Ketenagakerjaan dan Pendidikan di Indonesia Jadi Isu Pembahasan B20
Merdeka.com - Revolusi digital diprediksi akan membuat terjadinya perubahan di sektor ketenagakerjaan, di mana dari pekerja manual berganti menjadi digitalisasi. Revolusi digital ini sudah terasa membawa perubahan terhadap sektor ketenagakerjaan terutama saat masa pandemi.
Tantangan revolusi digital dan pergeseran ketenagakerjaan ini menjadi salah satu pembahasan dalam Dialog B20-G20 yang merupakan side event The Future of Work & Education Task Force (FOWE TF) dan B20 Goes to Campus.
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan mengenai gambaran dunia bisnis dan industri di masa depan, termasuk soal sektor ketenagakerjaan yang selama pandemi sekitar 25 persen bergeser, dari awalnya bekerja secara manual menjadi digital atau otomasi. Shinta menjabarkan jika tidak segera beradaptasi dengan pergeseran ini, sektor tenaga kerja akan mengalami krisis yang luar biasa.
"B20 Indonesia memiliki legacy yang merupakan upaya kolaboratif berkelanjutan negara-negara G20 guna memecahkan tantangan global dan mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Ada enam legacy yang disiapkan antara lain Carbon Center of Excellence, Global Blended Finance Alliance, B20 Wiki, One Global Women Empowerment, digitally enabled 'Always On' global pathogen monitoring system, serta global One Shot campaign," ujar Shinta dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/8).
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid menjabarkan dari studi terbaru McKinsey mengatakan 30 persen pekerja global akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Arsjad menyebut pekerjaan administrasi juga nantinya akan tergantikan oleh teknologi AI sama halnya dengan sektor industri SDA yang secara perlahan akan transisi menuju industri hijau.
"Satu sisi, ini akan ada pekerjaan yang hilang. Namun secara positif, ada penciptaan lapangan kerja baru ketika dunia melakukan transisi menuju ekonomi hijau. Badan Energi Internasional menghitung, ada 40 juta lapangan kerja yang akan tercipta dari ekonomi hijau di tahun 2030. Indonesia yang memiliki generasi muda usia produktif atau bonus demografi harus memanfaatkannya. Ini kekuatan kita," ujar Arsjad.
Arsjad memprediksi, di Indonesia, akselerasi teknologi 4.0 memiliki potensi untuk mendorong produktivitas dan menghasilkan keuntungan hingga 70 bagi perusahaan, menciptakan 20 juta lapangan kerja baru dan menciptakan tambahan USD120 miliar dalam output ekonomi tahunan. Hal ini merupakan momentum sekaligus peluang yang mesti kita siapkan untuk mencapainya.
Sementara itu dari Survei IMD World Digital Competitiveness Ranking 2021 menempatkan Indonesia pada peringkat 37 dunia dari total 64 negara. Data tersebut memperlihatkan Indonesia masih kalah dari segi daya saing digital bila dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara. Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum mampu merespons perkembangan kebutuhan pasar kerja, menjadi salah satu penyebab produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal.
Arsjad mengingatkan tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0 ini. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskilling atau upskilling. Peningkatan lapangan pekerjaan juga harus sejalan dengan peningkatan investasi. Tidak hanya keterampilan baru tetapi keterampilan yang dibutuhkan untuk industri masa depan.
"Jelas, kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Kemitraan publik-swasta yang lebih erat diperlukan agar komunitas bisnis dapat berkontribusi untuk menyesuaikan transisi ini. Industri harus bisa berkolaborasi lebih praktis dengan pemerintah untuk merancang kurikulum yang sesuai kebutuhan industri di masa depan," jelas Arsjad.
Sedangkan Chair of FOWE TF, Hamdhani D Salim mengatakan gugus tugasnya memiliki dua program spesifik, yaitu memulihkan krisis sektor tenaga kerja pascapandemi dan membangun masa depan dunia kerja serta pendidikan yang lebih inklusif dan tangguh, terutama untuk menghadapi tantangan terkait revolusi teknologi digital dan perubahan iklim.
Hamdhani yang juga Direktur Astra dan Presiden Direktur Astra Otoparts ini mengatakan FOWE TF telah menyusun serangkaian rekomendasi kebijakan yang komprehensif dan dibahas kembali mengenai tindakan-tindakan konkretnya pada diskusi hari ini.
"Kami fokus pada tiga tema rekomendasi. Pertama, penciptaan pekerjaan di masa depan. Ini bukan hanya soal statistik ketenagakerjaan, tapi penciptaan pekerjaan berkelanjutan, jangka panjang, layak dan sesuai dengan kebutuhan masa depan ekonomi dunia," jelas Hamdhani
Kedua, pembelajaran dan keterampilan yang relevan dengan masa depan. Pandemi memberikan pembelajaran bagi kita semua, untuk mengkaji kembali relevansi dunia pendidikan saat ini dengan kebutuhan industri di masa depan. Hal ini, kata Hamdhani, termasuk sistem pendidikan yang mendorong pembelajaran seumur hidup.
Ketiga, mengenai inklusivitas atau penyertaan dan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan. Pandemi membuat banyak kemunduran bagi inklusivitas di dunia kerja. Untuk itu, Presidensi B20-G20 Indonesia memiliki tujuan untuk mengambil momentum pemulihan bagi kemajuan inklusivitas dunia kerja.
"Pandemi bukan satu-satunya tantangan terhadap ketenagakerjaan dan pendidikan. Ada aspek lain yang perlu mendapat perhatian yang perlu ditangani seperti transisi energi hijau, digitalisasi dan otomasi yang juga mesti disoroti. Ini bisa menjadi tantangan sekaligus peluang baru dalam menciptakan pertumbuhan sosial dan ekonomi serta lapangan kerja baru," jelas Hamdhani.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi Tekan Aturan Percepatan Transformasi Digital, Begini Isinya
Pertimbangan penerbitan perpres itu untuk mendorong terwujudnya pelayanan publik berkualitas dan terpercaya.
Baca SelengkapnyaDigitalisasi Teknologi Merambah Mesin Sangrai Kopi, Apa Keunggulannya?
Industri mesin sangrai kopi pun kini turut berkembang mengikuti perubahan zaman.
Baca SelengkapnyaMenkominfo: 92 Persen Kebisingan di Ruang Digital Ulah Buzzer
Bahkan Menkominfo menyebut situasi ruang digital lebih baik dibandingkan pada 2019.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi: Vietnam Sepakat Kerja Sama di Bidang Transisi Energi dan Ekonomi Digital
Indonesia dan Vietnam juga telah menyepakati penguatan kerja sama ketahanan pangan.
Baca SelengkapnyaDigitalisasi Layanan, Kemendagri Bagikan Laptop ke Pemda Seluruh Indonesia
Pemerintah tengah gencar memperbaiki birokrasi dan pelayanan optimal kepada masyarakat
Baca SelengkapnyaJokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya
Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca SelengkapnyaBukti Tak Ada Lapangan Kerja di Indonesia: Pengusaha Kecil-kecilan Menjamur, dari 100 Rumah Saja Ada 25 Warung
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaRelawan Yakin Gibran Punya Visi Digital yang Tak Dimiliki Cawapres Lain
Segmen 1 yakni penyampaian visi-misi dan program kerja. Lalu, segmen 2, 3, 4 dan 5 yakni pendalaman visi-misi, dan program kerja.
Baca SelengkapnyaSegini Potensi Kerugian Dialami Industri Perikalanan Jika Iklan Rokok Dilarang
Rencana aturan tersebut dapat merugikan industri media digital yang tengah kena disrupsi tiada henti.
Baca Selengkapnya