Tampil di Google Doodle Hari Ini, Ini Fakta Menarik Papeda Makanan yang Dianggap Sebagai Jelmaan Manusia
Papeda jadi kuliner unik asli Indonesia yang muncul di Google Doodle hari ini.
Papeda jadi kuliner unik asli Indonesia yang muncul di Google Doodle hari ini.
Begini penampakkan papeda, kuliner khas Papua yang memiliki tekstur unik. Sekilas bentuknya menyerupai lem yang cair dan lengket. Namun di balik itu rasanya sangat lezat bila disantap dengan olahan sayur ikan kuah kuning dan kuah asam.
Dikutip dari kemdikbud.go.id, menurut sejarahnya, papeda diperkirakan mulai jadi bahan konsumsi sejak 3.000 tahun silam.
Saat itu di wilayah pesisir Papua banyak tumbuh pohon-pohon sagu, sebagai bahan utama pembuatan papeda.
Oleh masyarakat pesisir, batang sagu itu kemudian diolah melalui cara tradisional hingga menjadi kuliner bertekstur kenyal dan kental. Di kemudian hari makanan tersebut dikenal sebagai papeda.
Penggunaan sayur ikan kuah kuning dan kuah asam sebagai lauk papeda semakin menguatkan bahwa kuliner tersebut lahir dari masyarakat pantai.
Ini karena masyarakat Papua yang menempati wilayah sungai, rawa, pantai dan danau memiliki mata pencaharian utama yakni meramu sagu dan menangkap ikan.
Karena sagu dan papeda dianggap sebagai makanan yang istimewa, masyarakat Papua saat itu menganggapnya sebagai penemuan yang spesial.
Makanan ini kemudian dijadikan sebagai sajian saat acara-acara kebudayaan berlangsung, termasuk untuk upacara adat Watani Kame.
Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang. Di acara tersebut, papeda dibagikan kepada kalangan yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.
Papeda sebagai bagian dari sagu juga diistimewakan oleh beberapa suku di Papua, dan dianggap sebagai makanan yang berasal dari jelmaan manusia.
Selain konteks kuliner, sisi kebudayaan dari papeda juga terbilang unik.
Saking melekatnya dengan Papua membuat makanan ini memiliki nama lain yang merupakan julukan atau plesetan yakni “Papua Penuh Damai”.
Ini juga merujuk terhadap kondisi lingkungan bumi cendrawasih yang subur dan hijau, termasuk melimpahnya pohon papeda.
Papeda sudah ada sejak ribuan tahun di tanah Papua. Ini membuat masyarakatnya selalu menyantap papeda untuk makanan sehari-hari.
Oleh karenanya, papeda merupakan makanan pokok pertama sebelum masuknya beras ke tanah Papua. Beras sendiri mulai masuk ke sana saat era orde baru, di mana Presiden Soeharto saat itu memiliki program ketahanan pangan beras yang membuat padi ditanam di hampir seluruh nusantara.
Kondisi ini disayangkan oleh Praktisi Kuliner Papua, Charles Toto. Menurut dia, program swasembada puluhan tahun lalu itu membuat papeda tergeser karena dianggap makanan kelas bawah dibanding nasi yang kerap disebut makan elit.
Menurut laman indonesianchefassociation.com, cara menyantap makanan ini terbilang unik dan berbeda dengan nasi yang hanya perlu disendok atau memakai tangan.
Papeda perlu dimakan menggunakan sumpit atau dua buah garpu, kemudian menggulungnya secara melingkar.
Setelah terangkat, papeda bisa dicelup atau dimakan terlebih dahulu lalu menyeruput kuah ikan kuningnya.
Saat mengonsumsi papeda, tak perlu dikunyah, dapat langsung diseruput dan ditelan. Biasa dikonsumsi dengan lauk ikan dan sambal colo-colo. Rasa dasar papeda cenderung tawar dan sedikit asin.
Selain di Papua, olahan papeda juga populer di wilayah Indonesia timur lainnya yakni Sulawesi dan Maluku.
Di Pulau Seram misalnya, sagu (dalam hal ini papeda) dianggap sebagai sesuatu yang mampu menghidupi masyarakat di sana. Ini yang kemudian menjadikan setiap momen panen diiringi oleh ritual adat.
Hal yang sama juga berlaku di wilayah Pulau Seram, Maluku yang menjadikan sagu atau papeda sebagai pengantar upacara adat untuk perempuan remaja yang tengah berada di masa pubertas.
Yang menarik, saat ini halaman awal Google menampilkan papeda yang tengah digulung oleh sumpit dalam bentuk karikatur.
Usut punya usut, ini terkait penetapan papeda sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 20 Oktober 2015. Penetapan ini disahkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 186/M/2015 di Gedung Kesenian Jakarta.
Sebenarnya, penetapan papeda sebagai WBTB jatuh pada 16 Oktober 2015 dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudyaan yang saat itu menjabat yakni Anies Baswedan. Namun proses secara keseluruhan memakan waktu hingga bisa ditetapkan empat hari kemudian.
Demikian fakta-fakta menarik tentang papeda, semoga menambah informasi dan bisa dicicipi kelezatannya sebagai salah satu kuliner asli Indonesia.
Kapal pinisi menjadi salah satu warisan budaya dunia berasal dari Indonesia, tepatnya dari suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.
Baca SelengkapnyaMuncul di Google Doodle, ini ragam jenis ikan yang hidup di Danau Toba.
Baca SelengkapnyaBahkan, TikTok mulai menempati posisi teratas hampir setiap hari pada bulan Agustus. Sementara Google memegang posisi pertama hanya beberapa hari saja.
Baca SelengkapnyaDanau Toba merupakan salah satu warisan alam yang unik. Danau Toba merupakan fenomena unik antara sains dan legenda.
Baca SelengkapnyaGoogle tak ingin ketinggalan dengan Microsoft melalui Bing soal AI.
Baca SelengkapnyaMeski pamor Google mulai turun akibat TikTok, namun pendapatan TikTok masih belum bisa melebihi pendapatan Google.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil mengatakan para caleg harus pintar-pintar dalam membuat nama mereka muncul di mesin pencari Google.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan yang diraih TikTok tersebut membuat Pemerintah AS panas.
Baca SelengkapnyaPengolahan tanaman kaya gizi menjadi makanan nikmat ini tentu menggugah selera makan anak-anak hingga orang dewasa
Baca Selengkapnya