Budayawan: Gus Ipul tokoh pemersatu budaya dan agama
Merdeka.com - Zaman telah berubah, tidak banyak masyarakat atau tokoh masyarakat yang mau memikirkan kelestarian budaya lokal. Dari sedikit orang itu, ada salah satu tokoh Jawa Timur (Jatim) yang selalu mempertahankan kebudayaan-kebudayaan lokal.
Dia adalah Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur. Tokoh satu ini memang tidak banyak yang tahu, bagaimana kiprahnya dalam mempertahankan budaya lokal. Namun, di mata Sastrawan asal Surabaya, Asykuri, Gus Ipul panggilan akrab Saifullah Yusuf memiliki peran sangat vital dalam upaya melestarikan kebudayaan yang dibalut dengan agama.
Asykuri yang juga Ketua STKIP Bina Insan Mandiri (BIM) melihat, kiprah Gus Ipul untuk mempertahankan budaya sangat besar. Menurut dia, Gus Ipul faham benar asal-usul kebudayaan Jawa, bagaimana kehadiran Islam di tanah Jawa yang memakai budaya sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada masyarakat.
“Gus Ipul itu pemersatu budaya dan agama era sekarang,” ujarnya.
Semua orang tahun, lanjut dia, Gus Ipul merupakan santri lulusan pesantren. Jadi, dia (Gus Ipul) sangat faham bagaimana pesantren. Santri itu mengerti bagaimana masyarakat susah, dan bagaimana masyarakat repot. Dengan pengertian yang dimiliki, Gus Ipul akan lebih memasyarakat.
Penguasaan Gus Ipul terhadap budaya tidak perlu diragukan. Untuk itu, dia mempraktekan bagaimana komunikasi dilakukan dengan menggunakan budaya. Kemudian dibalut dengan agama yang membuat masyarakat semakin cinta terhadap Gus Ipul.
“Gus Ipul faham kalau tidak ada agama yang bisa lepas dari budaya. Misalnya Islam yang ada di Negara Arab akan sesuai dengan budaya Arab, Persia juga menganut budaya Persia, serta Jawa maka budaya Jawa yang lebih lekat. Islam Jawa saja ada perbedaan dengan luar Jawa, tetapi aqidahnya sama,”kata dia.
Cara-cara inilah yang terus dipertahankan, setiap jok (guyonan) Gus Ipul selalu mengangkat budaya. Selain itu, orang nomor dua di Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim sangat senang terhadap pertunjukan wayang. Dari wayang inilah muncul ide untuk diaplikasikan pada setiap pidato di masyarakat.
Untuk itu di dalam NU (Nahdhatul Ulama), kata-kata bid’ah harus direnungkan kembali. Karena memang agama tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Gus Ipul, ujar lulusan Unesa, sangat paham dan memegang prinsip tersebut. Namun, Gus Ipul yang mencalonkan Gubernur tidak menyampaikan persoalan ini secara eksplisit.
“Di wayang, Gus Ipul gayeng (suka). Karena dia belajar persoalan budaya dan agama dari situ,” jelas Asykuri.
Hal itulah yang membuat masyarakat semakin suka terhadap apa yang dilakukan Gus Ipul. Masyarakat memahami kalau Gus Ipul bisa mengerti kebutuhan, dan bagaimana susahnya dalam menghadapi kehidupan. Dari kesusahan-kesusahan itu, masyarakat menganggap kalau Gus Ipul bisa menyelesaikan dengan baik.
(mdk/paw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum masuk ke kampung Baduy, ada baiknya mengenal sekilas di Imah Saba Budaya
Baca SelengkapnyaMembaca kata-kata Jawa singkat memiliki keunikan tersendiri dan dapat memberikan nilai tambah dalam pemahaman budaya serta kebijaksanaan lokal.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengapa sejumlah budaya sama-sama mengganggap tabu untuk membuka payung di dalam ruangan? Ketahui penjelasannya mengapa hal ini terjadi.
Baca SelengkapnyaBubur ini bukan sekadar makanan untuk dimakan secara biasa, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks tradisi Jawa.
Baca SelengkapnyaTradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaKorban kejahatan di Jawa Timur paling sedikit dibanding provinsi lain di Jawa.
Baca SelengkapnyaTradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca SelengkapnyaTradisi masyarakat Sumatra Selatan ini tak hanya menjadi kearifan lokal, melainkan juga bermanfaat untuk menjaga ekosistem alam.
Baca Selengkapnya