Kisah persalinan tragis di Asahan
Merdeka.com - Farida Hanum tidak akan pernah tahu peristiwa tragis itu menimpanya. Anak ketiganya meninggal saat proses persalinan lantaran kepalanya terlepas.
Peristiwa tragis itu terjadi di Desa Aek Tarum, Bandar Pulau Asahan, Sumatera Utara, Minggu (10/1) malam. Kejadian berawal saat Farida Hanum yang tengah hamil besar mengalami kontraksi.
"Saat itu habis Magrib kakak saya mengalami kontraksi, kami langsung memanggil bidan ke rumah," kata Amiruddin, adik Farida.
Keluarga awalnya tidak mengetahui progres persalinan itu. Mereka baru menyadari kepala bayi terlepas saat membersihkan kain digunakan. Di kain itu didapati kepala bayi.
Farida langsung dirujuk ke RSUD Abdul Manan Simatupang, Kisaran, dan tiba Senin (11/1) dini hari. Setelah ditangani, tubuh bayi perempuan akhirnya dapat dikeluarkan dengan cara normal sekitar pukul 07.30 WIB.
Peristiwa ini ditangani Polres Asahan. Mereka memeriksa empat saksi, termasuk bidan DS.
"Kita juga memeriksa Bapak Boy yang merupakan suami ibu Farida dan dua tetangga mereka," kata Kapolres Asahan, AKBP Tatan Dirsan Atmaja.
Polisi berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mendalami kasus ini. "Kita ingin tahu apakah itu malapraktik atau bukan. Kan IDI yang berwenang," jelas Tatan.
Tak lama kemudian, DS (25) ditetapkan sebagai tersangka. Keputusan diambil setelah polisi memeriksa sejumlah saksi.
"Tetap kita lakukan pendalaman dan statusnya sudah tersangka," kata Kasatreskrim Polres Asahan, AKP Anderson Siringo-ringo.
Dari penyelidikan diketahui DS bukanlah seorang bidan. Dia hanya perawat kesehatan, tetapi sering membantu persalinan di Desa Aek Tarum.
Sejauh ini baru DS yang sudah berstatus tersangka. Sementara dukun beranak yang turut membantu persalinan itu masih berstatus saksi. "Dukun beranak masih kita periksa untuk mengetahui sejauh mana keterlibatannya dalam proses persalinan itu," ujar Anderson.
Dia menambahkan, tidak tertutup kemungkinan akan ada tersangka baru dari kasus ini. "Bisa saja, masih kita dalami," ucap Anderson.
DS mengaku dia sudah sering membantu persalinan. Dia juga bingung kenapa peristiwa tragis itu bisa terjadi.
Saat ditanyai, DS tidak ingat persis berapa kali dia membantu proses persalinan. "Saya lupa. (Lebih dari lima?) Lebih. Saya lupa lho," kata DS di Mapolres Asahan.
Hanya saja dia ingat jika Farida Hanum, sang ibu dari bayi terlepas kepalanya, sudah dua kali melahirkan dengan bantuannya. Sebelum bersalin pada Minggu malam, kondisi perempuan itu sehat. Namun, ketika proses persalinan, bayinya tidak dapat dikeluarkan. "Besar bayinya. Saya enggak tahu berapa kilo," ujar DS.
DS mengaku bingung kepala bayi itu putus. "Ya kita enggak tahulah kenapa," ucap DS.
Meski demikian, DS mengakui saat proses persalinan dia memang menarik kepala bayi. Sementara seorang dukun beranak berinisial M dan Boirin, suami Farida, membantu mendorong.
DS mengakui dirinya bukan bidan, tetapi sudah sering melakukan persalinan. "Saya perawat," lanjut DS.
Setelah diusut, polisi mendapatkan petunjuk dalam kasus terlepasnya kepala bayi saat persalinan. Mereka menyatakan bayi itu ternyata tidak meninggal dalam proses melahirkan, melainkan sudah wafat dalam kandungan empat atau lima hari sebelumnya.
"Hasil autopsi terhadap bayi sudah disampaikan kepada kami secara secara lisan, bahwa bayi tersebut telah meninggal dalam kandungan selama 4 sampai 5 hari. Namun kami menunggu keterangan tertulis dari rumah sakit," lanjut Tatan.
Tatan menyatakan, DS dijerat sebagai tersangka dengan dua delik. Meski tidak ditahan, dia disangkakan melanggar Pasal 84 ayat (2) subsider Pasal 86 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
"Pasal 84 itu tentang malapraktiknya, sedangkan Pasal 86 tentang izin praktik," imbuh Tatan.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaRespons yang cepat perlu dilakukan dalam mengenali tanda bahaya saat persiapan persalinan oleh ibu hamil.
Baca SelengkapnyaBanyak orang berharap bisa menemukan pasangan hidup sehidup semati saat menjalin asmara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pada kesempatan itu juga, Kasad memberikan pesan kepada para prajurit agar tidak hidup bermewah-mewah.
Baca SelengkapnyaDari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.
Baca SelengkapnyaPara prajurit diharuskan melawan bocah-bocah kecil yang tinggal di sekitar kampung asrama. Lantas bagaimana momen keseruan bermain layangannya?
Baca SelengkapnyaJasad nenek Katinam ditemukan di lantai 2 rumah dilahap api.
Baca SelengkapnyaAtta merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya yang selalu mendampinginya dalam suka maupun duka.
Baca SelengkapnyaSetiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca Selengkapnya