Pernah Tolak Rp10 Miliar, Kakek Ini Puluhan Tahun Pertahankan Hutan Miliknya
Merdeka.com - Seorang kakek asal Kalimantan Timur, bernama Suhendri, mendedikasikan dirinya untuk menyelamatkan lingkungan. Kakek berusia 80 tahun ini sudah puluhan tahun menjaga hutan miliknya, yang berada di Jalan Pesut, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Di hutan milik Suhendri ini, banyak pohon menjulang yang membuatnya mencolok di antara pemukiman warga.
Sudah sejak 1979 Ia membeli lahan tersebut dari seorang warga. Sejak saat itu, lahannya berkembang menjadi hutan lebat yang kini menjadi agroforestry.
Pernah menolak tawaran Rp10 miliar demi mempertahankan hutannya agar tidak dibeli orang, berikut kisah kakek Suhendri yang setia menjaga hutannya, dilansir dari Liputan6.com.
Pernah Tolak Uang Rp10 Miliar
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Suhendri bercerita, Ia pernah menolak tawaran uang sebesar Rp10 miliar dari pengembang perumahan yang ingin membeli tanahnya itu.
“Saya pernah menolak uang Rp10 miliar dari pengembang perumahan yang ingin membeli tanah saya,” katanya pada Rabu (17/2).
Tawaran itu diterimanya pada tahun 2000 silam. Tak hanya sekali, tawaran itu beberapa kali diterimanya.
“Ada dari Jakarta, ada juga dari Yogyakarta,” sambungnya.
Ia menolak tawaran itu karena baginya, memiliki hutan di tanah sendiri adalah kekayaan yang tak ternilai harganya.
Hutan Lebat yang Asri
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Di hutan miliknya, berbagai pepohonan tinggi tumbuh sangat lebat. Jika berada di sana, suasana sejuk akan sangat terasa meski di siang hari yang sangat terik.“Ada pohon damar atau agathis, ada juga ulin dan meranti,” sebutnya Suhendri.Di bagian depan hutannya, berdiri rumah Suhendri yang sederhana. Hanya rumah kayu khas Sunda dengan tambahan sejenis padepokan di bagian depan.“Lahan saya ini panjangnya 100 meter, dan lebarnya 150 meter ke belakang. Jadi totalnya 1,5 hektare,” sebutnya.
Jadi Lokasi Wisata
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Sehari-hari, Suhendri juga mendapatkan pendapatan dari hutan yang Ia rawat ini. Ia mengubah lahannya menjadi lokasi wisata. Di beberapa titik di bawah rindangnya pohon, Suhendri membangun gazebo. Di padepokan yang terletak di bagian depan, Ia membangun tempat santai untuk pengunjung.Tak ada tarif khusus. Dia memberi keringanan kepada pengunjung untuk membayar seikhlasnya.“Bagi saya itu sudah cukup, yang penting tidak lebih besar pasak dari pada tiang,” tambahnya.
Sering Jadi Tempat Penelitian
Selain itu, hutan milik Suhendri juga sering dijadikan tempat penelitian. Tak hanya dari Indonesia, peneliti asing juga sering meneliti di tempatnya.Namun, hutannya pernah sedikit rusak karena rombongan peneliti yang berjumlah 40. Sejak saat itu, Ia tidak pernah menerima segala bentuk kegiatan dengan jumlah orang yang banyak.“Hutan jadi rusak, ranting patah, tanaman kecil diinjak-injak,” keluhnya.
Tak Pernah Menyesal Rawat Hutan
Meski Ia hanya mendapatkan pendapatan yang kecil dari kunjungan harian yang tak seberapa, Suhendri mengaku sangat bersyukur. Baginya, menikmati alam di hari tuanya adalah surga dunia yang tak bisa digantikan dengan apapun.Suhendri juga ingin memberi contoh agar warga tidak mudah melepas lahannya jika masih terdapat pohon.
(mdk/far)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaBukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 229,54 hektare hutan dan lahan di Jambi terbakar dalam delapan bulan terakhir. Kebakaran itu paling banyak dipicu ulah masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Luas lahan yang terbakar mencapai sekitar 15 hektare. Enam titik api sudah berangsur padam.
Baca SelengkapnyaAirnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca SelengkapnyaCerita pendek santri lucu dan menggelitik dapat menjadi hiburan tersendiri bagi siapa saja.
Baca SelengkapnyaSelain alamnya yang indah, Fatumnasi juga dihuni oleh suku tertua di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Baca SelengkapnyaSelain dikelilingi lembah perbukitan dan muara sungai, pantai tersebut turut menjadi habitat bagi banyak kerbau.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca Selengkapnya