Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perbaiki Jawa Barat harus sedikit keras

Perbaiki Jawa Barat harus sedikit keras Wawancara khusus TB Hasanuddin. ©2018 Merdeka.com/Atsari

Merdeka.com - Jalannya masih tegap dan gagah. Tutur katanya lugas. Tidak terlihat bahwa usianya sudah hampir senja. Semangatnya masih berkobar. Terutama buat Jawa Barat (Jabar). Ingin membangun provinsi ini menjadi lebih baik lewat kemampuan dan pengalamannya.

Sosok tersebut adalah Tubagus Hasanuddin. Lulusan Akmil 1974 ini sudah malang melintang di dunia politik. Setelah pensiun, jenderal purnawirawan ini akhirnya berlabuh sebagai Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Setelah sebelumnya sempat menjabat Sekretaris Militer di era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Memakai jaket kulit hitam, kami bertemu dengan dia di Hotel Horison Bandung pada akhir Februari lalu. Kang Hasan. Begitulah dirinya belakangan kerap disapa. Nama itu dipajang setiap spanduk maupun alat peraga kampanye lain. Dirinya diusung PDIP sebagai calon gubernur Jabar dan berdampingan dengan Irjen Anton Charliyan sebagai calon wakil gubernur Jabar. Pasangan ini mendapat nomor urut 2.

Menurut Kang Hasan, Jabar kini tengah mengalami masalah cukup berat. Terutama terkait intoleransi. Pendapat itu bukan berasal dari dirinya. Kondisi ini disampaikan langsung pada forum internasional di PBB. Sehingga sebagai mantan tentara, dia merasa perlu turun tangan dan membenahi masalah ini.

Di samping itu, ketua DPD PDIP Jabar ini juga melihat masalah lingkungan juga menjadi krusial. Masalah Sungai Citarum misalnya. Sudah bertahun-tahun, kondisi lingkungan pada area ini sulit terselesaikan. Kang Hasan mengakui bahwa ini memang sulit dan perlu konsistensi. "Antara sulit dan tidak. Sulitnya ya karena memang sudah terlalu lama," kata dia kepada merdeka.com.

Sebagai mantan tentara, Kang Hasan mempunyai strategi khusus guna membenahi tiap permasalahan. Berikut wawancara dengan merdeka.com dengan TB Hasanuddin mengenai caranya untuk membangun Jawa Barat di masa depan.

Seberapa penting Jawa Barat bagi seorang TB Hasanuddin?

Saya kira begini, saya mantan prajurit TNI, saya bertugas di komisi I yang membidangi masalah-masalah pertahanan termasuk isu-isu keamanan negara. Saya dalam sebuah acara di PBB, masalah intoleransi dibahas.

Indonesia itu sudah menjadi negara rangking ketiga. Bandingkan dengan negara-negara di wilayah Afrika soal toleransi. Menarik perhatian itu terjadi di dua tempat yang ada di Indonesia. Satu di Papua dan kedua itu di Jawab Barat.

Apa alasan mereka menyebut Indonesia khususnya Jabar mengalami masalah intoleransi?

Ya terjadi, misalnya kerusakan, pembantaian dari kelompok tertentu dengan kelompok lainnya yang notabene sesama agama. Bayangkan saja kasus Cikeusik yang merebak sampai ke dunia internasional, masalah intoleransi. Mengapa harus segera diselesaikan di samping hal yang lain. Saya merasa penting karena di Jawa Barat itu awal dari disintegrasi bangsa, kalau Jawa Barat sudah pecah berkeping-keping. Saya melihat ada kelompok-kelompok tertentu, ada tujuan-tujuan tertentu, mari kita selamatakan.

Bagaimana Anda melihat pembagunan di Jawa Barat dalam 10 tahun terakhir?

Saya kan lahir dari keluarga petani di desa kecil di Talaga, Majalengka, kehidupan saya biasa-biasa saja sebagai anak kepala desa. Ayah saya biasalah ke sawah bercocok tanam dan sebagainya. Kalau berbicara kehidupan, kemajuan dalam hal teknologi, ya ada.

Misalnya kalau sekarang kita akui HP itu sudah sampai kemana-mana, semua di kampung-kampung petani juga punya WA (whatsapp) untuk berkomunikasi. Tetapi kalau soal kesejahteraan, menurut catatan ada 1,4 juta masuk (kategori) keluarga harapan dan lain sebagainya yang harus mendapatkan penanganan khusus. Ditambah lagi kita belum bicara Citarum, berbicara soal lingkungan hidup di tempat-tempat lain.

Coba sekarang ke Jawa Barat bagian tengah, utara itu sudah gundul, sudah jarang pohon dan sebagainya. Makanya kalau di Jawa Barat itu ada longsor, banjir itu ulah kita dalam 10 tahun terakhir.

Apakah hanya masalah lingkungan jadi masalah krusial di Jawa Barat?

Menurut hemat saya dari tokoh-tokoh masyarakat dan dari kampung saya itu krusial sekali. Dulu waktu saya kecil, mengalir air bening di depan rumah saya di Majalengka. Itu namanya kokocoran, sekarang jangankan sumber air itu, air sungai yang namanya dulu saya bisa berenang 15 meter sekarang tinggal 3 meter. Kalau sampah tidak ada, ya karena air berhenti dari arah Gunung Ceremai itu. Jadi tanpa saya bicara menyalahkan orang, tidak mau membicarakan ini, tapi mari kedepan kita perbaiki ini.

wawancara khusus tb hasanuddin

Wawancara khusus TB Hasanuddin ©2018 Merdeka.com/Atsari

Sulitkah untuk memperbaiki Jawa Barat?

Antara sulit dan tidak. Sulitnya ya karena memang sudah terlalu lama sehingga harus dikembalikan lagi dan bahaya pun mungkin sudah berubah. Setidaknya harus ada komitmen dan sedikit keras. Misalnya saya bicara dengan pejabat Kodam, (mereka) dapat perintah dari Bapak Presiden kepada Panglima Kodam untuk menyelesaikan Citarum.

Hanya dalam beberapa pekan sudah bagus, sudah ada beberapa kemajuan, setidaknya sudah ada beberapa perusahaan yang menutup limbahnya yang dialirkan ke sungai Citarum. Dulu kenapa enggak ada yang berani seperti itu? Toh sama saja aturan hukum, jadi perlu itikad baik dan keberanian. Niat tulusnya itu.

Memang harus keras dalam menegakkan hukum. Kalau bahasa ininya (sunda) kudu keukeuh (harus tegas). Kalau ini benar, lanjutkan jangan takut.

Biasanya kalau sudah beres tapi akan kembali lagi rusak. Bagaimana solusinya?

Ya harus di jaga, siapapun penerusnya harus dijaga. Banyak yang sudah di capai tapi yang kurang dicapai kita perbaiki bareng-bareng (bersama).

Selain masalah lingkungan, masalah yang harus diperbaiki di Jawa Barat?

Lapangan pekerjaan. Lapangan kerja ini sudah 8 persen dari jumlah tenaga kerja. Ya terus mau kemana kami, rakyat Jawa Barat kalau keluar lagi kan enggak mungkin, ya harus dibuat lapangan kerja di tanah sendiri.

Pertama di desa. Desa masyarakat harus tumbuh mandiri dengan menyiapkan lapangan pekerjaan supaya mereka yang tidak punya pekerjaan tetap stay di sana, intinya garis besarnya seperti itu.

Nama:

Tubagus Hasanuddin

Tempat dan tanggal lahir:

Majalengka, 8 September 1952

Pendidikan Umum:S1 (ekonomi) STIE PasundanS2 (Magister Management) Universitas PasundanS3 Doktor Management Universitas Pasundan

Pendidikan Militer:AKABRI 1974SusarcabDikpaSuslapaSeskoad di BandungSesko di PerancisSeskogab di PerancisLemhanas 2001

Jabatan:Batalyon Kodam Siliwangi (1975-1983)Instruktur AKABRI Magelang (1983-1985)Kodam I Aceh (1985-1989)Dosen SESKOAD Bandung (1989-1992)Komandan Sektor Pasukan Perdamaian PBB di Irak (1992-1993)Bertugas di Kostrad (1993-1994)Bertugas di Kodam Jaya (1994-1996)Ajudan Wapres Try Sutrisno (1996)Ajudan Presiden B.J. Habibie (1998-1999)Kastaf Garnisun Jakarta (1999-2001)Sekretaris Militer Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004)Sekretaris Militer Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2005)Staf Mabes TNI AD (2005-2009)Wakil Ketua Komisi I DPR RI (2009-2014)Anggota Komisi I DPR RI (2014-2018)

(mdk/ang)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Wilayah Jabar Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem, Perbaikan Tanggul Sungai Cikapundung Dikebut
Wilayah Jabar Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem, Perbaikan Tanggul Sungai Cikapundung Dikebut

BMKG memprediksi cuaca ekstrem, terutama hujan dengan intensitas tinggi, terjadi di beberapa wilayah Jawa Barat selama sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%
Kondisi 12 Korban Tewas Kecelakaan Maut Tol Japek KM 58 Alami Luka Bakar 90-100%

"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan

Baca Selengkapnya
Asap Pembakaran Jerami Pinggir Jalan Tol Bisa Picu Kecelakaan, Bagaimana Solusinya?
Asap Pembakaran Jerami Pinggir Jalan Tol Bisa Picu Kecelakaan, Bagaimana Solusinya?

Asap pembakaran jerami sangat berbahaya untuk pengguna jalan tol. Pemandangan pengemudi sangat terbatas terhalang asap.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Perbaikan Jalur Demak-Kudus Pasca Banjir Sudah 95 Persen, Tiga Jalur Alternatif Juga Disiapkan
Perbaikan Jalur Demak-Kudus Pasca Banjir Sudah 95 Persen, Tiga Jalur Alternatif Juga Disiapkan

Banjir tersebut sempat melumpuhkan lalu lintas Demak-Semarang hingga Jawa Timur.

Baca Selengkapnya
Penyebab Jerawat di Ketiak, Begini Cara Mengatasinya
Penyebab Jerawat di Ketiak, Begini Cara Mengatasinya

Jerawat di ketiak merupakan masalah kulit yang umum terjadi, meskipun seringkali kurang mendapatkan perhatian dibanding jerawat di area wajah.

Baca Selengkapnya
10 Makanan Daerah di Pulau Jawa, Terbuat dari Pangan Nabati Lengkap dengan Cara Membuatnya
10 Makanan Daerah di Pulau Jawa, Terbuat dari Pangan Nabati Lengkap dengan Cara Membuatnya

Setiap daerah memiliki makanan daerah yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Berikut adalah macam-macamnya di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi

Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!

Baca Selengkapnya
Kondisi Terkini Jalur Pantura Jawa Barat yang Dulu Selalu Macet saat Mudik, Ada Restoran Legendaris yang Masih Buka  24 Jam
Kondisi Terkini Jalur Pantura Jawa Barat yang Dulu Selalu Macet saat Mudik, Ada Restoran Legendaris yang Masih Buka 24 Jam

Dahulu Jalur Pantura Jawa Barat selalu jadi rute andalan para pemudik dari Jakarta menuju Jawa Tengah. Kira-kira sekarang bagaimana ya kondisinya?

Baca Selengkapnya
Menguak Jejak Kejayaan Perkebunan Kapuk di Tanah Jawa, Dulu Mampu Memenuhi 85 Persen Kebutuhan Kapuk Dunia
Menguak Jejak Kejayaan Perkebunan Kapuk di Tanah Jawa, Dulu Mampu Memenuhi 85 Persen Kebutuhan Kapuk Dunia

Industri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.

Baca Selengkapnya