Ribuan ikan di Waduk Jatiluhur mati mendadak
Merdeka.com - Di Waduk Jatiluhur, Purwakarta Jawa Barat, ribuan ikan budidaya milik warga mati mendadak. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menerjunkan tim cepat tanggap untuk melakukan penelitian dan mencari solusi mengatasi kematian ikan massal itu, yang diperkirakan akibat arus bawah naik ke permukaan.
"Tim ini berasal dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, yang bertugas untuk mengidentifikasi lokasi terdampak dan jumlah pembudidaya yang terkena musibah," kata Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebijakto, Minggu (20/1). Demikian tulis Antara.
Slamet mengemukakan, berdasarkan hasil identifikasi di Waduk Djuanda, daerah terdampak musibah kematian massal berlokasi di 5 Zona, dari desa Tajur, kecamatan Sindang sampai desa Sindang Laya, Kecamatan Sukatani, dan hampir sebagian besar pembudidaya mengalami kematian ikan massal.
Untuk itu, diharapkan kepada para pembudidaya agar menggunakan pakan ikan yang ramah lingkungan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan berkoordinasi dengan pemda setempat,terkait dengan peraturan-peraturan yang menyangkut zonasi dan daya dukung waduk.
"Sebagai langkah konkret, dalam waktu dekat DJPB akan melakukan penebaran ikan bandeng guna memperbaiki kondisi kualitas air di waduk Djuanda," papar Slamet.
Di tempat terpisah, Peneliti Badan Litbang KKP, Endi Kartamihardja mengungkapkan bahwa setelah dilakukan analisa dan berdasarkan data yang ada, diperoleh hasil penyebab arus balik pada awal tahun 2013 ini adalah cuaca ekstrem yang ditandai dengan mendung dan hujan gerimis, tanpa sinar matahari lebih dari tiga minggu. Sehingga menimbulkan perbedaan suhu air di permukaan dan lapisan dasar waduk, yang pada akhirnya menyebabkan "umbalan".
Sayangnya, umbalan yang terjadi waduk Djuanda membawa air yang mengandung gas-gas beracun dari dasar waduk, sehingga menyebabkan kematian massal. Penyebab penurunan kualitas air di dasar waduk, karena tingginya bahan organik yang masuk ke dalam waduk, blooming plankton dan budidaya ikan yang melebihi 10 kali dari daya dukung wilayah tersebut.
"Untuk mengurangi penurunan kualitas air di dasar waduk, perlu adanya pengurangan bahan organik yang masuk ke waduk, pengendalian plankton dan melakukan padat tebar sesuai daya dukung," kata Endi.
Untuk itu, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan penebaran benih di Karamba Jaring Apung (KJA) sesuai dengan daya dukung dan penebaran ikan jenis Plankton Feeder (Pemakan plankton) seperti Bandeng, Mola, Tambakan, Sepat dan Nila. Selain itu pengaturan pola tebar ikan perlu dilakukan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain terjadi di telapak kaki, mata ikan juga bisa muncul di jari tangan.
Baca SelengkapnyaDi balik pesonanya yang unik, ikan buntal menyimpan bahaya yang serius. Racunnya dapat melumpuhkan siapa pun, termasuk manusia.
Baca SelengkapnyaJasad korban ini tidak dibawa ke puskesmas atau RSUD, tetapi langsung dibawa ke rumah duka.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jakarta diprediksi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat dan angin kencang
Baca SelengkapnyaIkan ini juga disebut "fosil hidup" karena masih eksis sejak jutaan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPerlu diperhatikan berbagai tanda yang mengindikasi ikan cupang akan mati.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem itu salah satunya dipengaruhi oleh kondisi wilayah Jateng yang telah memasuki musim pancaroba
Baca SelengkapnyaWilayah pesisir Kota Pariaman begitu kaya dengan sajian olahan kuliner berbagan dasar hasil laut.
Baca SelengkapnyaDi sana telah dibangun sebuah jembatan gantung yang menghubungkan antara pasar dengan desa di sebelahnya.
Baca Selengkapnya