Ratusan Pencari Suaka di Tanjungpinang Tuntut Keadilan ke UNHCR
Merdeka.com - Sekitar 400 pencari suaka berunjuk rasa di Kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM) Kota Tanjungpinang, Senin (5/8). Kekecewaan mereka bukan kepada Pemerintah Indonesia, melainkan ditujukan ke IOM dan UNHCR yang tak kunjung memberi jawaban yang pasti kapan diberangkatkan ke negara ketiga.
Selama ini, mereka menetap di Hotel Badra, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Aksi unjuk rasa ini merupakan akumulasi dari kekecewaan para pencari suaka.
"Kami ingin semua negara mendengar tuntutan kami. Kami ingin keadilan, diperlakukan sebagai manusia," kata Alzobier Pasha, pencari suaka asal Sudan, yang mahir menggunakan Bahasa Indonesia. Seperti diberitakan Antara.
Pencari suaka selama ini merasa diperlakukan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia. Masyarakat Bintan pun menerima mereka dengan baik.
Namun kebebasan adalah kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar, karena para pencari suaka pun memiliki masa depan, yang sampai sekarang masih sebatas mimpi.
Mereka ingin mendapat pendidikan yang layak, pekerjaan dan kehidupan yang bebas seperti warga lainnya.
"Kami ingin berita ini tersiar ke seluruh dunia, didengar dan ditanggapi PBB," katanya.
Alzobier mengatakan cukup banyak para pencari suaka yang mengalami gangguan mental dan depresi. Beberapa pencari suaka di Bintan dan Batam sudah mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menghadapi permasalahan keluarga dan dirinya sendiri.
"Kami punya keluarga. Kami rindu keluarga. Kami pikirkan keluarga setiap saat dan pikirkan diri kami sendiri. Kami lelah," katanya.
Jhon (30), pencari suaka asal Pakistan mengatakan rasa syukur selalu dipanjatkan kepada Tuhan atas kebaikan masyarakat Indonesia. "Namun kami juga punya keluarga, punya kehidupan dan sisa umur untuk hal-hal yang berguna," katanya.
Jon mengatakan sebagian pencari suaka sudah lebih dari tujuh tahun tinggal di Rudenim Tanjungpinang, yang kemudian pindah ke Hotel Badra sejak dua tahun lalu.
"Kami sudah dijanjikan berulang kali untuk diberangkatkan ke negara ketiga, namun sampai sekarang masih belum berangkat," katanya.
Para pencari suaka tidak menuntut harus tinggal di negara ketiga, Australia, Amerika Serikat dan Kanada. Mereka juga bersedia tinggal di negara lainnya, yang dapat memperlakukan mereka seperti warga negara sendiri.
"Kami orang yang beragama, selalu berdoa, bersyukur dan berdoa. Tetapi sampai kapan kami harus seperti ini?" kata Jhon.
Aksi unjuk rasa dilakukan sejak 09.00 WIB. Hingga berita ini disiarkan, ratusan pengungsi masih melakukan aksi.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
UNHCR memiliki tanggung jawab dalam perlindungan pengungsi di dunia.
Baca SelengkapnyaSatu orang sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelundupan Rohingya ke Aceh.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tidak hanya mengirimkan bantuan berupa kebutuhan pokok untuk pengungsi, TNI AL juga menyiapkan 400 prajurit dari berbagai satuan ke lokasi.
Baca SelengkapnyaKejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaKorban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Wahidin Makassar usai kejadian.
Baca SelengkapnyaSatu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca SelengkapnyaKonon pulau ini tidak ditemukan, namun akibat sebuah peristiwa yang luar biasa, Pulau Si Kantan ini muncul.
Baca Selengkapnya