Tukimin Selalu Teringat Peristiwa Rumahnya Dibakar Belanda
Merdeka.com - Agresi militer Belanda II tahun 1948 membuat situasi di sebagian wilayah Indonesia tegang. Sejumlah wilayah berhasil diduduki tentara Belanda, tak sedikit penduduk pribumi mengungsi untuk mencari tempat aman.
Tukimin adalah saksi hidup masuknya kembali penjajah Belanda setelah menyerah dari Jepang pada tahun 1942. Tukimin sekarang berusia 90 tahun, tinggal di Kampung Jatibulak, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
"Belanda masuk lagi itu saya masih sekolah madrasah, kelas empat," kata Tukimin ketika berbincang dengan merdeka.com pada Sabtu (17/8).
Meski duduk di bangku kelas empat, tapi usianya telah remaja, sekitar 18 tahun. Ia tak dapat melanjutkan pendidikan ketika Belanda menduduki kampung halamannya, Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Karena sekolah saya dipakai untuk markas tentara Belanda," ujar dia.
Ia sempat merasakan kekejaman Belanda. Rumahnya dibakar habis. Gara-garanya bermula dari penjarahan di sebuah pasar kampung. Seorang etnis China menjadi korban, ketika sedang berlari membawa tas ransel, dijegal oleh kakaknya sampai jatuh. Barang di dalam tas itu diambil oleh penduduk pribumi.
"Orang China itu lapor ke Belanda, kemudian rumah orang tua saya dibakar sampai habis. Kami kemudian mengungsi ke tempat saudara yang ada di kecamatan lain," kata dia.
Tukimin yang sekarang kesehariannya mencari rumput untuk makan kambing peliharan, merasakan sulitnya mendapat pendidikan selama masa penjajahan.
"Sekolah pada zaman kolonial itu paling rendah harus anak lurah, kalau bukan anak lurah belum boleh," tuturnya.
Karena anak petani, dia tak bisa mengenyam pendidikan di sekolah formal ketika itu. Adapun sekolah tersebut hanya ada di pusat karesidenan atau pusat pemerintahan (setingkat provinsi). "Yang belajar di sana bisa pintar bahasa inggris," ujar dia.
Sementara anak-anak petani, kata dia, lebih banyak belajar di madrasah, cenderung belajar agama dibandingkan sekolah umum. Meski demikian, pelajar di sekolah madrasah tak bebas belajar begitu saja. Aktivitas di sekolah mendapatkan pengawasan dari centeng-centeng Belanda. "Yang mengawasi orang pribumi yang berkhianat," kata dia.
Begitu merdeka, kata dia, penduduk pribumi baru bisa belajar membaca. Ketika itu, lewat program pemberantasan buta huruf yang digelorakan oleh Presiden Soekarno. Sedikit demi sedikit, anak-anak miskin mulai bisa membaca dan menulis.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi
Kedatangan mereka yang tiba-tiba membuat gempar masyarakat pesisir Tuban
Baca SelengkapnyaSejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaPenuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jadi Hari Bersejarah Penyerahan Wilayah dari Pihak Belanda ke Tangan Indonesia, Begini Momen Haru Perundingan Wonosobo Tahun 1949
Pada momen itu, tentara militer Belanda berbondong-bondong menarik diri dari wilayah yang didudukinya
Baca SelengkapnyaSejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955
Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.
Baca SelengkapnyaHeboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka
Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaPemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaSejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca SelengkapnyaNasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.
Baca Selengkapnya