Terungkap, Ini Keuntungan Indonesia yang Berani Tinggalkan Dolar AS
Langkah Indonesia melepas ketergantungan dolar setidaknya akan menguntungkan Indonesia dalam hal ekspor dan impor dengan negara mitra dagang seperti China.
Langkah Indonesia melepas ketergantungan dolar setidaknya akan menguntungkan Indonesia dalam hal ekspor dan impor dengan negara mitra dagang seperti China.
Alhasil, banyak negara kini mulai mengurangi penggunaan mata uang Negeri Paman Sam (dedolarisasi). Bahkan, antar negara kini membuat kesepakatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi baik dalam hal perdagangan maupun investasinya.
Bank Indonesia misalnya, sejak tahun lalu telah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara untuk menggunakan mata uang lokal dalam setiap transaksinya. Kini Indonesia tidak menggunakan dolar AS untuk bertransaksi dengan Australia, Jepang, China, Thailand dan Malaysia.
Baru-baru ini, Indonesia dan Malaysia telah resmi menggunakan mata uang masing-masing untuk bertransaksi. Malaysia menjadi negara kedua setelah Thailand yang kini meninggalkan dolar Amerika Serikat ketika bertransaksi.
Salah satunya dengan penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN. Tantangan saat ini yakni ketergantungan terhadap mata uang internasional yakni dolar Amerika Serikat.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan dalam tiga terakhir ini saja sudah tercatat sebanyak Rp 3,6 triliun modal asing yang masuk. Aliran modal asing terutama masuk ke Surat Berharga Negara [SBN].
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah di perdagangan hari ini, Jumat (8/3). Pagi tadi, Rupiah dibuka di level Rp 14.224 per USD atau melemah dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 14.142 per USD.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan, dana asing yang masuk tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp 33,9 triliun, saham Rp 11,3 triliun serta sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp 1,1 triliun.
Mengutip Bloomberg, Rupiah dibuka di angka Rp 14.540 per USD, menguat dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka Rp 14.580 per USD.
Tak cuma di Bekasi, ukuran tahu-tempe di Gunungkidul dikurangi imbas Rupiah anjlok. Dalam dua bulan terakhir, harga kedelai impor sudah mengalami dua kali kenaikan harga.
Toni, pengrajin tempe di Desa Setia Mekar, Tambun Selatan, Bekasi, mengatakan awalnya, satu kilogram pedagang menjual kedelai impor Rp 7.500, kini sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram.
Ketum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan, nilai tukar mata uang terhadap dolar memang sedang menjadi masalah bagi banyak negara di dunia, tak hanya di Indonesia. "Itu masalah dunia. Bukan hanya Indonesia. Kalau masalahnya hanya di Indonesia, kita boleh marah," kata Oesman kepada wartawan, Rabu (9/5).
Ketua DPR Bambang Soesatyo menyatakan, gejolak ekonomi di Turki seiring terpuruknya kurs lira terhadap dolar Amerika Serikat (AS) harus diantisipasi agar tak berimbas serius ke perekonomian Indonesia. Legislator Golkar itu mengaku waswas karena penurunan kurs lira Turki (TRY) sudah berimbas ke rupiah.
Presiden AS pada masa tersebut mengutus Henry Kissinger melakukan pertemuan dengan pemerintahan Arab Saudi untuk meminta dukungan mengenai penjualan minyak asal negara tersebut menggunakan USD.
Menurut Wakil Ketua Umum Partai Hanura, Beny Pasaribu, rupiah tak terpuruk. Di kawasan Asia Tenggara, tak hanya mata uang rupiah yang nilai tukarnya melemah atas dolar Amerika, tapi juga ringgit Malaysia, bath Thailand, dan peso Filipina.
Industri makanan dan minuman tidak bisa menaikkan harga karena daya beli masyarakat masih rendah.
Naiknya bisa antara Rp 200.000-300.000 dari biasanya.
Pengusaha mengurangi ukuran tempe untuk mempertahankan keuntungan.