Menristek Sebut Terapi Plasma Konvalesen Tak Ada Efek Samping Berbahaya
Merdeka.com - Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro menyampaikan update terkait perkembangan uji klinis terapi Plasma Konvalesen yang diperuntukkan bagi pasien Covid-19. Terapi ini dikatakan sudah melalui uji klinis fase 1 dan dinyatakan aman.
"Update mengenai salah satu terapi yang sedang kita coba upayakan menjadi salah satu terapi utama dalam penanganan pasien Covid-19, yaitu melakukan Plasma Konvalesen yang sudah melakukan uji klinik fase 1 di RSAD. Di mana salah satu kesimpulannya adalah terapi ini aman, tidak ada efek samping yang membahayakan," kata Bambang melalui siaran langsung yang diunggah oleh akun Youtube FMB9ID_IKP pada Selasa (20/10).
Uji klinis fase 1 yang menunjukkan hasil bahwa terapi ini lebih baik jika diberikan kepada pasien yang tingkat keparahannya penyakitnya sedang, bukan dalam kondisi berat. Saat ini terapi Plasma Konvalesen sedang memasuki uji klinis tahap dua dengan melibatkan lebih banyak rumah sakit, yakni sebanyak 29.
"Sebagai produk tambahan dari plasma konvalesen, saat ini lembaga Eijkman sedang mengembangkan alat untuk mengukur kadar antibodi spesifik Covid-19 yang ada dalam darah pasien. Nah utamanya memang untuk mengukur kualitas dari plasma darah yang diberikan oleh donor," katanya.
Selain itu, alat ukur kadar antibodi ini juga dapat digunakan pasca vaksinasi. Gunanya adalah untuk mengecek apakah vaksin yang diberikan dapat memunculkan daya tahan tubuh atau imun yang cukup tinggi. Alat ini juga berguna untuk memperkirakan berapa lama imun orang tersebut dapat bertahan. Hal ini berguna untuk perencanaan vaksin di kemudian hari.
"Masalah vaksin ini tidak hanya masalah tahun 2021, ini akan berkelanjutan ke tahun 2022, 2023 karena ada kemungkinan diperlukannya revaksinasi atau booster karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan yang selamanya," katanya.
Selain terapi Plasma Konvalesen, Bambang juga mengaku tengah mendorong riset di bidang imunomodulator atau suplemen yang gunanya spesifik menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
"Saat ini sudah dilakukan uji klinis di rumah sakit Wisma Atlet, bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Harapannya dari imunomodulator yang berbahan herbal Indonesia ini, kita bisa mendapatkan paling tidak satu jenis imunomodulator yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen yang cocok untuk Covid-19. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM," tuturnya.
Reporter magang: Maria Brigitta Jennifer
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sesak napas bukanlah suatu kondisi yang dapat diabaikan, karena dapat menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pernapasan atau organ tubuh lainnya.
Baca SelengkapnyaMunculnya rasa lapar merupakan sinyal alami pada tubuh. Namun, sejumlah kondisi bisa menyebabkan kita tidak merasakan rasa lapar ini.
Baca SelengkapnyaIstilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seorang pria tak sengaja menjalani prosedut vasektomi karena kelalaian petugas medis. Begini ceritanya!
Baca SelengkapnyaSumber air panas ternyata masih bisa ditemui di sekitar pemandian itu
Baca SelengkapnyaPenyakit yang tampaknya tidak berbahaya sekalipun dapat menimbulkan konsekuensi yang parah jika tidak ditangani atau diabaikan.
Baca SelengkapnyaJika Anda sedang mengalami kondisi ini, penting untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi batuk saat puasa dengan baik dan efektif.
Baca SelengkapnyaKenali perbedaannya untuk menemukan perawatan yang tepat.
Baca SelengkapnyaIa membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Baca Selengkapnya