkisar 1,3 meter hingga 1,5 meter. Setiap perahu biasanya memuat sekitar 50-60 orang yang semuanya laki-laki. Perahu biasanya dicat warna-warni untuk memberi daya tarik.
Dalam proses pembuatan perahu ini tak bisa sembarangan, ada serangkaian upacara adat yang harus dilakukan sebelum membuat jalur kebanggaan penduduk Riau.
(mdk/Tys)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pulau yang terletak di Teluk Painan ini dulunya merupakan benteng pertahanan Portugis yang digunakan sebagai loji Belanda untuk perdagangan lada.
Baca SelengkapnyaSejak ratusan tahun lalu, setiap kali tanah di kawasan ini digali, selalu muncul api.
Baca Selengkapnya327 warga telah dievakuasi pada gelombang ketiga Tim KRI Kakap-811 atau dari TNI Angkatan Laut. Dari jumlah itu, terdapat 192 wanita dan 135 pria.f
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaMengapa orang Sunda memukul lesung saat terjadi gerhana bulan? begini kisahnya
Baca Selengkapnya