Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

8 Hal mencengangkan dan fakta ilmiah tentang waktu

8 Hal mencengangkan dan fakta ilmiah tentang waktu Hal mencengangkan dan fakta ilmiah tentang waktu. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Waktu adalah yang tak bisa lepas dari kehidupan kita. Berbagai perspektif tentang waktu pun ada dengan jumlah tak terbatas. Waktu sebagai penanda aktivitas kita, dan tak mungkin kita hidup dengan mengabaikan waktu.

Namun waktu bisa dilihat dari banyak sekali perspektif. Ketika dilihat dari perspektif ilmiah, tiba-tiba banyak sekali hal mencengangkan di balik persepsi normal kita terhadap waktu.

Berikut adalah beberapa hal mencengangkan di balik berbagai fakta ilmiah tentang waktu.

Tak cuma tahun kabisat, 'detik kabisat' juga ada

Dengan perlambatan rotasi Bumi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus penuh untuk rotasi ternyata tak selalu konsisten 24 jam per harinya. Setiap perubahan terus menerus membuat adanya miskonsepsi waktu yang harus dibenahi. Solusi dari hal ini adalah detik kabisat.

Konsep dari detik kabisat ini diperkenalkan oleh International Earth Rotation Service, badan yang meregulasi waktu astronomi. Tindakan korektif berupa penambahan satu detik di tanggal tertentu diterapkan tiap kali tim global menganggap penyesuaian harus dibuat.

Hal ini mulai dilakukan pada tahun 1972, dan sudah terjadi 27 kali. Pada tanggal 30 Juni 2015, waktu ditambah satu detik, serta tanggal 31 Desember 2016 sebelum memasuki tahun baru 2017, hitungan jam tidak diakhiri di pukul 23:59:59, namun di pukul 23:59:60.

Persepsi akan waktu berbeda tiap kultur

Setiap manusia di Bumi punya persepsi yang sama terhadap waktu, di mana setiap hari dibagi menjadi 24 jam, dan setiap jam terdiri dari 60 menit. Namun di tiap penjuru Bumi terdapat perbedaan waktu. Hal ini membuat terdapat cara pandang yang berbeda di tiap orang pada tiap kultur.

Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa kebanyakan orang di wilayah Amerrika umumnya memecah konsep waktu menjadi 5 menit bertahap. Sementara orang Timur Tengah akan menafsirkan waktu secara bertahap 15 menit. Jadi tiap wilayah akan menfsirkan waktu dengan cenderung menyebut kelipatan angka tersebut.

Studi yang dihelat oleh psikolog bernama LAwrence White ini, dilakukan dengan menguji beberapa orang dengan latar belakang budaya berbeda, dengan disuruh melakukan kegiatan rumit selama tepat 47 detik dan menaksir berapa waktu yang telah berlalu. Orang Amerika cenderung menyebut kelipatan 5 detik, antara 55 hingga 60 detik. Sementara orang Eropa tengah dan utara, serta orang Afrika Utara seperti Maroko, menyebut kelipatan 15 detik, seperti 45 atau 30 detik.

Ada masa di mana tidak ada konsep waktu

Menurut teori Big Bang, ruang dan waktu itu muncul mengikuti ledakan besar yang terjadi 13.8 miliar tahun yang lalu.

Tentu sulit membayangkan waktu itu tidak ada, namun ketika waktu didefinisikan sebagai kehadiran gerak dalam ruang, sebelum jagat raya terbentuk, alih-alih ukuran waktu yang presisi, waktu sendiri tak ada karena jagat raya hanya ruang hampa.

Jadi, tanpa benda kosmik yang bergerak secara teratur, waktu tidak ada.

Waktu makin lama akan makin terasa cepat

Jika kita kembali ke masa dinosaurus masih memijak Bumi, dalam satu tahun terdapat 370 hari. Tentu kita tahu bahwa kini jumlah hari dalam setahun hanya 365, di mana waktu berkurang dengan sangat lambat. Ilmuwan mengetahui hal ini dari penelitian dari fosil dan batuan yang tumbuh mengikuti kalender lunar, layaknya 'cincin' yang bertambah di pohon tiap tahunnya.

Bertambahnya jumlah jam di tiap harinya disebabkan perputaran rotasi Bumi melambat, karena tarikan gravitasi kecil dari Bulan. Fenomena ini juga yang menyebabkan tiap harinya bertambah 1,7 milidetik tiap abad. Jadi meski jika diukur bentang waktu dalam satu tahun sebenarnya sama, waktu akan terasa lebih cepat tiap abadnya.

"Sekarang" itu tidak ada

Jika kita melakukan sesuatu saat ini, atau sekarang, Anda tentu tak berasumsi bahwa "sekarang" sebenarnya telah terjadi. Apakah persepsi waktu "sekarang" itu ada?

Jika kita menengok hukum fisika, ruang dan waktu adalah sesuatu yang fleksibel, dipengaruhi gravitasi dan kecepatannya sendiri. Oleh karena itu, tiap data inderawi yang kita serap sebenarnya sudah usang ketika kita merasakannya. Contohnya adalah jika kita melihat Bulan purnama yang cahayanya terang, kita sebenarnya melihat refleksi yang muncul 1,25 detik sebelumnya, di mana itu adalah waktu yang dihabiskan cahaya untuk sampai dari Bulan ke Bumi.

Hal ini senada dengan apa yang Albert Einstein katakan, "untuk kami para fisikawan, perbedaan antara masa lalu, masa sekarang, dan masa depan hanya ilusi, namun terus menerus."

"Efek Keganjilan" terhadap waktu

Pikiran adalah hal yang rumit, namun dapat dengan mudah dimanipulasi. Waktu adalah sesuatu yang dengan mudah dalam memanipulasi pikiran.

Tentu Anda sendiri pernah merasa kalau waktu terasa sangat lama, dan suatu ketika waktu terasa cepat dan pendek. Padahal Anda tentu sadar kalau secara fisik kita menempati waktu dengan bentang yang sama. Meski berbasis 'perasaan', ternyata hal ini memiliki legitimasi ilmiah, yakni secara ilmiah bernama "Efek Keganjilan" atau Oddball Effect.

Efek keganjilan ini memberi pendapat bahwa waktu benar-benar diperpanjang dalam pikiran kita ketika kita mengalami situasi tertentu. Teori ini berpendapat bahwa otak kita akan mempersepsikan waktu akan lebih panjang ketika merasakan pengalaman baru, ketimbang mengalami sesuatu yang telah familiar.

Tinggi badan mempengaruhi persepsi waktu

Percaya atau tidak, makin tinggi badan Anda, waktu akan berjalan lebih cepat bagi Anda. Analisis ilmiah akan waktu biasanya berjalan pada skala besar seperti teori relativitas Einstein. Namun perubahan kecil dalam skala kecil ternyata tak bisa diabaikan.

Peneliti menguji hal ini dengan menggunakan jam atom untuk membuktikan bahwa perbedaan tinggi badan akan menyebabkan perubahan yang terukur terhadap berjalannya waktu. Meski demikian, perbedaan waktu yang berdasarkan perbedaan tinggi, skalanya sangat mikroskopis.

Jika diletakkan dalam perspektif, puncak Gunung Everest dan permukaan laut menghasilkan perbedaan waktu selama 15 mikrodetik selama setahun. Jadi akan ada perbedaan waktu antara seseorang yang tinggi dan pendek. Cukup masuk akal jika orang pendek seringkali merasa lebih muda.

Waktu tak sepanjang yang kita pikirkan

Apa yang kita pelajari selama ini adalah satu hari terdiri dari 24 jam, yang dihitung berdasarkan berapa lama Bumi berputar pada porosnya atau berotasi. Namun hal ini tak benar-benar akurat, karena angka tersebut merupakan pembulatan ke atas dari angka sebenarnya yakni 23 jam, 56 menit, dan 4,2 detik.

Alasan mengapa kita mengukur hari selama 24 jam dari matahari terbit ke matahari terbit kembali, karena Bumi bergerak di orbitnya untuk mengelilingi matahari di setiap harinya. Perubahan posisi tersebut memperpanjang hari dalam kadar waktu yang sangat sedikit. Karena berbentuk siklus, 24 jam adalah angka yang tepat untuk memecahnya jadi satuan waktu yang lebih kecil.

Ukuran hari sepanjang 23 jam, 56 menit, dan 4,2 detik disebut 'sidereal day,' sementara yang 24 jam disebut 'solar day.'

(mdk/idc)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
5 Manfaat Memiliki dan Menjalani Me Time di Tengah Kehidupan yang Serba Sibuk
5 Manfaat Memiliki dan Menjalani Me Time di Tengah Kehidupan yang Serba Sibuk

Kita seharusnya meluangkan waktu untuk diri sendiri demi memperoleh sejumlah manfaat kehidupan.

Baca Selengkapnya
Manfaat Sit Up sebelum Tidur dan Bangun Tidur, Berikut Tipsnya
Manfaat Sit Up sebelum Tidur dan Bangun Tidur, Berikut Tipsnya

Merdeka.com membahas manfaat yang luar biasa dari sit up sebelum tidur dan bangun tidur.

Baca Selengkapnya
Fakta Menarik Kue Talam Khas Betawi, Usianya 500 Tahun dan Gambarkan Kehidupan Manusia
Fakta Menarik Kue Talam Khas Betawi, Usianya 500 Tahun dan Gambarkan Kehidupan Manusia

Usia kue talam khas Betawi kabarnya sudah 500 tahun, ini fakta menariknya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Seberapa Sering Harus Keramas? Ini Kata Ahli
Seberapa Sering Harus Keramas? Ini Kata Ahli

Banyak orang kebingungan menentukan jadwal rutin terbaik untuk keramas. Sebenarnya, seberapa sering sih kita harus keramas? Yuk, simak jawaban ahli ini!

Baca Selengkapnya
Awas, Tidur Malam Kurang dari 7 Jam per Hari Bikin Umur Pendek
Awas, Tidur Malam Kurang dari 7 Jam per Hari Bikin Umur Pendek

Orang yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari tujuh jam setiap malam memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!

Baca Selengkapnya
6 Sinyal yang Dikirimkan Ketika Tubuh Membutuhkan 'Me Time'
6 Sinyal yang Dikirimkan Ketika Tubuh Membutuhkan 'Me Time'

Pada saat kita membutuhkan 'me time' sesungguhnya tubuh mengirimkan sejumlah sinyal yang tidak boleh dikesampingkan.

Baca Selengkapnya
7 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Meningkatkan Energi Secara Drastis
7 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Meningkatkan Energi Secara Drastis

Aktivitas dan kegiatan kita sehari-hari bisa menimbulkan rasa lelah yang membuat energi turun.

Baca Selengkapnya
Penyebab Perubahan Lingkungan dan Contohnya, Penting Diketahui
Penyebab Perubahan Lingkungan dan Contohnya, Penting Diketahui

Banyaknya aktivitas manusia yang menyimpang, dapat berdampak buruk bagi kelestarian alam.

Baca Selengkapnya
"Jaga Gaya Hidupmu, Jaga Kesehatan Matamu!"

Gaya hidup yang kita miliki sehari-hari bisa sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita. Hal ini termasuk dalam kesehatan mata.

Baca Selengkapnya