Ratusan orang geruduk tempat diskusi Tan Malaka di Semarang
Merdeka.com - Ratusan orang yang tergabung Masyarakat Peduli Nasib Bangsa (Mapenab) Jawa Tengah mendatangi Sekretariat Gerobak Art Kos, Jl Stonen Nomor 29 Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/2). Kedatangan mereka untuk aksi demo menolak berlangsungnya bedah buku dan diskusi Tan Malaka yang akan digelar malam nanti.
Dalam orasi yang dipimpin oleh Ketua Umum Mapenab Jawa Tengah, Sucipto menyatakan sikap menolak adanya kegiatan diskusi karena Tan Malaka pernah terlibat komunisme.
"Kita tidak menutup hati Tan Malaka tokoh nasional. Tapi dalam perjalanan dia terlibat dalam gagasan komunis. Dalam kiprahnya pada masa Hindia Belanda. Di era Orde Lama Tan Malaka terlibat dan jadi Ketua PKI. Oleh karena itu Mapenab akan lakukan tindakan apabila gagasan tindakan komunisme ini tetap disuburkan," kata dia.
Menurut Sucipto, diskusi hasil riset Harry Poeze setebal 2000-an halaman itu di manapun dan kapanpun, tidak ada manfaatnya bagi siapapun.
"Diskusi tetap berlangsung tidak apa-apa. Tapi untungnya apa? Tan Malaka adalah seorang sosok komunis," ungkapnya.
Selama aksi berlangsung, aksi massa diamankan oleh 1 truk pasukan pengendali masa (Dalmas) Polrestabes Kota Semarang serta beberapa petugas intel baik dari Polrestabes Semarang maupun Kodam IV Diponegoro.
Usai melakukan orasi di depan Sekretariat Gerobak Arts Histeria, massa kemudian langsung membubarkan diri dan menyatakan akan tetap memantau jalanya diskusi dan bedah buku Tan Malaka ini.
Menanggapi aksi ini, salah satu penyelenggara, Sekretaris KSP Yunantyo Adi S menyatakan mendengar dan melihat aksi mereka. Dari orasi yang disampaikan, kata dia, hal itu menunjukkan ormas Mapengab tidak mengerti dan tidak paham dengan sejarah Tan Malaka .
"Kalau aksi ini kelihatannya mereka tidak tahu siapa Tan Malaka . Padahal Tan Malaka itu yang menghabisi Madiun. Yang mengepung Madiun. Pengikut Tan Malaka itu Adam Malik dan Adam Malik adalah Wakil Presiden. Kisah hidup mereka apa yang dia tahu?" ungkap Yunantyo.
Yunantyo menjelaskan, Tan Malaka pada tahun 1949 usai Muso dihabisi Belanda, justru berbagi tugas dengan Jenderal Sudirman untuk bergerilya.
"Saat bergerilya di Jatim itulah Tan Malaka mati. Dia ditembak oleh tentara Indonesia yang salah paham. Kemudian tahun ini tanggal 27 Januari beberapa tahun lalu tim Forensik Kedokteran UI temukan makam Tan Malaka dan akan dipindah ke Jakarta diberi gelar Pahlawan Nasional," ungkapnya.
Yunantyo menjelaskan, buku yang akan dibedah dan diskusikan nanti malam adalah pertarungan Tan Malaka dengan PKI. Bukan malah mendatangkan eks anggota dan tahanan politik (tapol) PKI.
"Itu yang akan kita diskusikan. Mereka ngomong tidak tahu dan tahunya kalau akan didatangi orang-orang bekas PKI," pungkasnya.
Sampai kini, ratusan aparat petugas kepolisian masih bersiaga di sekitar sekretariat Gerboak Arts Jl. Stonen 28 Kota Semarang. Mereka mengantisipasi jika terjadinya aksi unjuk rasa dan protes terkait akan digelarnya diskusi malam nanti.
Rencananya acara akan dimulai pukul 19.00 WIB. Acara diselenggarakan ileh Komunitas Pegiat Sejarah Semarang (KPS), Komunitas Histeria Art Semarang dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pelaku kesal dengan tingkah laku Dimas di dalam sel.
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaSelain ditetapkan sebagai tersangka, ketiganya juga telah dilakukan penahanan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kata sindiran halus namun menohok menjadi salah satu cara mengungkapkan rasa tak suka secara tidak langsung pada seseorang yang menjengkelkan.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo memuji gerak cepat Panglima TNI Agus Subiyanto dalam menangani kasus penganiayaan relawannya.
Baca SelengkapnyaDirinya lantas diajak berdiskusi berbagai hal, terutama soal kondisi dan perkembangan dari tempat tersebut.
Baca SelengkapnyaUntuk titik rawan mulai dari Tahu Sumedang hingga Pananjung.
Baca SelengkapnyaAlih-alih dengan kekerasan, cara penangkapan yang dilakukan sungguh tak biasa. Warga menakut-nakuti maling tersebut dengan seekor ular.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca Selengkapnya