Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali

Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali

Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali

Intip kisah romatis di museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.

Bangunan berarsitektur Bali kental ini bernama Museum Le Mayeur. Tampak kondisinya sudah cukup tua, karena mempertahankan gaya bangunan asli sejak tahun 1957.

Di sini ditampilkan koleksi lukisan dari pelukis asal Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur de Merpres. Hampir seluruh karyawan menampilkan gambar dari seorang gadis Bali bernama Ni Nyoman Pollok.

Gaya lukisan realis dengan aneka warna cat membuat objek tampak hidup, termasuk dari gambar pemandangan dan kebudayaan Bali yang Le Mayeur abadikan di tahun 1930 an sampai 1940-an.

Di balik nilai seni yang tinggi tersimpan kisah romantis antara Le Mayeur dengan subjek yang dilukisnya yakni Ni Nyoman Pollok. Mayeur yang sebelumnya warga Belgia memutuskan menetap di Bali dan menikah dengan Ni Nyoman Pollok yang menghantarkan kesuksesannya.

Selepas kepergiannya, museum ini kemudian didirikan dan menjadi aset pariwisata di Bali. Berikut kisahnya.

(Gambar: Museum Le Mayeur)

Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali
Hadirkan 88 Bingkai Lukisan Ni Nyoman Pollok

Hadirkan 88 Bingkai Lukisan Ni Nyoman Pollok

Mengutip laman Pemkot Denpasar, terdapat sekitar 88 bingkai lukisan dengan tema keindahan Bali.

(Gambar: Liputan6)

Gambar itu diperindah dengan subjek Ni Pollok sebagai perempuan asli Bali yang kental dengan sisi kebudayaannya.

Dari 88 buah lukisan, terdapat beberapa jenis yang terbagi ke dalam medianya seperti 28 lukisan kanvas, 25 handboard, 22 lukisan bagor dan sisanya media triplek serta kertas sebagai penanda susahnya mendapatkan media lukis kanvas di era pendudukan Jepang.

Beberapa lukisan menampilkan Ni Pollok saat sedang memetik bunga, serta keindahan alam natural di sekitar rumah mereka. Agar hasilnya maksimal, Ni Pollok pernah diminta berjemur selama berjam-jam sebagai bagian dari metode melukisnya.

Menampilkan Suasana Tenang

Kondisi tenang mendukung para pengunjung untuk menikmati keindahan lukisan di sana. Hal ini turut ditunjang dengan hadirnya taman, dan bangunan yang tenang serta jauh dari hiruk pikuk.

Sejumlah bangunan peninggalan dari Le Mayeur, termasuk ornamen ukiran khas Bali terpatri di dinding. Lukisan-lukisan hasil karya sang pelukis legendaris ini dipajang dan diletakkan dalam bingkai kaca, sehingga aman dan masih terawat hingga sekarang.

Di bangunan yang sebagian besar berbahan kayu itu, dapat dengan mudah ditemukan benda furnitur antik berupa meja berukir, lemari, ranjang, kasur, lemari, keramik, jambangan bunga, patung, guci serta buku-buku milik Le Mayeur.

Di sisi utara bangunan museum terdapat monumen sepasang patung suami istri, yakni Le Mayuer dan Ni Pollok. Pada sisi barat museum, juga terdapat homestay Pollok and Lemayeur Beach Front Hotel.

Bermimpi Memiliki Galeri Lukis

Bermimpi Memiliki Galeri Lukis

Mengutip Liputan6, kisah keduanya dimulai saat pelukis keturunan bangsawan Belgia ini melakukan kunjungan ke Bali pada 1932. menggunakan kapal laut.

(Gambar: denpasartourism.com)

Saat itu dirinya sudah menjadi pelukis profesional dan kerap melakukan penjelajahan mulai dari Italia, Perancis, Tunisia, Maroko, Aljazair, Thailand, India, Kamboja dan akhirnya sampai di Bali.

Dari pelabuhan Buleleng, ia berangkat ke Singaraja lalu ke Denpasar. Di sana, ia menyewa rumah di Banjar Kelandis dan bertemu untuk pertama kali dengan Ni Nyoman Pollok yang saat itu masih berusia belia. Sehari-hari, Ni Pollok menjadi penari Legong cantik di lingkungan keraton.

Merasa tertarik, Ni Pollok kemudian ia jadikan subjek lukisan. Beberapa aktivitas seperti menari dan lain-lain, Mayeur gambarkan di atas kanvas. Pria kelahiran 9 Pebruari 1880 itu lantas memamerkan lukisan gadis dan keindahan alam Bali di Singapura hingga mendapat apresiasi publik pada 1933.

Menikah dengan Adat Bali

Karena perasaan saling jatuh cinta, keduanya lantas saling berkenalan satu sama lain hingga memutuskan untuk menikah dua tahun kemudian. Pada 1935, keduanya berkonsentrasi di bidang seni lukis dan tari sebagai bagian dari merawat tradisi Bali di rumah mereka kawasan pantai Sanur.

Dari sana, rumahnya kemudian diperindah dengan lukisan alam dan flora serta fauna di sekitar Bali. Rumahnya, lantas menjadi galeri seni dan lukis yang banyak dikunjungi orang, termasuk Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Bahder Djohan kala itu.

Menteri tersebut kemudian tertarik dan meminta agar lukisan pribadinya dikemas secara profesional di rumahnya sebagai objek museum. Pada 1956, semangatnya menggebu untuk menjadikan rumahnya sebagai museum lukis. Ni Pallok sangat mendukung mimpi suaminya itu, namun sebelum terwujud Mayeur mengalami sakit sehingga harus kembali ke Belgia hingga meninggal dunia pada 18 Juli 1958.

Kemudian Ni Nyoman Pollok mengurus museum tersebut hingga meninggal pada 27 Juli 1985 di usianya ke-68 tahun.

Saat ini, Museum Le Mayeur yang berlokasi di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini menjadi destinasi seni dan budaya Bali yang bisa dikunjungi mulai pukul 08.00 hingga 15.30 Wita. Untuk tiketnya bisa didapatkan seharga dari Rp5.000 hingga Rp10.000 dan wisatawan mancanegara Rp10.000 hingga Rp20.000.

Mengunjungi Museum Taman Tino Sidin, Galeri Pelukis Legendaris Indonesia yang Tak Lekang Oleh Zaman
Mengunjungi Museum Taman Tino Sidin, Galeri Pelukis Legendaris Indonesia yang Tak Lekang Oleh Zaman

Museum ini dibangun untuk mengenalkan sosok Pak Tino pada pemuda generasi sekarang.

Baca Selengkapnya
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang
Museum Balaputera Dewa, Simpan Ribuan Koleksi dari Masa Pra-Sejarah hingga Kesultanan Palembang

Berkunjung ke museum yang terletak di Sumatera Selatan ini terdapat ribuan jenis koleksi dari zaman pra-sejarah hingga masa kerajaan.

Baca Selengkapnya
Melihat Jejak Etnis Tionghoa Tangerang di Museum Benteng Heritage, Ada Produk Kecap Tertua di Indonesia
Melihat Jejak Etnis Tionghoa Tangerang di Museum Benteng Heritage, Ada Produk Kecap Tertua di Indonesia

Di museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bermain ke Museum Batubara Tanjung Enim, Destinasi Wisata Baru Saat Akhir Tahun di Sumatra Selatan
Bermain ke Museum Batubara Tanjung Enim, Destinasi Wisata Baru Saat Akhir Tahun di Sumatra Selatan

Museum ini memberikan nuansa baru di dunia wisata Sumatera Selatan yang cocok disambangi saat liburan akhir tahun.

Baca Selengkapnya
Serunya Berkunjung ke Museum Karst Wonogiri, Jadi yang Pertama di Indonesia dan Terbesar se-Asia Tenggara
Serunya Berkunjung ke Museum Karst Wonogiri, Jadi yang Pertama di Indonesia dan Terbesar se-Asia Tenggara

Museum itu memiliki luas lahan sekitar 25 hektare dengan luas bangunan 300 meter persegi sehingga sering disebut sebagai museum karst terbesar se-Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Petilasan Mbah Joget Penari pada Masa Kolonial Belanda,  Ada di Puncak Bukit Kota Semarang
Mengunjungi Petilasan Mbah Joget Penari pada Masa Kolonial Belanda, Ada di Puncak Bukit Kota Semarang

Tempat itu biasa digunakan orang untuk bersemedi dan menenangkan diri.

Baca Selengkapnya
Melihat Indonesia Zaman Purba di Museum Geologi Bandung, Ada Fosil Gajah Berusia 800.000 Tahun
Melihat Indonesia Zaman Purba di Museum Geologi Bandung, Ada Fosil Gajah Berusia 800.000 Tahun

Ada banyak koleksi flora, fauna dan bahan tambang di Museum Geologi Bandung.

Baca Selengkapnya
Potret Museum TNI AL Jalesveva Jayamahe di Surabaya, Suguhkan Kejayaan Maritim Indonesia Sejak Zaman Nenek Moyang
Potret Museum TNI AL Jalesveva Jayamahe di Surabaya, Suguhkan Kejayaan Maritim Indonesia Sejak Zaman Nenek Moyang

Museum ini menjadi media dan ruang menyimpan memori publik mengenai kejayaan TNI AL dan kejayaan maritim nenek moyang bangsa Indonesia.

Baca Selengkapnya
Libur Lebaran, Desa Wisata Penglipuran Bali Dikunjungi 6.000 Orang per Hari
Libur Lebaran, Desa Wisata Penglipuran Bali Dikunjungi 6.000 Orang per Hari

Hari normal, desa Penglipuran di Bali dikunjungi 2.000-3.000 orang per hari . Saat Lebaran, mencapai 6.000 orang per hari.

Baca Selengkapnya