Muhammadiyah minta ormas Islam husnudzon tanggapi video Kapolri
Merdeka.com - Ucapan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian tentang ormas Islam dalam sebuah video menuai polemik. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menanggapi santai pernyataan tersebut.
Haedar mengajak masyarakat agar tidak terlalu heboh menanggapi pernyataan Kapolri tersebut.
"Kalau saya husnudzon saja. Mungkin Pak Kapolri memberi apresiasi yang lebih tinggi (kepada Muhammadiyah dan NU). Dalam logika itu kan selalu ada stressing dan tekanan. Cuma mungkin karena saking semangatnya, terjadi pengkhususan atau pengecualian," ujar Haedar di sela menjadi pembicara Kuliah Umum dan launching kuliah jarak jauh di Gedung Siti Walidah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kamis (1/2).
Haedar menyampaikan, semua elit di tubuh bangsa ini mempunyai pandangan bahwa semua kekuatan dan golongan mempunyai peran masing-masing dalam kehidupan kebangsaan. Hal tersebut merupakan konteks dan substansi utamanya. Ada hal-hal yang punya kesejarahan kuat, kata dia, seperti Muhammadiyah, Sarekat Islam, Persatuan Islam, NU dan lainnya.
Penyebutan NU dan Muhammadiyah sebagai ormas besar, menurut Haedar, sudah lazim dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Muhammadiyah, lanjut dia, tidak pernah melakukan protes selalu disebut yang kedua.
"Kalau dilihat dari berdirinya, Muhammadiyah lebih dulu. Dari abjad lebih dulu M ketimbang N. Dari kebesaran, dilihat dulu dari sudut mana? Apa sih yang disebut terbesar itu? Tapi kita kan nggak pernah mempersoalkan itu. Kadang mindset kita itu selalu organistik seperti itu," katanya.
Haedar menduga ucapan Kapolri tersebut bukan disengaja atau hanya sebagai akibat sikap yang terlalu bersemangat atau penekanan (stressing) dalam lisan dan ucapan. Kendati demikian, Haedar meminta Kapolri dan elit bangsa lainnya lebih arif dan mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.
"Dua hal, Kapolri atau siapapun tokoh bangsa ini bisa lebih arif belajar dari peristiwa ini. Bijaksana dalam berkata tetapi pada saat yang sama kita juga jangan terus heboh lah. Muhammadiyah juga tidak terlalu ingin diistimewakan seperti itu. Karena kami juga mengakui bahwa bangsa ini semua punya peran, jadi kita belajar semua. Jadi semua selalu ada dalam kehidupan perjalanan bangsa kita," jelas dia.
Dia juga meminta agar semua ormas-ormas menanggapi pernyataan Kapolri tersebut secara proporsional dan tidak perlu menuntut agar Kapolri meminta maaf.
Muhammadiyah, imbuh Haedar, tidak merasa diuntungkan dengan pernyataan Kapolri tersebut. Bagi Muhammadiyah, diakui atau tidak, tetap akan terus berjalan.
"Ya contohnya seperti itu tadi, kami sering disebut nomor dua, tapi nggak pernah komplain. Baik dari segi penyebutan maupun kualifikasi, yang disebut terbesar itu seperti apa? Tapi sudahlah, itu bagian dari kita hidup berbangsa," tutupnya.
Kemarin, Tito sudah memberikan klarifikasinya saat menyambangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Salemba, Jakarta Pusat. Saat itu, ada Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siroj beserta perwakilan 14 ormas islam yang tergabung di Lembaga Persatuan Ormas Islam (LPOI).
"Saya memberikan klarifikasi tentang konteks-konteks pidato saat itu. Saya menyampaikan kronologi, kontekstual, dan isi seperti apa," ujarnya di lokasi, Rabu (31/1).
Dia mengaku kaget beredarnya video pendek tersebut. Saat itu dirinya mengetahui ada video itu saat berada di luar kota. Lalu, dia memerintahkan staf untuk mencari tahu video itu.
"Setelah dicek oleh staf saya ternyata itu adalah tanggal 8 Februari 2017, setahun yang lalu ketika ada acara halaqah di Pesantren Tanara Serang Banten di tempatnya Kiai Ma'ruf Amin majelis ulama Indonesia," ujarnya.
Kata Tito, itu sebenarnya sambutan yang berdurasi cukup lama sekitar 26 menit. Namun dalam video yang sekarang viral, durasinya hanya dua menit. Isinya Polri seolah hanya mendukung NU dan Muhammadiyah, bukan ormas yang lain. Hal ini yang membuat Tito kaget.
"Tetapi dipotong 2 menit. Dan 2 menit itu mungkin ada bahasa-bahasa yang kalau hanya dicerna 2 menit itu membuat beberapa pihak kurang nyaman," sambungnya.
Selain bertemu dengan Said Aqil beserta perwakilan dari LPOI, Tito juga mengaku sudah bertemu dengan Ma'ruf Amin. Menurut dia, Ma'ruf Amin sebagai saksi yang mengundang dan mendengar kata sambutan tersebut.
"Beliau adalah saksi yang mengundang dan mendengar sambutan saya, saya pikir beliau sudah menyampaikan kepada media kemudian saya memberikan klarifikasi seperti itu, jadi sekali lagi itu adalah acara yang sudah setahun yang lalu," tegas dia.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nasir mengajak para peserta Pemilu 2024 untuk mematuhi aturan.
Baca SelengkapnyaMelalui akun media sosialnya, Kapolri menyebut NU menjadi salah satu pilar bangsa dalam mengisi kemerdekaan
Baca SelengkapnyaHadi juga menyoroti perihal situasi Kamtibmas selama bulan Ramadan berlangsung secara aman dan damai.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pasangan capres-cawapres, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memiliki alasan berbeda terkait ketidakhadiran ke KPU pada Rabu 24 April 2024 kemarin.
Baca SelengkapnyaMenjelang pemilu sering kali muncul wacana, pro dan kontra, perdebatan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaKapolri Jenderal Listyo Sigit saat ditanya soal itu menjawab dengan tersenyum sambil merangkul hangat Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Baca SelengkapnyaMasyarakat menyematkan penutup kepala tanjak kepada Mahfud yang merupakan simbol penerimaan sebagai keluarga besar adat Melayu.
Baca SelengkapnyaHaedar meminta semua pihak harus menghormati pilihan rakyat dan menerima hasil Pemilu dengan sikap legowo, dan kesatria.
Baca Selengkapnya"Ya, itu enggak apa-apa. Kita semua akan melanjutkan, kan tidak akan membubarkan negara," kata Mahfud
Baca Selengkapnya