Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hari-Hari Tak Terlupakan Sopir Ambulans di Palembang

Hari-Hari Tak Terlupakan Sopir Ambulans di Palembang Ambulans RSMH Palembang. Irwanto

Merdeka.com - Pandemi Covid-19 menambah cerita tersendiri bagi sopir ambulans. Betapa tidak, mereka harus pontang-panting bekerja dengan risiko sangat tinggi.

Begitu dialami para sopir ambulans yang bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. Mereka menceritakan pengalamannya sejak awal pandemi, puncak Covid-19, hingga terkini ancaman varian omicron.

Di RS milik Kementerian Kesehatan RI itu memiliki 11 sopir ambulans pada awal-awal pandemi. Mereka dibagi tiga sif, pagi tiga orang, siang dua orang, sore dua orang, dua standby, dan dua sopir lainnya libur.

Menjelang puncak Covid-19 Juli-Agustus 2021, manajemen RSMH menambah tenaga baru yang kini menjadi 18 orang. Anggota setiap sif pun bertambah, namun sopir yang libur atau istirahat di rumah harus tetap standby.

IM (48) adalah salah seorang sopir ambulans senior di RS itu. Dia sudah menekuni pekerjaan itu sekitar 22 tahun.

Sebelum adanya Covid-19, tugasnya terbilang ringan dan monoton, tidak lain hanya mengantar jenazah ke rumah duka atau pemakaman. Jika tidak ada 'konsumen', dia nongkrong di gedung kamar mayat atau Instalasi Forensik RSMH bersama rekan seprofesinya.

Kondisi berubah drastik ketika pandemi mulai terjadi triwulan pertama 2020. Bangsal rawat inap di RS mulai disiapkan dan dioperasikan, untuk menampung pasien Covid-19 seiring semakin terus meningkatnya kasus. Apalagi, RSMH Palembang menjadi RS rujukan utama pasien Covid-19 sehingga paling banyak menerima pasien.

Para sopir mulai bekerja aktif ketika adanya pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Mereka tak bisa lagi 'nyantai' sedia kala.

"Pasien Covid-19 pertama yang meninggal di Sumsel ya dirawat di sini (RSMH), kami yang mengantarnya," ungkap IM saat ditemui merdeka.com di Instalasi Forensik RSMH Palembang, Kamis (2/2).

Rasa was-was dan khawatir tertular berkecamuk di pikiran IM dan rekan-rekannya. Sebab, virus itu dikabarkan sangat berbahaya dan cepat menular ke orang lain.

"Alhamdulillah sejak ada Covid, saya dan keluarga tidak ada yang tertular karena saya benar-benar ikuti protokol kesehatan," ujarnya.

"Pulang kerja mandi, sampai rumah mandi di depan, masuk rumah mandi lagi di kamar mandi. Pakaian juga steril, tidak pernah bawa pakaian kotor, sampai-sampai banyak pakaian saya hilang karena gonta-ganti," sambungnya.

Jika biasanya hanya bertugas mengantar jenazah ke rumah atau pemakaman, pada saat kasus melonjak mulai awal hingga pertengahan 2021 tugas sopir ambulans semakin bertambah. Mereka juga difungsikan untuk mobilisasi pasien Covid-19 di dalam areal RS.

Mereka dipekerjakan mengevakuasi pasien dari rawat inap biasa (sebelum dinyatakan positif) menuju ruang isolasi atau perawatan khusus. Beragam bentuk tubuh pasien mereka angkat, kadang hanya sendiri, dari ranjang ke ranjang.

Saat mengevakuasi, pasien Covid-19 tidak diperkenankan memasuki lif sehingga harus mendorong ranjang pasien dari lorong-lorong RS. Jaraknya cukup jauh karena rawat inap pasien Covid-19 berada di gedung paling belakang.

"Kami diminta bantu karena perawat-perawat kebanyakan perempuan, tentu tak sanggup angkat badan pasien yang besar-besar. Makanya kami diminta bantuan, mulai dari memindahkan bed, mendorong, sampai kembali memindahkan bed di ruang perawatan yang baru," kata dia.

Kondisi itu berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang lama. Saking banyaknya pasien yang dievakuasi, tak terasa seperempat sepatu bot yang mereka pakai terisi keringat, belum lagi kucuran keringat dari lengan akibat panasnya pakaian azmat yang mereka kenakan setiap waktu.

"Begitu keluar hasil lab dan positif, pasien langsung dipindahkan, itu tugas kami," kata dia.

Belum lagi ketika pasien meninggal. Para sopir ambulans harus bersiap menunggu antrean mengantar ke pemakaman khusus di Kecamatan Gandus Palembang.

Sebelum itu, mereka harus menjemput pasien dari ruangan inap ke kamar jenazah. Kemudian, mereka menunggu di depan kamar sambil proses pengurusan jenazah selesai dilakukan tim forensik.

Jenazah dimasukkan dalam peti. Para sopir mengangkat ke ambulans lalu mengantar ke pemakaman. Jika pasien biasa, pasien disambut dan digotong keluarga ke rumah duka.

Beda halnya dengan pasien Covid-19. Sopir ambulans yang menggotong peti jenazah ke liang lahat bersama tukang gali kubur. Kerja mereka tak berhenti di situ saja, mereka juga harus membantu tukang gali kubur memasukkan peti. Maklum tukang gali di pemakaman itu hanya dua orang.

"Tidak mungkin kami biarkan mereka (tukang gali) gotong berdua, mana bisa, makanya kerja kami plus plus," ujarnya.

Kerja ekstra ganda terjadi ketika puncak Covid-19 pada Juli-Agustus 2021. Dalam waktu sehari, mereka bisa mengantar 20 sampai 30-an jenazah ke pemakaman dan ikut menguburkannya.

Belum kering keringat dan rampung mengganti pakaian serta azmat di pemakaman, mereka kembali dihubungi untuk bertugas kembali, lagi-lagi kerjanya mengantar jenazah ke pemakaman. Belum lagi tugas mengevakuasi pasien dari ruang rawat biasa ke isolasi yang menunggu giliran.

"Sopir yang libur saja disuruh kerja saking banyaknya pekerjaan, jadi kami tidak ada kata libur. Ada untungnya ada tambahan personel dari rumah sakit, paling tidak mengurangi beban kerja kami," kata sopir ambulans lain, FM (40).

FM mengaku masa awal hingga puncak pandemi adalah paling sulit selama dirinya bekerja sebagai sopir ambulans sejak 2006 silam. Tak hanya disibukkan dengan pekerjaan rutinitas harian, dia juga 'dipusingkan' dengan cemoohan orang sekitar tempat tinggalnya yang terkadang disebut sumber atau pembawa penyakit.

"Di tempat kerja lelah ngurusi jenazah, di rumah kesal diacuhkan (acuh tak acuh) orang. Kami-kami ini dihindari orang, mana ada yang mau mendekat apalagi mengobrol, mereka mikirnya kami berkecimpung dengan Covid-19," kata dia.

Tingginya pekerjaan dan risiko penularan tak sejalan lurus dengan apresiasi yang diberikan kepada para sopir ambulans yang terkadang disebut pihak-pihak tertentu sebagai garda terdepan. Kalangan ini tidak menerima insentif seperti yang diterima para tenaga kesehatan dari pemerintah.

"Dulu pak Jokowi pidato ada insentif bagi yang menangani pasien Covid-19, seperti nakes. Sayangnya sopir ambulans tidak disebut Pak Jokowi, jadi kami tidak dapat bagian, padahal kerja kami semua orang tahu," kata dia.

"Alhamdulillah ada kebijakan dari direktur rumah sakit, ada insentif, jerih payah kami ada timbal baliknya walaupun tidak sebesar yang diterima nakes. Kami bersyukur rumah sakit memperhatikan kami," sambung dia.

Ketersediaan Peti Jenazah Dipantau saat Omicron Mengancam

Varian omicron mengancam Indonesia, termasuk Sumatera Selatan, sejak beberapa bulan lalu. Penularan virus corona akan semakin cepat dan memungkinkan pasien menjalani perawatan di RS atau isolasi.

IM mengaku belum menerima instruksi dari atasan untuk bersiap menghadapi lonjakan dampak Omicron. Namun dari pengetahuannya, sejumlah orang dari forensik baru-baru ini mengecek ketersediaan peti jenazah.

"Kalau mereka mengecek pasti ada arahan dari atasan mereka, kalau kami para sopir ambulans sejauh ini belum ada," ujarnya.

Terlepas ganasnya varian omicron, para sopir ambulans berharap pandemi segera berakhir. Meski memang bekerja mengantar jenazah, mereka tak ingin kondisi ini terus terjadi hingga di masa anak cucu.

"Kita semua inginnya kembali normal, tidak ada lagi Corona. Ketika itu, kita bisa kerja saat kerja dan istirahat atau santai-santai saat libur," harap dia.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Momen Sopir Ambulance tetap Sigap Jemput Pasien meski Sedang Karnaval, Penampilannya Jadi Sorotan 'Aku Loh Masih Begini'
Momen Sopir Ambulance tetap Sigap Jemput Pasien meski Sedang Karnaval, Penampilannya Jadi Sorotan 'Aku Loh Masih Begini'

Sopir ambulance ini rela meninggalkan acara karnaval demi menjemput pasiennya. Penampilannya pun jadi sorotan.

Baca Selengkapnya
Korban Kecelakaan di Bekasi Diangkut Pikap Karena Alasan Ambulans Rusak, Ini Penjelasan Puskesmas
Korban Kecelakaan di Bekasi Diangkut Pikap Karena Alasan Ambulans Rusak, Ini Penjelasan Puskesmas

Viral korban kecelakaan lalu lintas dibawa menggunakan mobil pikap di Kecamatan Muaragembong Bekasi.

Baca Selengkapnya
Ambulans Tabrak Dua Polisi Saat Bubarkan Tawuran
Ambulans Tabrak Dua Polisi Saat Bubarkan Tawuran

Kedua personel berstatus di Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Ditsamapta Kepolisian Daerah Sumbar.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemudik Sakit di Kampung Halaman Bisa Berobat Pakai BPJS Tanpa Pindah Faskes, Begini Cara Urusnya
Pemudik Sakit di Kampung Halaman Bisa Berobat Pakai BPJS Tanpa Pindah Faskes, Begini Cara Urusnya

Hal ini memungkinkan para pemudik untuk tetap mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan tanpa harus beralih ke fasilitas kesehatan baru.

Baca Selengkapnya
Dalih Kadinkes Jember soal Viral Ibu Melahirkan di Pinggir Jalan Usai Ditolak Bidan Desa & Prosedur Ambulans yang Berbelit-belit
Dalih Kadinkes Jember soal Viral Ibu Melahirkan di Pinggir Jalan Usai Ditolak Bidan Desa & Prosedur Ambulans yang Berbelit-belit

Peristiwa miris tersebut viral di media sosial, ibu yang hendak melahirkan di Jember malah ditolak bidan desa

Baca Selengkapnya
Viral Momen Haru Pemuda Atur Jalan Ambulans Lewati Kemacetan, Banjir Pujian
Viral Momen Haru Pemuda Atur Jalan Ambulans Lewati Kemacetan, Banjir Pujian

Dua pemuda ini mengatur jalan agar ambulans bisa melewati kemacetan.

Baca Selengkapnya
Pemudik Harus Tahu, Tips Berkendara Ala Sopir Bus Lintas Sumatera
Pemudik Harus Tahu, Tips Berkendara Ala Sopir Bus Lintas Sumatera

Pengendara jangan sampai kekurangan cairan khusunya air putih yang harus selalu tersedia selama perjalanan.

Baca Selengkapnya
Sopir Bus PO Handoyo jadi Tersangka Usai 12 Penumpang Tewas, Melaju 80Km/Jam & Sempat Terguling
Sopir Bus PO Handoyo jadi Tersangka Usai 12 Penumpang Tewas, Melaju 80Km/Jam & Sempat Terguling

Kejadian itu juga menyebabkan 2 orang luka berat dan tujuh orang lainnya mengalami luka ringan.

Baca Selengkapnya
Sering Marah-Marah dan Kurang Percaya Diri, Petugas KPPS Dibawa ke Rumah Sakit Jiwa
Sering Marah-Marah dan Kurang Percaya Diri, Petugas KPPS Dibawa ke Rumah Sakit Jiwa

Dia yakin jika MAH sudah dirawat sesuai standar operasional pekerja.

Baca Selengkapnya