Cerita Siswa SMA di NTT Ujian Akhir di Tengah Banjir
Merdeka.com - Belasan siswa kelas XII SMA Swasta Sinter Claus Sion Sukabilulik di Desa Oan Mane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di tengah banjir yang merendam sekolahnya. Mereka menjawab soal sambil mengangkat kaki agar tidak terendam air.
Meskipun tanpa alas kaki, para siswa dan siswi semangat mengikuti ujian di dalam kelas dengan air setinggi mata kaki orang dewasa. Sekolah mereka masih darurat, dindingnya kayu dan berlantai semen kasar.
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik Yulius Bria Koe kepada merdeka.com mengatakan, hujan selama tujuh jam tanpa henti pada Minggu (16/4) membuat banjir di wilayah Kecamatan Malaka Barat. Luapan air tersebut akhirnya merendam permukiman termasuk sekolah yang dia pimpin.
"Ia benar, hari Senin kemarin anak-anak ujian akhir sekolah dengan kondisi sekolah dan ruangan terendam banjir. Tapi saya perhatikan, anak-anak sangat semangat datang untuk ujian walaupun tanpa alas kaki," ungkapnya melalui telepon, Rabu (19/4).
Menurutnya, banjir tersebut merupakan kiriman dari Sungai Benenain yang setiap tahun meluap hingga ke kecamatan Malaka Barat. "Walaupun sekolah kebanjiran tapi kami tetap mewajibkan siswa untuk mengikuti ujian," ujar Yulius Bria Koen.
Ia menambahkan, hingga hari ini air masih menggenangi halaman sekolah maupun di dalam kelas sudah mulai surut. "Kalau di halaman sekolah airnya setinggi betis orang dewasa, kalau di dalam kelas itu tingginya di mata kaki orang dewasa," ungkap Yulius Bria Koen.
KBM di Gedung Darurat
Kepala Sekolah SMA Sinter Claus Sion Sukabilulik, Yulius Bria Koe menambahkan, anak-anak awalnya ke sekolah harus menempuh jarak puluhan kilometer dan harus menyeberangi sungai. Untuk mendekatkan pelayanan pendidikan, gedung darurat pun dibangun.
Awalnya ini merupakan sekolah jarak jauh atau titipan SMA Fajar Haitimuk Malaka pada 2013, yang telah memiliki izin operasional pada 2019 lalu dengan akreditasi C.
"Kami punya tiga ruang kelas yang masih dikatakan jauh dari kata layak, sedangkan ruang guru dan kepala sekolah, kami pakai rumah warga," jelas Yulius Bria Koen.
Pihaknya memiliki lahan seluas satu hektare yang dipersiapkan untuk membangun gedung sekolah jika sudah mendapatkan bantuan pemerintah atau donasi dari para pemerhati pendidikan.
"Ke depan kalau ada bantuan pemerintah atau donasi pendidikan, kami akan bangun gedung yang lebih layak. Kami sudah ada lahan dan material seperti batu dan pasir sudah terkumpul oleh orang tua siswa. Kami harap ada yang membantu kami," ujarnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sisindiran Sunda ini juga mempunyai pesan yang hendak disampaikan pada pembaca atau para pendengar.
Baca SelengkapnyaSeorang siswi kelas 2 SMK melahirkan lalu menyembunyikan bayinya dalam koper hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaKetujuh pelajar itu dibariskan kepala sekolah lantaran mereka membuat masalah saat magang di kantor camat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kejadian itu sendiri bermula saat jam kosong pelajaran pada Senin (9/1) lalu.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca Selengkapnyapelaku beralibi bukan sebagai sebagai pelaku, malah mencurigai pihak lain.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah tiga bersaudara yang dibesarkan oleh sang nenek dan kini jadi orang sukses.
Baca SelengkapnyaCerita Mucikari Anak Sekolah Tobat dan Langsung Mualaf Gara-gara Dapat Mimpi Berangkat ke Tanah Suci.
Baca Selengkapnya