Kiat petani kopi luwak tangkis tudingan siksa binatang
Merdeka.com - Cangkir kecil itu disajikan barista ke meja. Anggota tim Jelajah Merdeka 'Koffie Van Java' sempat agak gentar menyesap kopi di dalam cangkir-cangkir itu. Sebab, yang akan dicicipi ini adalah kopi luwak nan kesohor sebagai salah satu minuman termahal sejagat.
Kami akhirnya memantapkan hati. Kapan lagi coba, bisa merasakan langsung kopi luwak hasil olahan yang masih segar.
Sekali sruput, rasa asam khas kopi Arabika langsung menyergap sel-sel otak. Namun ada nuansa ringan, serta manis yang tak biasa dalam jejak kopi itu di lidah. Nikmat!
Sayangnya, jika kita mengingat arsip berita di masa lalu, rasa nikmat yang pilih tanding itu jadi tersisa pahitnya saja.
Pada September 2013, media-media internasional menyoroti isu penyiksaan luwak penghasil varian kopi spesial asal Indonesia. Artikel Tony Wild menuding luwak dipaksa memakan buah kopi dalam jumlah besar saban hari, agar menghasilkan kotoran berupa biji kopi pilihan.
Budi, perwakilan Kopi Malabar Indonesia yang fokus pada penangkaran luwak, mengakui efek berita penyiksaan hewan itu berpengaruh besar. Penjualan serta permintaan kopi luwak ke Uni Eropa maupun Amerika Serikat turun drastis dua tahun lalu. Ekspor unggulan Indonesia ini terancam diboikot massif.
Para petani kopi luwak seantero nusantara akhirnya berbenah. Walaupun mempertahankan sistem penangkaran, Budi mengklaim perusahaannya sangat menyayangi setiap luwak yang mereka miliki.
Dari nyaris seratus ekor di penangkaran kawasan Pangalengan, Budi hafal semua nama hewan itu. Misalnya saja Rocky dan Donal, luwak berusia lima tahun, yang kerap diajak berfoto oleh pengunjung penangkaran.
"Kita wajib ada catatan setiap luwak, kami sediakan dokter hewan untuk vaksinasi rutin. Di sini kami memiliki tiga ruang penangkaran, yakni kandang, tempat melahirkan, serta tempat perawatan," urainya saat ditemui tim jelajah merdeka ‘Koffie Van Java’ di kantornya, Rabu (25/5).
Tak cukup dengan itu, para pengusaha kopi luwak membentuk asosiasi, kini diketuai oleh Edy Panggabean. Asosiasi Kopi Luwak Indonesia rajin menggelar pelatihan agar perawat luwak terstandarisasi serta memelihara luwak dengan kasih sayang.
Kendati demikian, sistem penangkaran diakui Budi masih punya kelemahan. Namun risiko negatif diminimalisir sebisa mungkin agar hajat hidup hewan bersaudara dengan musang itu bisa terpenuhi sepenuhnya.
Para penyayang binatang serta pecinta kopi dari seluruh dunia juga dipersilakan melihat sendiri proses penangkaran. Berkat sekian usaha itu, bisnis kopi luwak kembali bangkit dua tahun terakhir. Harga jual terjaga, mencapai Rp 4 juta per kilogram, pesanan juga konstan.
Penangkaran luwak ini juga melibatkan sedikitnya 267 petani kopi di seantero Pangalengan, Kabupaten Bandung. Untuk memenuhi permintaan konsumen kopi luwak yang kurang setuju dengan sistem penangkaran, Malabar juga tetap mempertahankan proses alamiah.
Proses alamiah berarti biji kopi yang didapat dari kotoran luwak liar. Pengusaha bermitra dengan petani mencari lokasi-lokasi yang biasanya menjadi tempat buang hajat luwak di hutan-hutan lereng Gunung Malabar.
"Luwak liar buang pup di tempat bersih. Biasanya di bebatuan atau kayu yang sudah runtuh," kata Budi.
Lantas, bagaimana dengan luwak di penangkaran? Budi menjelaskan luwak punya masa hidup rata-rata 15 tahun. Ketika hewan itu sudah berusia 10 tahun, maka mereka akan dilepas kembali ke hutan agar siklus hidup di alam terjaga.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaUsai minum kopi, mulut kita kerap mengalami rasa kering serta munculnya bau mulut yang sangat khas. Bagaimana cara menghilangkannya?
Baca SelengkapnyaDulunya jenis kopi ini menjadi favorit Ratu Belanda yang diproduksi khusus dari biji kopi terbaik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Areal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca SelengkapnyaBegini sikap Prabowo Subianto saat minum kopi di tengah kampanye di Medan.
Baca SelengkapnyaAFA leluasa masuk rumah keluarga korban karena masih tetangga dekat kemudian diam-diam memasukkan sianida ke gelas kopi.
Baca SelengkapnyaBudaya ngopi orang Aceh sendiri sudah ada sejak tahun 1980-an yang identik dengan bapak-bapak yang duduk di warung kopi.
Baca SelengkapnyaKopi bukan sekadar minuman, melainkan ritual yang menghanyutkan para penikmatnya ke dalam dunia yang penuh aroma dan kehangatan.
Baca SelengkapnyaKopi bisa menjadi katalisator dari berbagai ide kreatif karena kandungan yang ada di dalamnya.
Baca Selengkapnya