Merdeka.com - Di bulan Ramadan razia para pekerja seks komersil (PSK) kerap dilakukan petugas. Namun, pusat-pusat 'jajanan malam' di Jakarta, tetap ramai dipenuhi oleh PSK dan pria hidung belang yang seolah tidak peduli dengan bulan Ramadan.

Penelusuran merdeka.com Sabtu dini hari (28/7), sejumlah tempat hiburan malam yang terkenal di Jakarta Pusat tetap buka, salah satunya di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Ironisnya, lokasinya tidak berjauhan dengan kantor walikota Jakata Pusat.

Pada pukul 23.00 WIB sepanjang jalan di Hayam Wuruk masih sepi dan belum ada aktivitas 'jajanan malam'. Tetapi, saat lewat tengah malam, suasana langsung berubah 180 derajat. Puluhan wanita cantik berpakaian seksi ramai menjajakan diri di sepanjang jalan itu. Tidak sedikit para pria hidung belang menggunakan mobil yang bernego dengan mereka. Rata-rata, mereka memasang tarif sebesar Rp 350 ribu.

"Check in bang? Rp 350 ribu sama kamar," ujar salah seorang PSK, Angie (bukan nama sebenarnya), Sabtu (28/7).

Angie mengakui bila di bulan Ramadan ini penghasilannya sebagai 'wanita malam' menjadi berkurang. Ketika dicoba 'tawar' dia masih bisa menurunkan tarifnya sesuai kesepakatan.

"Abang maunya berapa? Soalnya sepi bulan puasa gini pelanggannya ngga terlalu ramai," katanya.

Sementara itu, di kawasan tempat hiburan rakyat Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat, di tempat itu aktivitas 'jajanan malam' masih sangat ramai di bulan Ramadan ini. Ketika memasuki kawasan itu, sekitar lima meter dari tempat mengambil tiket karcis masuk, langsung ditawarkan 'wanita malam'.

"Bang butuh cewek bang?," ujar salah seorang wanita dari warung kecil di pinggir jalan.

PSK mayoritas ABG, banyak lalu lalang di lokasi itu. Berpakaian seksi dan bergaya genit, mereka selalu menebar senyum ke setiap lelaki yang datang.

Tidak hanya itu, sebagian dari mereka juga sibuk memilih pakaian di toko baju ditemani oleh pria hidung belang atau makan di sebuah restoran cepat saji. Mungkin itu proses awal dalam tahap sebelum berlanjut di kamar hotel.

Akan tetapi, keramaian malam itu, menurut salah seorang penjual minuman, tidaklah terlalu ramai dibandingkan dengan bulan-bulan biasanya. "Bulan Puasa jadi ini mah ngga terlalu ramai," ujarnya.

Dengan ramainya 'jajanan malam' di bulan Ramadan di kawasan Jakarta Pusat, kemanakah para petugas dan aparat yang bertanggungjawab dengan hal ini? Apakah mereka tahu dan membiarkan atau mereka pura-pura menutup mata karena ada 'uang aman'?