Seperti Apa Bau Luar Angkasa? Astronot Ini Beri Bocorannya
Ada aroma-aroma ini yang dirasakan astronot usai mereka keluar dari stasiun luar angkasa.

Ada aroma-aroma ini yang dirasakan astronot usai mereka keluar dari stasiun luar angkasa.

Seperti Apa Bau Luar Angkasa? Astronot Ini Beri Bocorannya
Ketika astronot kembali dari spacewalk atau di luar stasiun luar angkasa, mereka sering menggambarkan aroma tak terduga yang mirip daging panggang dan bubuk mesiu yang terpakai.
Pertanyaan pun muncul, mengapa ruang angkasa berbau seperti benda yang terbakar dan dari mana asal bau ini?

Mengutip LiveScience, Kamis (7/12), ruang angkasa adalah “vakum” yang mendekati sempurna. Saat berada di ruang angkasa, astronot melindungi diri mereka dengan pesawat luar angkasa, pakaian luar angkasa, dan stasiun luar angkasa.
"Oleh karena itu, tidak ada yang secara langsung mencium bau ruang angkasa dan hidup untuk menceritakan kisahnya,"
Ahli astrofisika, Ofek Birnholtz.
Namun demikian, kenyataannya adalah setelah kembali dari perjalanan di luar stasiun luar angkasa, astronot secara teratur mencium aroma unik saat melepaskan helm mereka.Tidak hanya seorang astronot saja, melainkan rekannya pun mengalami aroma serupa.
"Ruang angkasa pasti memiliki aroma yang berbeda dari segala sesuatu," kata astronot NASA Dominic "Tony" Antonelli setelah spacewalk pada 2009.
Secara keseluruhan, astronot sering membandingkan bau ruang angkasa dengan logam panas, daging terbakar, kue terbakar, bubuk mesiu terpakai, dan pengelasan logam. Sementara itu, mantan astronot NASA Thomas Jones membandingkan bau tersebut dengan ozon.

Lalu, seorang astronot NASA lainnya, Don Pettit, menjelaskan bau ruang angkasa seperti bau logam; sensasi manis logam yang cukup menyenangkan.
Lalu dari mana asal bau itu? Meskipun ruang angkasa sebagian besar kosong, itu bukan vakum yang sempurna.
"Sebenarnya kita tidak berbicara tentang volume yang tidak memiliki partikel," kata Miranda Nelson, ilmuwan NASA.
Penjelasan Ilmiah
Ada beberapa penjelasan potensial untuk bau ini. Salah satunya berhubungan dengan oksigen yang mengapung di sekitar Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Sinar ultraviolet dari matahari dapat memecah molekul oksigen (O2), yang terdiri dari dua atom oksigen, menjadi atom oksigen tunggal.

Atom oksigen ini dapat melekat pada pakaian luar angkasa, dinding airlock, dan barang-barang lain yang terpapar ruang angkasa, memicu reaksi kimia yang dapat menjelaskan bau tersebut.
"Teori lain yang jauh lebih menyenangkan adalah bahwa itu adalah bau yang berhubungan dengan ledakan bintang — bintang yang mati,"
Miranda Nelson, ilmuwan NASA..
Ledakan ini menghasilkan molekul berbau yang dikenal sebagai hidrokarbon aromatik polisiklik, yang ditemukan dalam batu bara, makanan, minyak, dan bahan lainnya, katanya.
Namun, Nelson menekankan bahwa kedua ide ini kekurangan data dari penelitian resmi.