Indonesia dihantui produk kedaluwarsa
Merdeka.com - Peredaran produk kedaluwarsa menghantui dalam negeri. Secara kasat mata konsumen tidak bisa membedakan mana produk kedaluwarsa dan yang tidak, sebab pelaku sudah menggantinya.
Dengan culasnya, perusahaan PT PRS mengganti tanggal kedaluwarsa produk yang rata-rata impor dari Amerika dan Australia. Setelah itu, mereka melempar produk kedaluwarsa ke sejumlah supermarket di Jabodetabek bahkan ke luar pulau Jawa.
Praktik lancung itu terbongkar setelah aparat Polres Metro Jakarta Barat menggerebek gudang diJalan Kalianyar I, No. 16-17, Jembatan Besi Tambora, Jakarta Barat.
Benar saja, dari penggerebekan tersebut, polisi menyita 96.780 produk kedaluwarsa. Selain itu, tiga pelaku diamankan yakni, RA direktur PT PRS, DG dan AH kepala gudang.
"Kami sudah menangkap 3 tersangka. Dua Kepala Gudang dan Satu Direktur. Kami akan perdalam lagi," ungkap Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Selasa (20/3).
Tidak tanggung-tanggung. Para pelaku mengaku sudah melakoni praktik culasnya sejak tahun 2014.
Di gudang tersebut, produk yang sudah mendekati tanggal kedaluwarsanya dihapus menggunakan tiner untuk kemudian diubah menjadi label yang baru.
"Barang yang kedaluwarsa sudah habis dihapus menggunakan tiner dan diganti dengan label tanggal kedaluwarsa yang baru," ujar dia.
"Yang jelas gudang ini dijadikan sebagai tempat perubahan masa kedaluwarsa," tambahnya.
Pun ketika digerebek, polisi memergoki salah satu karyawan tengah asyik mengganti label kedaluwarsa di kemasan produk.
"Karyawan tertangkap tangan berbuat curang. Mereka merobek sticker label kedaluwarsa dan mengganti label kedaluwarsa yang baru, serta dengan cara memotong tulisan tanggal kedaluwarsa yang tertulis di kardus produk makanan tersebut," ungkap dia.
Selain produk kedaluwarsa dan pelaku, polisi juga menyita alat yang digunakan untuk membuat tulisan digital expired.
"Lalu ada cairan M3 dan kain untuk menghapus tulisan expired, alat sablon," sambungnya.
Usai merekondisi tanggal kedaluwarsa produk, pelaku melemparnya ke sejumlah supermarket di Jabodetabek. Bahkan, hingga ke luar Pulau Jawa.
"Supermarket di Jabodetabek. Bahkan ada pula yang di luar Jawa seperti Bali, Pekanbaru, Medan, dan Papua," tambah Hengki.
Alur distribusinya pun masih didalami penyidik. "Yang jelas perusahaan ini ada tiga tempat. Kantornya di Hayam Wuruk. Sementara itu Gudangnya satu di sini. Satu lagi di Cengkareng," ujar dia.
Praktis, pelaku untung banyak. Mereka bisa mengantongi sekitar Rp 3-6 miliar tiap bulannya.
Angka yang fantastis bukan.
"Omzet rata-rata perbulan Rp 3-6 miliar. Ini masih sementara," ucap Hengki.
Kini, polisi mengaku sudah menggandeng BPOM DKI untuk menarik produk kedaluwarsa tersebut.
"Beberapa sudah kami tarik tapi belum semua. Biasanya kalau sudah ketemu seperti ini gampang kami carinya," bebernya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kulit berminyak membutuhkan pelembap yang tepat untuk mengatasinya. Berikut cara memilih produk yang tepat!
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaProduksi kentang di Modoinding Minahasa Selatan, mengalami kenaikan signifikan hingga 55 persen dari awalnya 9,9 ton per Hektare (Ha) menjadi 15,8 ton/Ha.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.
Baca SelengkapnyaDi tengah kesibukan, seringkali kita tidak menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari yang tampaknya remeh dapat berkontribusi besar terhadap naiknya gula darah.
Baca SelengkapnyaRasa kesepian bisa kita alami secara tiba-tiba, penting untuk mengenalinya secara tepat walau kadang kondisi ini tidak disadari.
Baca SelengkapnyaMangga adalah salah satu jenis buah yang paling banyak diminati di berbagai negara. Yuk, simak negara mana saja yang menghasilkan mangga terbanyak di dunia!
Baca SelengkapnyaBawaslu memastikan, mereka telah menjalankan apa yang menjadi tugasnya sebagai pengawas Pemilu.
Baca SelengkapnyaKusta atau lepra masih menjadi salah satu penyakit ropis yang terabaikan.
Baca Selengkapnya