Kisah Huda Guru Honorer di Jepara, Jualan Kain untuk Penuhi Kebutuhan
Merdeka.com - Nidhomul Huda (29) adalah salah satu guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatut Tholibin, Mulyoharjo, Kabupaten Jepara. Dengan gaji minim, dia tetap semangat mengajar anak didiknya.
Meski hanya ada dua siswa, salah satu cara yang digunakan untuk mengajar adalah Huda sering mengajak keluar kelas siswanya agar tidak bosan menerima materi pelajaran dari yang dia sampaikan.
"Cuma dua siswa saja, biasanya saya kalau ngajar ajak siswa di luar kelas seperti taman sekolah. Bawa motor, dua siswa saya boncengan cari tempat yang bisa diambil ilmunya seperti museum, dan taman makam pahlawan," kata Huda yang mengajar kelas V, Selasa (26/11).
Dengan mengajak siswa keluar kelas membuat siswa nyaman dalam menerima mata pelajaran yang disampaikannya. Menurutnya itu metode sudah dilakukannya atas izin kepala sekolah.
"Jadi semua sudah dapat izin kepala sekolah. Enjoy, siswa juga merasa tidak mengantuk saat menerima pelajaran dan gampang diterima," ungkapnya.
Perjuangannya menjadi guru tidak mudah, dengan gaji yang seadanya, Huda harus putar otak agar kebutuhannya dapat tercukupi. Bahkan saat pertama menjadi guru, ia sempat ragu karena gaji dengan kebutuhannya saat itu tak sebanding.
"Sempat ragu dengan gaji Rp300 ribu. Tapi karena guru cita-cita kami ya tetap jalani, nekat saja," tuturnya.
Bimbang dan Jualan Kain
Seiring waktu, dengan penghasilan yang kurang, Huda sempat bimbang untuk meneruskan pekerjaannya sebagai guru honorer. "Sempat terlintas meninggalkan profesi guru. Saya pikir anak didik saya kasihan, dia butuh kami untuk mendidik," ujarnya.
Hingga pada suatu ketika, Huda bertemu dengan temannya yang mengajaknya untuk berbisnis kain troso. Mulai saat itu, ia menjadikan bisnis kain troso sebagai pekerjaan sampingan agar mendapatkan penghasilan tambahan.
"Ya jualan kain troso lumayan buat sampingan tambahan penghasilan dari gaji menjadi guru kan. Jadi mulai saat itu saya bisa meneruskan cita-cita menjadi guru sambil berjualan kain troso," terangnya.
Ditanya soal profesi guru, Huda menegaskan sampai kapan pun tidak akan meninggalkan sebab, guru sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Meski mengajar di sekolah pedalaman, menurutnya sangat berharga.
"Jelas berharga, kami punya kesempatan mendidik baik siswa sekolah menjadi pintar. Jadi buat kami semangat mengajar, tidak tega kalau meninggalkan mengajar bagi siswanya," ungkapnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gaji yang tak seberapa itu sebagian ditabung untuk membantu murid-muridnya yang kesusahan
Baca SelengkapnyaBerjibaku memenuhi kebutuhan hidup, sang guru lantas rela menjadi pemulung usai mengajar.
Baca SelengkapnyaWanita yang bernama Dina ini dibuat kaget saat membuka amplop gajinya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, satu waktu, sang ibu menghubungi Mela dan memintanya untuk kembali ke kampung halaman, Pangandaran.
Baca SelengkapnyaMisalnya ada puluhan ribu guru honorer belum diangkat jadi guru P3K. Juga ada 1,6 guru belum tersertifikasi.
Baca SelengkapnyaMengetahui tunjangan sertifikasinya keluar, guru honorer ini pun langsung melakukan sujud syukur.
Baca SelengkapnyaBerikut potret pensiunan guru tersenyum bahagia bisa duduk di kursi kerja sang putra.
Baca SelengkapnyaDemi tetap menyekolahkan putranya, orang tua Sarijaya harus merelakan pendidikan anak perempuannya.
Baca SelengkapnyaDebat Pilpres: Prabowo Janjikan 3 Juta Rumah Gratis untuk Masyarakat Tak Mampu
Baca Selengkapnya