Tim Investigasi Dibentuk, Siapa Mahasiswa Pemicu Tujuh Guru Besar Unhas Mundur?
Merdeka.com - Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Jamaluddin Jompa membentuk tim investigasi untuk menyelesaikan masalah pengunduran diri tujuh guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), karena tidak mau meluluskan seorang mahasiswa program doktoral. Tim investigasi yang dibentuk berisikan sembilan orang.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Unhas, Supratman Supa Atana mengatakan Rektorat membentuk tim investigasi masalah pengunduran diri tujuh guru besar FEB dari program doktoral. Dia mengungkapkan Tim Investigasi yang dibentuk diketuai Dr Andi Kusumawati dan Sekretaris Dody Dharmawan Trijuno.
"Ketuanya dari dosen Akuntansi. Tim investigasi ini berisi juga dari Fakultas lain seperti hukum dan juga guru besar atau senat universitas," ujarnya, Jumat (4/11).
Supa menjelaskan tim investigasi mempunyai tugas antara lain melakukan klarifikasi kepada Dekan FEB bersama pihak-pihak terkait tentang laporan tujuh Guru Besar FEB yang mengundurkan diri dari proses pengajaran dan pembimbingan pada prodi S3 manajemen. Selanjutnya, melakukan klarifikasi kepada tujuh Guru Besar atas laporan yang disampaikan ke Rektor Unhas.
"Mengumpulkan data yang relevan tentang laporan tujuh Guru Besar ke pihak-pihak terkait. Dan membuat laporan komprehensif kepada rektor serta merumuskanusulan atau rekomendasi penyelesaiannya," tuturnya.
Supa mengaku kerja tim investigasi tersebut tidak memiliki tenggat waktu. Hanya saja, kata Supa, rektor berharap tim investigasi bisa merampungkan laporan secepatnya.
"Bahkan kalau bisa seminggu keinginan Pak Rektor," kata dia.
Sementara sosok mahasiswa S3 yang menjadi awal pemicu pengunduran diri tujuh guru besar, Supa enggan berkomentar. Dia beralasan dirinya tidak memegang data terkait sosok mahasiswa tersebut yang informasi beredar masih memiliki hubungan keluarga dengan Dekan FEB.
"Saya tidak bisa komentar soal itu. Saya tidak tahu," ucapnya.
Sementara itu, Prof Siti Haerani mengaku tidak bisa memberikan komentar banyak terkait surat terbuka pengunduran dirinya sebagai pengajar program doktoral Unhas. Ia mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Rektorat pasca pertemuan dengan Dekan FEB yang difasilitasi Rektor.
"Mohon maaf dinda, soal itu saya ikuti perintah Pak Rektor. Beliau sebagai atasan kami," kata dia.
Dia juga enggan menyebutkan nama mahasiswa S3 yang menjadi awal pemicu masalah tersebut. Meski demikian, dia membenarkan jika dirinya mengajar mahasiswa tersebut.
"Oh, tidak bisa saya sebutkan namanya. Iye (dia mahasiswa yang saya ajar)," ucapnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prof Antara menegaskan, sejak awal kasus ini diselidiki dirinya tidak pernah melakukan korupsi seperti yang didakwakan.
Baca SelengkapnyaPemeriksaan BPKP untuk mengaudit, investigasi atau mengetahui berapa besar kerugian.
Baca SelengkapnyaRektor juga menyatakan kesiapannya untuk memberikan pendampingan bagi mahasiswa menjadi korban.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mahasiswa mengaku tak puas dengan putusan tersebut, yang hanya menonaktifkan ETH. Mereka menginginkan ETH dipecat tak hormat.
Baca SelengkapnyaKuasa hukum korban menegaskan, pelaporan yang dilayangkan ke Polda Metro Jaya sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan proses pemilihan rektor Universitas P
Baca SelengkapnyaJaksa menilai terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana dengan sengaja dan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain.
Baca SelengkapnyaPolisi telah memeriksa delapan orang saksiuntuk mengusut laporan dugaan pelecehan seksual.
Baca SelengkapnyaKendati mendapat intervensi, para mahasiswa tetap berjuang mengungkap kebenaran demi nama baik kampus.
Baca SelengkapnyaSejauh ini yang terdeteksi oleh pihak kepolisian baru dua korban.
Baca Selengkapnya