Doni Monardo: Covid-19 Ibarat Malaikat Pencabut Nyawa
Merdeka.com - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menegaskan, virus Corona bukanlah suatu konspirasi atau rekayasa yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu. Dia tidak ingin ada lagi masyarakat yang menganggap virus mematikan ini merupakan rekayasa.
Menurutnya, pemahaman terkait konspirasi dan rekayasa sangat tidak bisa dibiarkan. Sebab berdasarkan data global, lebih dari setengah juta jiwa telah menjadi korban.
"Covid-19 bukan rekayasa dan bukan konspirasi. Covid-19 menjadi mesin pembunuh, ibaratnya Covid-19 ini adalah malaikat pencabut nyawa," katanya saat rapat koordinasi bersama Gugus Tugas Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Kamis (16/7).
Doni mengungkapkan, pemahaman masyarakat yang masih menganggap Covid-19 merupakan konspirasi dapat mengurangi tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah. Akibatnya, tingkat kepedulian dan kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan menurun. Padahal pemerintah tengah berupaya keras untuk mengendalikan wabah virus Corona ini.
"Ini (penurunan kedisiplinan masyarakat) yang dapat menjadi ancaman peningkatan kasus," ujarnya
Oleh sebab itu, dia mengimbau, seluruh komponen pemangku kebijakan di semua daerah, khususnya di wilayah Provinsi Jawa Timur agar dapat memberikan narasi yang benar dan utuh tentang Covid-19 kepada masyarakat. Jangan sampai ada miskomunikasi atau mispersepsi yang terjadi di masyarakat.
"Kita harus memberikan narasi yang utuh tentang Covid-19," tegasnya.
Doni menjelaskan, penularan Covid-19 dapat dicegah dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas. Imunitas yang tinggi didapat dari asupan gizi yang baik dan seimbang.
"Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh adalah makan makanan yang bergizi. Sedangkan cara untuk mendapatkan makanan harus ada uang," ujarnya.
Doni sadar bila Covid-19 ini membuat perekonomian negara ambruk. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan di bulan April 2020, Covid-19 telah membuat 1,7 orang kehilangan pekerjaan. Hal itu tentunya menjadi permasalahan yang harus dihadapi dengan serius oleh Indonesia
"Pertengahan April, 1,7 jiwa kehilangan pekerjaan baik formal maupun informal. Kalau ditotal kurang dari 3 juta orang, setelah pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan Keppres tentang Kedaruratan Kesehatan,” ujarnya.
Walaupun data Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan 1,7 juta orang telah kehilangan pekerjaan dampak dari Covid-19, namun jumlah pendaftar kartu prakerja sebanyak 12 juta orang. Sehingga menurut Doni, sebenarnya ada 12 juta orang yang kehilangan pekerjaannya di saat pandemi Covid-19 ini.
"Masyarakat yang ingin mendapatkan kartu prakerja mencapai 12 juta jiwa. Berarti dapat dikatakan bahwa ada sebanyak 12 juta jiwa yang kehilangan pekerjaan," ungkapnya
Dampak dari pandemi Covid-19 begitu nyata. Covid-19 telah menambah permasalahan baru di Indonesia. Bukan hanya menyerang sektor kesehatan saja, namun juga ekonomi, yang mana akan sangat berdampak pula ke sektor-sektor lainnya.
Doni merasa miris bila masih ada yang menganggap pandemi Covid-19 ini hanyalah rekayasa. Padahal dampaknya sangat terasa di berbagai sektor kehidupan.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat terkini itu sudah cerdas dan pandai memilah dan menjadi wewenang rakyat juga untuk memilih paslon tertentu.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPolri melihat sejauh ini keamanan dan ketertiban masyarakat kondusif lantaran kolaborasi dan koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat berjalan baik.
Baca Selengkapnya