Mei 2021, BI Catat Pertumbuhan Kredit Tunjukkan Perbaikan
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memaparkan, pertumbuhan kredit berangsur mengalami perbaikan di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia. Dalam laporan bulanan umum (LBU) BI per Mei 2021, pertumbuhan kredit yang membaik terjadi di beberapa segmen meski masih terkontraksi -1,28 persen secara agregat.
"Secara agregat memang pertumbuhan kredit ini masih terkontraksi -1,28 persen secara yoy per Maret, namun beberapa segmen sudah membaik," jelas Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Juda Agung dalam taklimat media, Jumat (2/7).
Juda mengatakan, kredit kelompok bank Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan BUMN sudah tumbuh positif. Hingga Mei 2021, pertumbuhan bank BPD tercatat berada di angka 6,17 persen. Lalu, pertumbuhan bank BUMN sebesar 3,57 persen.
Kendati, pertumbuhan bank umum swasta nasional (BUSN) masih terkontraksi -5,08 persen, sementara kantor cabang bank asing (KCBA) amasih minus 25,9 persen. "Lalu berdasarkan segmennya, segmen konsumsi sudah tumbuh 1,39 persen dan segmen UMKM tumbuh 1,7 persen," jelas Juda.
Adapun untuk segmen korporasi masih mengalami minus 4,06 persen, demikian pula segmen komersial yang masih minus 3,07 persen.
Selanjutnya
Sementara itu, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan berlanjut didorong penurunan biaya dana. Ini sejalan dengan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
SBDK pada April 2021, menurun sebesar 177 bps sejak April 2020 menjadi 8,87 persen pada April 2021. Namun, penurunan suku bunga kredit baru masih terbatas karena persepsi risiko perbankan yang cenderung masih tinggi.
Ke depan, kebijakan makroprudensial tetap akomodatif melalui fokus tiga kebijakan utama. Pertama, mendorong pemulihan intermediasi dan ekonomi. Pertama dengan melalui terus memonitor dan mengevaluasi kebijakan eksisting terkait penurunan Loan To Value (LTV) Kredit Properti, Uang Muka Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).
Kedua memperkuat kebijakan transparansi SBDK perbankan untuk meningkatkan efektivitas transmisi suku bunga kebijakan. Menjaga kecukupan likuiditas perbankan, dengan terus memonitor dan mengevaluasi kebijakan eksisting terkait Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM), penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), dan Counter Cyclical Buffer (CCB).
Ketiga, mendorong akses keuangan bagi UMKM dan sektor inklusif lainnya. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat dukungan kebijakan makroprudensial dan koordinasi kebijakan antar otoritas untuk sektor prioritas serta mendorong tindak lanjut Paket Kebijakan Terpadu KSSK untuk pembiayaan dunia usaha.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diperkirakan terus meningkat.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.
Baca SelengkapnyaDirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan laba ditopang pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah.
Baca SelengkapnyaRealisasi penyaluran kredit dan pembiayaan BTN sepanjang tahu 2023 mencapai Rp333,69 triliun.
Baca SelengkapnyaOptimistis tersebut juga ditopang dengan dukungan dari sisi permodalan bank yang kuat.
Baca SelengkapnyaAdapun total kredit di tahun 2023 mencapai Rp65,68 triliun, turun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp69,7 triliun.
Baca SelengkapnyaAlhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca Selengkapnya