2 Lumba-Lumba Direlokasi dari Hotel Melka ke Pantai Mertasari Denpasar
Merdeka.com - Dua lumba-lumba yang diangkut menggunakan kendaraan truk dari Hotel Melka di Kabupaten Buleleng, Bali, akhirnya tiba di Pantai Mertasari, Denpasar, Bali, Selasa (6/8) malam.
Dua lumba-lumba jenis hidung botol tersebut direlokasi ke Lembaga Khusus (LK) Konservasi Lumba-lumba oleh tim Jakarta Animal Aid Network (JAAN) dan petugas Balai dan Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Bali.
Saat dievakuasi, kedua lumba-lumba awalnya ditimbang untuk memastikan berat badannya. Hewan mamalia itu mempunyai berat badan berbeda yakni 69 dan 101 kilogram. Selanjutnya, ditandu dan dinaikkan ke dalam perahu bout untuk dilepas liarkan di Pantai Mertasari.
"Untuk proses lancar setelah ada tindakan medis dan di dampingi dokter. Dapat penanganan maksimal selama perjalanan dan lancar tidak ada gangguan apa-apa. Lumba-lumba tidak mengalami hal yang fatal sedikit stres biasa, karena proses evakuasi," kata Amang Raga selaku volunteer JAAN, saat ditemui di lokasi.
Amang juga menjelaskan, alasan utama dua lumba-lumba tersebut dipindahkan karena Hotel Melka sedang mengalami masalah. Kemudian, pada Sabtu (3/8) lalu, satu lumba-lumba ditemukan mati hingga BKSD Bali memutuskan untuk segera melakukan relokasi.
Selain itu, kolam di hotel tersebut juga kurang luas kendati di sana ada 3 kolam untuk para Lumba-lumba tersebut dan tempat dan air yang belum layak dari habitat aslinya.
"Untuk saat ini baru dua yang dievakuasi. (Sisanya) tinggal 2 lagi kita belum tau kapan dievakuasi. Kita tunggu langkah selanjutnya dan kita akan terus dorong untuk rehabilitasi dan untuk dilepas liarkan, kita terus kawal dan pantau keadaannya," ujarnya.
Lumba-lumba di Hotel Melka menurut Amang kemungkinan berasal dari Kendal dan perairan kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah, dan sudah belasan tahun di Hotel Melka.
"Dimanfaatkan untuk atraksi kemudian berenang bersama dan untuk terapi. Ada yang sudah 19 tahun di sana (tahunnya) ada yang berbeda-beda," ujarnya.
Sementara saat ditanya mengenai hasil evaluasi penyebab kematian satu ekor lumba-lumba, Amang juga belum mengetahui secara pasti. "Sampai saat ini belum ada informasi itu bisa (konfirmasi) ke BKSDA," ujarnya.
Satwa-satwa lain juga direlokasi
Dalam proses relokasi, BKSDA Bali menggandeng Lembaga Konservasi PT Taman Safari Indonesia III Gianyar (Bali Safari & Marine Park), PT Piayu Samudra Bali, Serta CV Bali Harmoni (Bali zoo).
"Selain melibatkan lembaga konservasi tersebut. Upaya penyelamatan satwa di lokasi ini juga dibantu LSM Jakarta Animal Aid Network (JAAN)," kata Kepala Balai KSDA Bali Budhy Kurniawan.
Dia menjelaskan, CV Melka Satwa merupakan lembaga konservasi dalam bentuk taman satwa sesuai dengan SK Dirjen PHKA No. SK 655/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010. Izin lembaga konservasi ini berlaku selama 30 tahun sampai dengan 22 November 2040.
"Dalam perjalanannya belakangan, CV Melka Satwa mengalami pailit dan puncaknya mengalami sengketa lahan dengan Bank Harda International. Dalam hal sengketa tersebut, satwa koleksi yang berada di lokasi tersebut tidak termasuk obyek dalam sengketa dan sepenuhnya masih merupakan tanggung jawab CV Melka Satwa sebagai pemilik izin lembaga konservasi," jelasnya.
BKSDA Bali sebagai unit pelaksana teknis Ditjen KSDAE berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap seluruh pengelolaan lembaga konservasi agar tetap memperhatikan satwa koleksinya, termasuk CV Melka Satwa.
Selain dua lumba-lumba, satwa-satwa yang ikut direlokasi yakni 3 ekor buaya muara (Crocodylus porosus), 2 ekor bayan (Eclectus roratus), 1 ekor kakatua jambul kuning medium (Cacatua eleonora), 3 ekor nuri merah, 2 ekor lutung (Trachypithecus auratus), 3 ekor landak (Hystrix brachyura), 2 ekor kangkareng (Anthracoceros albirostris), 2 ekor jalak bali (Leucopsar rotschildi), 1 ekor ular sanca bodo (Phyton reticulatus).
Satwa-satwa yang telah direlokasi dititipkan di lembaga konservasi lain yang berada di Provinsi Bali yakni PT Taman Safari Indonesia III Gianyar (Bali Safari & Marine Park), PT Piayu Samudra Bali serta CV Bali Harmoni (Bali zoo).
Seperti diketahui, pada Sabtu (3/8) pagi, satu ekor lumba-lumba ditemukan mati di Hotel Melka Kabupaten Buleleng, Bali. Sebelumnya di hotel tersebut, ada 5 lumba-lumba dan kini hanya tersisa 4 ekor. BKSD Bali masih melakukan autopsi terkait penyebab kematian lumba-lumba tersebut.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penangkapan dilakukan di dua lokasi berbeda, dimana salah satu tersangka ada pegawai Lapas.
Baca SelengkapnyaPetugas Imigrasi mendeportasi WN Rusia berinisial DL (36). Dia diketahui melakukan penggelapan pajak skala besar di negaranya lalu sembunyi di Bali.
Baca SelengkapnyaNamun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejumlah petugas berkaos putih dengan memakai topi senada pun terlihat mengawal dropping kantong-kantong kain tersebut.
Baca SelengkapnyaKejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.
Baca SelengkapnyaPelabuhan Muara Angke mulai dipadati wisatawan yang akan menuju Kepulauan Seribu untuk menghabiskan waktu libur Lebaran.
Baca SelengkapnyaPungutan sebesar Rp150.000 bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali akan digunakan utamanya untuk menangani permasalahan sampah.
Baca SelengkapnyaDi Bali, NTB, dan NTT, Ganjar-Mahfud memimpin dengan angka 49,6 persen.
Baca SelengkapnyaSeorang pria WN Rusia, LK (51) ditangkap petugas Kantor Imigrasi Kelas II TPI Singaraja, Bali, karena kerap bikin onar dan meresahkan masyarakat.
Baca Selengkapnya