Kekerasan pada Anak di Sumut saat Pandemi Cukup Tinggi, Ini Faktor Penyebabnya
Merdeka.com - Sejak pandemi Covid-19 melanda, angka kekerasan terhadap anak cukup tinggi. Fakta ini disampaikan oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) OK Syahputra Harianda pada Kamis (22/7).
Harianda menyebut, kekerasan ini sering kali dilakukan justru oleh orang-orang terdekat korban, di mana seharusnya anak mendapat perlindungan dari mereka.
Menurut data dari Sistem Informasi Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), Kementerian Pemberdayaan Perempuan periode 1 Januari-9 Juni 2021, setidaknya ada 3.314 kasus kekerasan anak yang terjadi, dengan total korban sebanyak 3.683 orang.
Di Sumut sendiri, hingga 4 Februari 2021, jumlah korban kekerasan terhadap anak di Kota Medan mencapai angka 154, di Kabupaten Langkat dengan 97 kasus dan Kota Padang Sidimpuan dengan 96 kasus. Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya.
Faktor Penyebab Kekerasan Tinggi
Harianda mengatakan, angka kekerasan pada anak diprediksi akan terus bertambah seiring dengan pandemi Covid-19 yang belum mereda. Faktor penyebab kekerasan ini terjadi, diantaranya terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, banyak karyawan yang dirumahkan, daya beli menurun dan angka kemiskinan yang meningkat.Kondisi ekonomi keluarga yang menurun drastis ini sangat mempengaruhi kehidupan anak, mulai dari hak anak akan pendidikan, gizi yang cukup, kesehatan dan lain sebagainya menurun bahkan terabaikan.Akibatnya, tindak kekerasan, eksploitasi dan perlakuan salah lainnya banyak dialami anak selama pandemi.
Peran Penting Orang Tua dan Pemerintah
Dalam hal ini, peran orang tua sangat besar dalam memberikan perhatian kepada anak. Apalagi bagi anak-anak yang harus belajar daring harus didampingi. Penting untuk menyibukkan anak dengan kegiatan yang bermanfaat dalam membentuk tumbuh kembang anak.“Di sinilah tanggung jawab orangtua dituntut untuk lebih besar dalam mendidik anak. Kasih sayang, perhatian orang tua dan keluarga menjadi modal yang sangat berharga dalam mendidik anak," kata Harianda. Tak hanya orang tua, pemerintah juga memegang peran penting dalam perlindungan anak selama pandemi. "Pemerintah dan pembuat keputusan lain memegang peran kunci di dalam perlindungan anak selama pandemi Covid-19, khususnya dalam memfasilitasi, mengawasi dan mempromosikan kepentingan terbaik untuk anak-anak harus disinergikan satu sama lain. Jika keadaan ini dibiarkan, niscaya masa depan anak akan terabaikan," tambahnya.
(mdk/far)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedutan pada tangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Jangan anggap sepele penyebabnya.
Baca SelengkapnyaSejumlah hal bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan anak. Hal ini termasuk adanya faktor keturunan dari orangtua.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, syarat untuk mencapai generasi emas 2045 ialah harus sehat dan pintar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak-anak.
Baca SelengkapnyaDi musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaKebiasaan memukul merupakan suatu hal yang kerap dilakukan anak. Hal ini perlu diperhatikan dan dihindari oleh orangtua.
Baca SelengkapnyaMembuang sampah sembarangan telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang juga berdampak buruk pada kesehatan.
Baca SelengkapnyaMasalah polusi udara semakin mengkhawatirkan. Khususnya di Jakarta. Berikut dampak polusi udara pada kesehatan anak yang perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKeterlambatan bicara pada anak dapat dapat menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tua.
Baca Selengkapnya