Marak penembakan, Komnas HAM minta Kapolda Sulteng dicopot
Merdeka.com - Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, mengecam ketidakprofesionalan dan kelalaian aparat kepolisian Sulawesi Tenggara (Sulteng) atas peristiwa penembakan enam anggota Brimob, Kamis (20/12) lalu. Kapolri diminta mengambil sikap tegas atas peristiwa tersebut dengan memberhentikan Kapolda Sulteng.
Desakan ini disampaikan sebagai tindak lanjut penyelidikan yang dilakukan Komnas HAM dalam lima hari terakhir. Diakui oleh Siane, ditemukan banyak kejanggalan dalam peristiwa penembakan yang mengakibatkan tewasnya empat anggota Brimob tersebut.
"Harus dilakukan pengusutan secara tuntas apa penyebab terbunuhnya empat anggota Brimob di Kalora itu, sebab dari penyelidikan kami temukan banyak kejanggalan. Dan yang lebih penting, apapun hasilnya umumkan secara terbuka di media," tegas Siane di Jakarta (24/12).
Sikap terbuka dan jujur aparat kepolisian Sulteng sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti saat ini, sehingga tidak menjadikan masalah berlarut-larut. Tak kalah penting adalah tidak mengakibatkan trauma mendalam di internal aparat dan masyarakat secara luas.
Siane menambahkan, jika tak mampu melakukan evaluasi atas peristiwa yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya, Kapolda Sulteng Brigjend. Gede Parsana sudah selayaknya diberhentikan.
"Jika memang Kapolda Tak mampu melakukan evaluasi, Kapolri sebaiknya segera memberhentikannya," lanjutnya.
Dari hasil penyelidikannya ditemukan fakta enam polisi di Sulteng terbunuh dalam enam bulan terakhir, yang keseluruhannya tidak terungkap penyebab pastinya. Komnas HAM justru menemukan ketidakberesan dalam prosedur kerja yang diterapkan di jajaran kepolisian Sulteng, di antaranya tidak dikenakannya kelengkapan keamanan oleh aparat dalam tugas lapangan.
Siane yang merupakan Komisioner Sub Komisi Pemantauan dan Penyelidikan tersebut juga menekankan pentingnya dilakukan oleh Tempat Kejadian Perkara (TKP), sehingga ditemukan fakta penyebab terbunuhnya enam anggota Brimob selama ini.
"Coba selidiki proyektil yang bersarang di tubuh korban. Serta jelaskan mengapa mereka sampai melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri," tandas Siane seraya meragukan pernyataan Kapolda Sulteng yang menyebut ke enam anggota Brimob tertembak saat menjalankan tugas patroli.
Selama lima hari melakukan pemantauan dan penyelidikan langsung di Poso dan Palu, Siane mengaku mendapati kondisi yang tak kalah memprihatinkan lainnya. Yaitu rasa takut yang menghinggapi masyarakat atas kelompok sipil bersenjata yang disebut-sebut ada di sekitar mereka. Masyarakat juga mengalami trauma karena beberapa kali terjadi peristiwa salah tangkap terhadap warga.
"Di mana warga harus meminta perlindungan, bila kondisinya seperti ini," pungkasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mencatat ada 8 orang meninggal dunia, terdiri atas lima anggota TNI/POLRI dan tiga warga sipil
Baca SelengkapnyaAda tamparan hingga tinju dari sang adik yang mendarat ke tubuh sang kakak.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Munir.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berikut potret ratusan Perwira hingga Tamtama datang ke Mako menghadap Komandan Brimob.
Baca SelengkapnyaKapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto menyatakan 10 anggota Kepolisian terluka akibat ledakan di Markas Gegana SatBrimob Polda Jatim, Senin (4/3) siang.
Baca SelengkapnyaKomisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai situasi konflik dan kekerasan di Papua semakin mencederai HAM.
Baca SelengkapnyaKontak tembak antara TNI-Polri dengan KSTP berlangsung mulai tanggal 19 Januari sampai dengan 23 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah banyaknya kendaraan yang melintas, kondisi itu ternyata tidak menghentikan pelaku yang saling berboncengan langsung memepet korban.
Baca SelengkapnyaKedua tersangka diduga sudah lama merencanakan aksinya.
Baca Selengkapnya