Apa Itu Sero Survei? Berikut Penjelasannya
Merdeka.com - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutuskan hasil sero survei atau survei antibodi Covid-19 menjadi rujukan kebijakan terkait Pandemi Covid-19. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sero survei telah dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) pada November sampai Desember 2021.
"Ini akan dipakai oleh pemerintah sebagai dasar kebijakan berbasis bukti," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Kementerian Kesehatan RI, Jumat (18/3).
Budi menjelaskan sero survei dilakukan untuk melihat jumlah populasi penduduk di Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2. Survei antibodi ini merupakan survei terbesar kedua di dunia, setelah India.
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menambahkan, sero survei akan kembali dilakukan secara berkala. Minimal, dilakukan setiap enam bulan sekali.
Pelaksanaan sero survey Covid-19 yakni mengumpulkan informasi dan data dari responden yang meliputi estimasi prevalensi Covid-19 dengan tingkat populasi menurut:-usia-jenis kelamin-karakteristik tempat tinggal
Dengan begitu, akan menentukan proporsi kasus Covid-19 bergejala dan tanpa gejala, serta mengetahui faktor yang berhubungan dengan infeksi Covid-19 di suatu daerah.
Tahapan Responden
Budi mengatakan serologi survei yang dilakukan di Indonesia merupakan terbesar di dunia. Hasil survei ini akan menunjukkan persentase penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19. "Survei ini memberikan hasil menunjukkan berapa persen penduduk Indonesia yang sudah memiliki antibodi terhadap virus SARS Cov2," ujar Budi Gunadi Sadikin.
Berikut tahapan yang dilalui responden:-Mengisi formulir survei-Pemeriksaan atau screening (sampel darah, pemeriksaan fisik, riwayat komorbid, riwayat gejala, riwayat kontak covid-19
Epidemiolog FKM UI, Pandu Riono yang terlibat dalam penelitian mengatakan sero survei dilakukan untuk mengukur proporsi penduduk yang sudah mempunyai kekebalan terhadap Covid-19 berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pernah terdiagnosis Covid-19, dan status vaksinasi.
"Ini juga untuk mempelajari berapa besar kadar antibodi yang dimiliki penduduk," katanya.
Menurut Pandu, kadar antibodi sangat penting untuk menekan risiko masuk rumah sakit hingga mengalami fatalitas di tengah pandemi Covid-19. Terlepas apapun varian Covid-19 yang beredar di lingkungan masyarakat.
Epidemiolog FKM UI, Iwan Ariawan menambahkan hasil sero survei menunjukkan, 86,6 persen penduduk Indonesia pada November dan Desember 2021 sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Meski demikian, mereka masih bisa terinfeksi Covid-19.
"Mereka masih mungkin terinfeksi, tapi dengan mereka memiliki antibodi, risiko untuk terjadinya sakit parah, meninggal karena SARS-CoV-2 itu akan jauh berkurang," jelasnya.
Iwan juga mengungkapkan, terdapat 73,9 persen populasi yang belum divaksinasi sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Antibodi yang dimiliki populasi ini bersumber dari terinfeksi Covid-19.
"Tapi kalau kita lihat lagi, begitu orang-orang sudah mendapatkan vaksinasi yang sudah mendapatkan antibodi lebih tinggi lagi," katanya.
Sebagai informasi, sasaran sero survei ini ialah penduduk berusia 1 tahun ke atas. Metode survei menggunakan stratified two-stage cluster sampling design di setiap kabupaten/kota terpilih.
Metode pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur antibodi SARS-CoV-2 pada populasi ialah Elecsys Anti-SARS-CoV-2 yang dibuat oleh Roche. Survei dilakukan di wilayah aglomerasi 9 provinsi 47 kabupaten dan kota dan wilayah non-aglomerasi 25 provinsi 53 kabupaten dan kota.
Analisis data survei dengan melakukan pemadanan data wawancara dengan data laboratorium. Kemudian menggunakan penimbang berdasarkan desain sampel yang digunakan. Penimbang lalu dikalibrasi dengan estimasi jumlah penduduk berdasarkan wilayah, jenis kelamin, dan kelompok umur. Selanjutnya, estimasi standard error dengan mempertimbangkan klaster dan strata.
2 Sumber Antibodi Covid-19
Budi menjelaskan, antibodi Covid-19 terbentuk berdasarkan dua hal. Pertama, melalui vaksinasi. Kedua, terinfeksi Covid-19.
"Untuk pengetahuan kita bersama, antibodi ini terbentuk berdasarkan dua hal. Satu, imunisasi jadi akan terbentuk immunitasnya. Kedua, dari infeksi sehingga terbentuk antibodinya," jelasnya.
Menurut Budi, berdasarkan riset jika seseorang terinfeksi Covid-19 dan mendapatkan vaksinasi, maka antibodi yang terbentuk paling tinggi. Bahkan, antibodi yang terbentuk tersebut bisa bertahan lama.
"Jadi kalau ada teman-teman yang pernah kena infeksi Covid-19 kemudian divaksinasi atau sebaliknya itu antibodinya paling tahan lama dan paling tinggi," ucapnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca Selengkapnya